الخميس، 23 أكتوبر 2025

Kegiatan Seru dan Bermakna Bersama Siaga Hebat di SDI Pancasila Krian Sidoarjo: Belajar Melipat Baju dan Selimut Bersama Bunda Ifa Ratnasari, L.T.



    H
ari ini, suasana di SDI Pancasila Krian Sidoarjo terasa begitu ceria dan penuh semangat. Para Pramuka Siaga Hebat berkumpul dengan wajah antusias untuk mengikuti kegiatan yang sederhana namun sarat makna — belajar melipat baju dan selimut bersama Bunda Ifa Ratnasari, L.T. Kegiatan ini bukan sekadar latihan keterampilan tangan, melainkan pembelajaran karakter dan kemandirian yang akan menjadi bekal penting dalam kehidupan mereka kelak.

    Bunda Ifa, selaku pembina kegiatan pramuka, dengan penuh kesabaran dan kasih sayang memandu anak-anak dalam setiap langkah. Dengan nada lembut namun tegas, beliau menjelaskan bahwa melipat baju dan selimut bukan hanya sekadar pekerjaan rumah tangga, tetapi juga wujud tanggung jawab, kerapian, dan kedisiplinan. “Anak yang bisa melipat bajunya sendiri adalah anak yang belajar menghargai usaha orang tuanya dan belajar mandiri,” tutur beliau di tengah kegiatan.

    Melipat baju dan selimut memang tampak sederhana, namun di balik aktivitas ini tersimpan nilai-nilai akhlak Islami. Dalam Islam, kerapian dan kebersihan adalah bagian dari keimanan. Rasulullah ﷺ bersabda:


"Inna Allāha jamīlun yuḥibbul jamāl"
(Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan) — HR. Muslim.

    Dari hadits ini, kita diajarkan untuk mencintai kerapian dan keindahan dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam hal-hal kecil seperti menata dan melipat pakaian. Anak-anak yang terbiasa hidup rapi akan tumbuh menjadi pribadi yang teratur, disiplin, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitarnya.

    Kegiatan hari ini juga mengajarkan anak-anak untuk menghargai waktu dan kerja sama. Mereka belajar untuk tidak bergantung pada orang lain, melainkan mampu mengurus dirinya sendiri. Bunda Ifa menekankan pentingnya kemandirian sejak dini, sebab karakter ini akan menumbuhkan rasa percaya diri dan tanggung jawab sosial. Dalam hal ini, maqolah Arab yang relevan menyatakan:

"Man jadda wajada"
(Barang siapa bersungguh-sungguh, maka ia akan berhasil).

    Dengan kesungguhan dan latihan yang terus-menerus, anak-anak SDI Pancasila belajar bahwa setiap keterampilan kecil yang dipelajari hari ini adalah investasi untuk masa depan. Mereka tertawa, saling membantu, dan bangga ketika hasil lipatan mereka tampak rapi dan tertata.

    Kegiatan sederhana ini menjadi contoh nyata bahwa pendidikan karakter tidak harus selalu melalui teori, tetapi bisa melalui praktik kehidupan sehari-hari yang dekat dengan keseharian anak. Melipat baju dan selimut melatih motorik halus, membentuk kebiasaan positif, dan memperkuat nilai-nilai Islami yang aplikatif.

    Di akhir kegiatan, Bunda Ifa Ratnasari menutup dengan pesan menyentuh:
“Anak hebat bukan yang selalu dibantu orang lain, tapi yang mau belajar mandiri, membantu, dan menjaga kerapian sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah.”

    Kegiatan hari ini bukan hanya meninggalkan kesan menyenangkan, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kehidupan yang akan tumbuh bersama anak-anak SDI Pancasila. Dari selembar kain yang dilipat, mereka belajar arti tanggung jawab, kedisiplinan, dan rasa syukur — bekal penting untuk menjadi generasi Islam yang tangguh dan berkarakter.

"Al-‘Adatu thāniyah thabī‘ah"Kebiasaan itu menjadi tabiat.
Semoga kegiatan seperti ini terus berlanjut, menumbuhkan pribadi-pribadi unggul yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakhlak mulia dan mandiri.

Writer: 🌸 Ifa Ratnasari,S..Sos.I,S,E,M.Pd     


الأربعاء، 22 أكتوبر 2025

“Hari Santri dalam Bingkai Cinta: Ketulusan Bu Ifa Ratnasari, S.Sos.I., S.E., M.Pd. Menyemai Nilai Keislaman dan Kebangsaan di Yayasan Nurul Hidayah”

 


        Dalam suasana penuh semangat dan kekhidmatan, Yayasan Nurul Hidayah Krian Sidoarjo memperingati Hari Santri Nasional (HSN) 2025 pada Selasa, 22 Oktober 2025. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh lembaga di bawah naungan yayasan, yakni RA, MI, dan MTs Nurul Hidayah, dengan rangkaian acara berupa upacara bendera dan istighosah bersama
Momen ini tidak hanya menjadi simbol penghormatan terhadap perjuangan para santri dan ulama, tetapi juga menjadi cermin kasih dan dedikasi seorang pendidik, 
yaitu Bu Ifa Ratnasari, S.Sos.I., S.E., M.Pd., yang menanamkan nilai keislaman dan kebangsaan kepada para siswanya melalui keteladanan dan cinta.


    Sebagai wali kelas dan pendidik yang inspiratif, Bu Ifa Ratnasari memandang Hari Santri bukan hanya sekadar peringatan sejarah, tetapi juga momentum untuk menanamkan karakter ta’dzim, disiplin, dan cinta tanah air kepada para santri. Ia menegaskan bahwa menjadi santri di era modern haruslah berlandaskan pada keseimbangan antara ilmu dunia dan ilmu akhirat. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam Surat Al-Mujadilah ayat 11:

“Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”

Ayat ini menjadi inspirasi bagi Bu Ifa dalam mendidik siswanya agar semangat menuntut ilmu tidak hanya untuk kecerdasan intelektual, tetapi juga untuk kemuliaan akhlak dan ketinggian derajat di sisi Allah SWT.


Dalam amanat upacara yang dipimpin langsung oleh Bapak Hasan Abdullah, Kepala MTs Nurul Hidayah, semangat santri tampak membara. Para siswa berdiri tegak mengenakan seragam putih-putih dengan sorot mata penuh kebanggaan. Di sela kegiatan, Bu Ifa menyampaikan pesan lembut namun bermakna kepada anak-anak didiknya:

“Santri sejati bukan hanya yang fasih mengaji, tetapi juga yang berakhlak mulia dan bermanfaat bagi sesama. Seperti pesan Imam Al-Ghazali, ‘Ilmu tanpa adab seperti api tanpa cahaya.’

    Kutipan maqolah itu menjadi dasar pendidikan karakter yang senantiasa ia tanamkan dalam keseharian di kelas. Ia percaya bahwa pendidikan sejati bukan hanya tentang menghafal teori, tetapi menanamkan adab dan akhlak sebagai pondasi utama pembentukan insan berilmu.



    Setelah upacara, seluruh peserta mengikuti istighosah dan doa bersama, memohon keberkahan bagi bangsa dan para santri di seluruh Indonesia. Dalam suasana haru dan penuh spiritualitas, Bu Ifa terlihat menundukkan kepala dengan khusyuk, memimpin murid-muridnya melantunkan doa dengan suara lembut. “Doa adalah senjata santri,” ujarnya, mengutip sabda Rasulullah SAW:

“Doa adalah senjatanya orang beriman dan tiangnya agama.” (HR. Al-Hakim)

Momen kebersamaan itu menjadi refleksi mendalam tentang bagaimana cinta seorang guru dapat menumbuhkan kekuatan spiritual dan moral pada peserta didik. Cinta yang ditunjukkan Bu Ifa Ratnasari bukan sekadar kasih sayang biasa, tetapi cinta yang mendidik, membimbing, dan mengarahkan santri menuju kemandirian dan ketaatan kepada Allah.

    Peringatan Hari Santri 2025 di Yayasan Nurul Hidayah bukan hanya perayaan tahunan, melainkan perwujudan nyata dari nilai-nilai pendidikan Islam yang penuh kasih. Melalui ketulusan dan keteladanan Bu Ifa Ratnasari, semangat santri di Nurul Hidayah terus tumbuh dalam bingkai cinta dan keimanan, menjadikan lembaga ini bukan sekadar tempat belajar, tetapi juga taman ilmu dan akhlak. Sebagaimana pepatah Arab mengatakan:

“Man lam yadzuq marra at-ta’allum sa’atan, baqiya fi dhulli al-jahli abadan.”
(Barang siapa enggan merasakan pahitnya belajar sejenak, ia akan menanggung pahitnya kebodohan selamanya.)

    Melalui dedikasi sosok seperti Bu Ifa, makna Hari Santri 2025 di Yayasan Nurul Hidayah hidup dalam hati setiap siswa — sebagai santri yang berilmu, berakhlak, dan berjiwa cinta tanah air dalam bingkai cinta seorang guru sejati.

Writer:  Ifa Ratnasari,S.Sos.I,S,E,M.Pd 

Kegiatan Seru dan Bermakna Bersama Siaga Hebat di SDI Pancasila Krian Sidoarjo: Belajar Melipat Baju dan Selimut Bersama Bunda Ifa Ratnasari, L.T.

     H ari ini, suasana di SDI Pancasila Krian Sidoarjo terasa begitu ceria dan penuh semangat. Para Pramuka Siaga Hebat berkumpul dengan ...