Minggu, 10 Juli 2011

Proposal


PROSES PENGORGANISASIAN STAFF SAT. MENWA 820  
IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA
Disusun oleh :
 Ifa Ratnasari



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Bermula dari munculnya berbagai masalah yang telah di hadapi oleh setiap organisasi unit kegiatan mahasiswa  baik dari berbagai macam proyek mulai dari yang sederhana sampai pada yang sangat berat dalam melaksanakan setiap program kerja, ataupun agenda kegiatan yang ada.
Adanya kerja sama tentu harus berlandaskan atas kehendak ataupun motif untuk mencapai suatu tujuan. Sehingga sangat dibutuhkan peningkatan loyalitas  antar satu individu pada individu yang lain bisa di katakan antar anggota ataupun Staff, sehingga suatu organisasi bisa di katakan penting dalam masyarakat modern.
Setiap organisasi harus mempunyai tujuan yang jelas , karena jika tidak maka organisasi tidak lah perlu untuk di bentuk. Dengan adanya tujuan yang jelas maka organisasi tersebut ada  dan perlu untuk di bentuk, dan segala gerak dan langkahnya perlu untuk di arahkan demi tercapainya suatu  tujuan dari organisasi tersebut.
Setiap orang baik pemimpin, Staff atupun anggota merupakan bagian dari organisasi karena itu setiap orang yang termasuk di dalam organisasi berkewajiban  untuk memenuhi tugas dan fungsinya karena ia adalah bagian dari organisasi secara keseluruhan.
Di dalam bidang pengorganisasian , pemimpin yang bersangkutan menentukan posisi- posisi dan juga sekaligus memutuskan siapa saja yang akan menduduki posisi tersebut, artinya pemimpin mengorganisasi dan menempatkan staff pada berbagai posisi. Mereka menggunakan suatu proses di mana  struktur dan alokasi pekerjaan tersebut di tentukan dalam anggaran rumah tangga (ART) yang kemudian mereka menempatkan pengurus- pengurus atau staff dalam jabatan tertentu.
Kata organisasi  berasal dari istilah yunani “ organon” dan istilah latin “organum” yang artinya: alat, bagian, anggota atau badan.
Kata organisasi mempunyai dua pengertian umum, pengertian pertama membedakan suatu lembaga  atau kelompok fungsional, seperti organisasi, perusahaan, rumah sakit,dan lain lain. Pengertian ke-dua  berkenaan dengan proses pengorganisasian, sebagai suatu cara dalam kegiatan organisasi di alokasikan dan di tugaskan di antara para anggotannya agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan efisien.
Apa yang telah di katakan orang tentang organisasi tak ubahnya sebagai wadah dan alat untuk mencapai tujuan mereka yang di dalamya terdapat norma- norma yang harus di pedomani,  dan nilai - nilai yang harus di pegang teguh.
Berbeda lagi dengan dari buku yang lain bahwasanya organisasi adalah suatu mekanisme atau struktur, yang dengan struktur itu semua subyek, perangkat keras dapat bekerja, secara efektif dan dapat di manfaatkan menurut fungsi dan proporsinya masing – masing.
Organizing (pengorganisasian) berasal adari kata “organism” yang berarti menciptakan struktur denga bagian bagian yang di integrasikan sedemikian rupa, sehingga hubunganya satu sama lain terkait oleh hubungan terhadap keseluruhan.  Di lihat  dari sudut berjalanya , pengorganisasian itu sebagai  suatu pengenalan dan pengelompokan pekerjaan, misalnya  penetuan  dan pelimpahan tanggung jawab dan wewenang  yang bertujuan agar hubungan kerja lebih efektif dalam mencapai tujuan organisasi.
Jadi pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal, mengelompokkan dan mengatur serta membagi  tugas- tugas atau pekerjaan  di antara para anggota  organisasi agar tujuan organisasi dapat di capai dengan efisien.
Peneliti memfokuskan pembahasan tentang proses  pengorganisasian  staff pada organisasi menwa yang memiliki sistem komando. Di mana pengorganisasian tersebut sangat penting dalam membantu dan mengembangkan, serta mewujudkan tujuan visi dan misi  yang telah di tetapkan dari organisasi resimen mahasiswa (MENWA) IAIN Sunan Ampel Surabaya Satuan 820.
Dalam pengorganisasian SAT. MENWA IAIN Sunan Ampel Surabaya juga masi membutuhkan pembagian tugas pokok dan fungsi guna memperlancar jalannya kegiatan kegiatan dan tugas yang akan di embannya.
Dan dalam melaksanakan setiap agenda kegiatan atupun program kerja yang telah di bentuk  komandan membagi para staff dan anggota menjadi beberapa devisi  yang sesuai dengan program – program  kegiatan  yang akan di laksanakan  dan setiap devisi akan di beri wewenang dan tanggung jawab  demi kelancaran  pelaksanaan kegiatan tersebut. Adapun  staff yang ada di SAT. MENWA  820 di bagi menjadi dua unsur, yaitu:
1.    Unsur pelaksana, terdiri dari : Komandan, Wakil komandan, KAUR I Diklat  yang memiliki Bidang  Oprasional (Ops), Pengamanan (Pam), KAUR II Min yang Memiliki Bidang Logistik (Log), Personil (Pers),
KAUR III  Khusus (Sus), yang memiliki bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang), Dan Humas, Komandan Kelompok Olahraga (Ndan Pokor).
2.    Unsur pelayanan terdiri dari : Kepala Kesekretariatan (Kasset), Komandan Kompi Markas( Dankima), Wadan Kima, Ndan Prov, Wadan Prov, Humas.

Dengan adanya pembagian kerja di atas maka terjalinlah hubungan kerja sama yang baik antara yang satu dengan yang lainya, karena mereka merasa bagian dari organisasi yang bersama - sama untuk mewujudkan tujuan serta visi dan misi SAT. MENWA 820 IAIN Sunan Ampel Surabaya.
SAT. MENWA 820 IAIN Sunan Ampel juga dijadikan sebagai wadah (Organisasi) untuk meningkatkan kualitas para mahasiswa yang ingin mengembangkan bakat dan dan minat di bidang kemiliteran yang sudah ada pada dirinya dan benar – benar ingin bisa, karena di MENWA sangat banyak  kegiatan yang dapat menunjang kemampuan para anggotanya untuk berfikir dan belajar  olah keprajuritan, seperti:
Belajar  NAVRAT, PENJATRI, LEADERSHIP, WASBANG,  KEWIRAAN, KEINDONESIAAN, OTONOMI DAERAH, TIK TON PAM, TUM, PBB, DOG,
HANNEG, PENG SEN SS1, KEMENWAAN, GERMA,  Dll.
Sehingga jika mahasiswa tersebut sungguh sungguh  dalam mengikuti kegiatan MENWA kemungkinan akan menjadi mahasiswa yang memiliki nilai nasionalis yang tinggi, dan berkualitas sesuai dengan yang di inginkan. Hal ini terbukti  dengan banyaknya para alumni yang dapat mensosialisasikan ilmunya pada masyarakat di sekitarnya.
B.    Fokus  Masalah.
Berdasarkan latar belakang yang di kemukakan di atas, fokus dari penelitian ini adalah :
Bagaimana proses pengorgganisasian Staff  SAT. MENWA 820 IAIN Sunan Ampel Surabaya?
C.    Tujuan Penelitian.
Sehubungan dengan rumusan masalah yang telah di sebutkan di atas, maka penelitian ini di lakukan dengan tujuan sebagai berikut:
Untuk menggambarkan perumusan tujuan dari proses pengorganisasian Staff   SAT. MENWA 820 IAIN Sunan Ampel Surabaya.
D.    Manfaat Penelitian.
Adapun guna atau manfaat penelitian adalah:
1. Teoritis
A. Sebagai sarana penambah ilmu pengetahuan dalam disiplin ilmu Manejemen Dakwah khususnya dalam proses pengorganisasian.
B.  Sebagai bahan kajian ilmiah khususnya bagi mahasiswa Manejamen Dakwah dan bagi civitas akademik
2. Praktis
Sebagai sumbangan pemikiran dan juga sebagai acuan bagi staff
 SAT. MENWA 820 IAIN Sunan Ampel Surabaya. Selain itu  juga agar tetap dapat menjalankan pengorganisasian dengan baik, sehingga tujuan yang telah di tetapkan sebelumya dapat tecapai.


BAB II
STUDY PUSTAKA

A.    Kajian Kepustakaan Konseptual
1.    Pengertian proses pengorganisasian Staff
Adanya interaksi antar individu satu dengan individu lain pasti terjadi dalam hidup bermasyarakat. Hal ini di karenakan setiap individu tidak mungkin hidup tanpa berinteraksi dengan orang lain, selain itu mustahil juga jika manusia dapat memenuhi kebutuhanya dan mampu mencapai sasaran yang di inginkan dengan sendiri. Maka dari itu keterbatasan tersebut bisa diminimalisir apabila ia masuk dan bergabung ke dalam suatu kelompok.
Dalam sebuah organisasi terdapat proses pengorganisasian guna mengatur segala tugas, hubungan kerja baik secara vertikal maupun horisontal, sehingga mempernudah tercapainya tujuan dari sebuah organisasi tersebut. Maka dari itu sebelum membahas mengenai pengertian pengorganisasian marka harus mengetahui pengertian dari proses.
Organisasi yang merupakan wadah dan kerangka struktur yang relatif tetap, maka sisi lain dari organisasi juga memperhatikan hubungan berlakunya tata kerja menurut struktur yang ada sehingga masing masing pelaku mempunyai hubungan formal, baik sebagai senior atau atasan, bawahan atau anggota dengan kewajiban dan tanggung jawab yang telah di tentukan.di mana  di situ terdapat hubungan timbal balik antara orang – orang dalam organisasi itu merupakan proses dinamis dari kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan.
Proses adalah suatu rangkaian kegiatan fungsi – fungsi manajemen untuk mencapai tujuan yang telah di rencanakan atau serangkaian tindakan,oprasi atau perubahan menuju tujuan.  dalam buku lain memberikan definisi proses sebagai rangkaian perbuatan manusia yang mengandung suatu maksud tertentu yang memang di kehendaki oleh orang yang melakukan perbuatan itu.
Untuk lebih mendalam arti dari pada organizing, maka alngkah baiknya di fahami dan di selidiki arti yang terkandung di dalamnya. Kata organize di beri arti to arrange as to constitute in interdependent parts, cach having a special function or lelation with respect to the whole, yang berarti menyusun atau mengatur bagian – bagian yang berhubungan satu sama lain. Di mana tiap – tiap bagian memounyai satu tugas khusus atau berhubungan dengan keseluruhan. 
Dalam ajaran islam juga di sebutkan bahwa ajaran islam adalah ajaran yang mendorong umatnya untuk melakukan segala sesuatu secara terorganisasi dengan rapi. Hal ini di nyatakan dalam q.s. Ash. Shaaf  ayat 4.  yang artinya:
‘’ sesungguhnya alloh menyukai orang – orang yang berperang dijalan-nya dalam barisan yang teratur seakan – akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh”  sebagaimana ucapan ali bin abi tholib yang sangat terkenal yaitu:
“hak atau kebenaran yang tidak di organisir dengan rapi, bisa di kalahkan oleh kebathilan yang lebih terorganisir dengan rapi”.  melihat arti dan definisi pengorganisasian di atas maka jelas bahwa pengorganisasian tidak dapat di wujudkan tanpa ada hubungan dengan yang lain dan tanpa menetapkan tugas tugas tertentu untuk masing – masing unit serta  dalam melaksanakan organisasi tanpa di lakukan secara teratur. Para ahli manajemen memberi pengertian  pengorganisasian bermacam – macam yang antara lain:
Malayu, S. P. Hasibuan
“ organizing adalah suatu proses penentuan , pengelompokkan dan pengaturan bermacam – macam aktifitas yang di perlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang – orang pada setiap aktifitas ini, menyediakan alat – alat yang di perlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang – orang pada setiap aktifitas ini, menyediakan alat – alat yang di perlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif di delegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktifitas – aktifitas tersebut.”
G.R Terry
Mengemukakan pendapatnya tentang pengorganisasian yang di kutipoleh sukarna bahwa pengorganisasian sebagai penentuan, pengelompokan dan penyusunan macam - macam kegiatan yang di perlukan untuk mencapai tujuan, penempatan orang – orang terhadap kegiatan – kegiatan ini, penyediaan faktor – faktor fisik yang cocok bagi keperluan kerja dan menunjukkan hubungan wewenang  yang di limpahkan terhadap setiap orang dalam hubungannya dengan pelaksanaan setiap kegiatan yang di harapkan.
Harold koontz dan cyril o’donnell
“ mengutip dari pendapat sukarna bahwa fungsi pengorganisasian dari manajer meliputi penentuan, perhitungan kegiatan – kegiatan yang di perlukan untukmencapai tujuan – tujuan perusahaan, pengelompokkan kegiatan – kegiatan termaksuk ke dalam suatu bagian yang di kepalai oleh seorang manajer, serta pelimpahan wewenang untuk melaksanakanya.” 
M. Manulang
“memberikan definisi pengorganisasian yang di kutip oleh malayu s. P hasibuan menjelaskan bahwa organisasi dalam arti dinamis (penorganisasian) adalah suatu proses penetapan dan pembagian pekerjaan yang akan di lakukan, pembatalan tugas – tugas atau tanggung jawab serta wewenang dan penetapan hubungan – hubungan antara unsure – unsure organisasi, sehingga memungkinkan orang – orang dapat bekerja sama seefektif mungkin untuk pencapaian tujuan.
Pandji anoraga
“ pengorganisasian merupakan fungsi manajemen yang mengelompokkan orang dan memberikan tugas, menjalankan tugas, misi.”
Zaini mochtarom
“pengorganisasian sebagai upaya mempertimbangkan tentang susunan organisasi,pembagian kerja, prosedur pelaksanaan, pembagian tanggung jawab dan lain lain. Apabila di kerjakan secara seksama akan menjamin efisiansi pengunaan tenaga kerja.”
Kadarman
Yang di kutip oleh m. Karebet Widjayakusuma, menurutnya pengorganisasian pada hakekatnya mengandung pengertian sebagai proses penetapan struktur peran – peran aktifitas – aktifitas  melalui penentuan aktifitas yang di butuhkan untuk mencapai tujuan organisasi  dan bagian – bagianya. Pengelompokan aktifitas penugasan kelompok – kelompok  aktifitas kepada manajer, pendelegasian wewenang untuk melaksanakan dan pengkoordinasian hubungan hubungan wewenang dan informasi baik horizontal maupun vertical dalam struktur.”
Dari definisi – definisi “ pengorganisasian” di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa pengorganisasian berhubungan dengan kegiatan mengusahakan agar sekelompok orang  bekerja sama kearah pencapaian sasaran atau pencapaian kearah tujuan tertentu. Pengorganisasian juga berhubungan dengan penyusunan dan pemerincian tugas dalam suatu struktur organisasi formal, pendelegasian wewenang  dan tanggung jawab, secara keseluruhan di harapkan akan dapat mencapai sasaran dengan efisien.
Karena istilah pengorganisasa dapat menunjukkan hal – hal berikut ini:
a.    Cara manajemen merancang struktur formal untuk penggunaan yang paling efektif sumber daya keuangan, fisik, bahan baku dan tenaga kerja organisasi.
b.    Bagaimana organisasi mengelompokkan kegiatanya dimana setiap pengelompokkan di ikuti oleh penugasan seorang menejer yang di beri wewenang yang mendapat wewenang untuk mengawasi anggota kelompok.
c.    Hubungan antara ungsi, jabatan,dan tugas para karyawan.
d.    Suatu cara di mana menejer membagi lebih lanjut tugas yang harus di lakasanakan dalam departemen mereka dan mendelegasikan wewenang yang di perlukan untuk mengerjakan tugas tersebut.
Pada setiap kelompok atau organisasi terdapat suatu pimpinan yang bertanggung jawab akan pelaksanaan tugas dari suatu organisasi untuk di laksanakan sebaik – baiknya. Sebagaimana tanggung jawab bukan berarti dia sendiri yang melaksanakan , tetapi di bentuklah pengurus atau coordinator yang mendapat wewenang dan tanggung jawab untuk menjalankan tugas yang di embannya. Pengurus itu sendiri adalah sekelompok orang yang bekerjasama mengurus organisasi.

2. Dasar – dasar pengorganisasian
Setelah mengetahui pengertian pengorganisasian, timbul pertanyaan, apa dasar – dasar pengorganisasian yang fundamental?
Maka dasar –dasar pengorganisasian yang fundamental adalah:
a.    Adanya pekerjaan yang harus di laksanakan
b.    Adanya orang – orang yang melaksanakan pekerjaan tersebut
c.    Adanya tempat pelaksanaan kerja tersebut berlangsung
d.    Adanya suatu hubungan kerja yang baik antar sesame pegawai
Semua itu berdasarkan atas suatu tujuan untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan dengan efisien  dan efektif.

3. Manfaat pengorganisasian
Memperhatikan dari dasar – dasar pengorganisasian sebagaimana yang telah di urai di atas, maka sudah jelas dari manfaat yang dapat di ambil dari adanya pengorganisasian tersebut antara lain.
Dengan adanya pengorganisasian yang efektif, setiap anggota dalam suatu organisasidapat mengethui benar bagaimana status dan perannyabdalam organisasi bersangkutan .
a.    Terjaminnya fokus dalam tugas – tugas organisasi
b.    Meminimalisir kesalahfahaman dalam beberapa hal sebagaiman tugas – tugas yang telah di berikan.
c.    Meningkatkan hubungan kerja dalam organisasilebih dapat di perjelas sehingga staff lainya dapat bekerja dengan makskimal
d.    Mampu memberikan pencapaian tujuan yang lebih memberikan daya guna.

4.   Proses Pengorganisasian
Proses pengorganisasian dapat di rinci secara berurutan meliputi:
a.    Perumusan tujuan
Masing masing perorangan yang bekerja dalam lingkungan suatu organisasi mempumyai cita cita, tujuan dan sasran yang tidak sepenuhnya sama dengan cita – cita, tujuan dan sasaran organisasi selengkapnya. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan yang terdapat di antara tujuan – tujuan organisasi itu dengan tujuan dari masing masing anggota atau sub kelompok terlebih sering di tentukan dalam suatu bentuk proses perunndingan (rapat ). Oleh karena itu, dalam suatu lingkungan orgamisasi maka tujuan bersama atau tujuan kelompok dapat tercapai. Dengan kata lain, individu dalam kelompok harus mendahulukan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.
    Sebelum organnisasi tersebut di susun, terlebih dahulu harus ada tujuan yang mendasari pendirian organisasi. Tujuan ini akan memberikan pedoman yang  kuat bagi setiap anggotanya, terutama dalam menentukan aktifitas – aktifitas apa saja yang di butuhkan untuk mencapai secara efektif dan efisien.
    Perumusan tujuan ini menunjukkan terdapatnya hubungan yang erat antara organisaso dan tujuan. Organisasi dirancang untuk mencapai tujuan. Sebaliknya tujuan hanya mungkin dapat direalisasikan melalui sarana organisasi.
Setelah tujuan di tetapkan, maka langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan tersebut secara rinci dan jelas, termasuk juga batas – batasanya. Perumusan tujuan tersebut dalam praktiknya di jabarkan dalam tugas pokok  yang terdapat dalam AD / ART.
Selanjutnnya tujuan yang telah di tetapkan tersebut tidak boleh terlepas kembali dan diganti  dengan tujuan yang lain, karena digantikannya tujuan dapat menyebabkan perubahan dalam program kerja, maka dari itu tujuan yang telah ditetapkan  harus di pegang teguh  dan di bicarakan dengan pihak yang di ajak kerja sama.
     Tujuan ini menunjukkan ada atau tidak adanya  suatu organisasi. Oleh karena itu apabila orang – orang lain yang di ajak kerja sama tersebut tidak menyetujui  atas tujuan  yang di kehendaki, maka organisasi itu tidak akan timbul. Di sinilah letak tujuan dalam menentukan suatu organisasi.
     Apabila tujuan ini sudah di setujui oleh kedua belah pihak maka langkah selanjutnya  adalah menentukan tugas masing – masing. Oleh karena itulah tujuan harus di ketahui oleh semua pihak yang bertalian dengan organisasi itu, tidak hanya di ketahui oleh satu orang.
Tujuan adalah hal – hal yang ingin di capai atau di pelihara baik berupa materi atau nin materi dengan melakukan satu atau lebih kegiatan (aktifitas). bagi suatu badan atau organisasi, tujuan itu akan berperan sebagai berikut. pertama,sebagai pedoman kearah mana organisasi itu akan di bawa. Kedua, sebagai landasan bagi organisasi yang bersangkutan. Ketiga, menentukan macam aktifitas yang akan di lakukan. Keempat, menentukan program, prosedur, kiss me (koordinasi, integrasi, simplikasi, sinkronisasi,  dan mekanisasi).
b. Fungsi tujuan organisasi adalah : 
1)  sebagai pedoman bagi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan nantinya.
2) sebagai sumber legitimasi untuk mmbenarkan segala kegiatan yang akan di     laksanakan.
3)  sebagai standart pelaksanaan, segala kegiatan harus berorientasi pada tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya.
4) sebagai sumber motivasi  bagi karyawan untuk bekerja lebih produktif. 
5) sebagai dasar rasional bagi kegiatan berorganisasi.
c.    Kendala dalam mencapai tujuan antara lain:  

1) dalam organisasi yang kurang stabil, kadang kadang tujuan dapat berubah. Hal ini mungkin karena pengaruh lingkungan, biaya – biaya yang berubah, adanya penemuan baru dan lain – lain.
2) pimpinan hanya memusatkan pada satu bagian saja dari tujuan  sehingga bagian yang lain dari tujuan tersebut terabaikan.
3) kurang adanya kerja sama yang baik, menyebabkan kegiatan menjadi kurang selaras sehingga mengarah pada tujuan bersama. Kegiatan menjadi terkotak –kotak, karena masing – masing kepala bagian  hanya  memikirkan bagianya sendiri.

d. Hal yang harus di perhatikan agar tujuan dapat tercapai dengan efektif : 
1) individu -  individu yang nantinnya harus bertanggung jawab  atas tercapainya tujuan  dimana hendaknya dilibatkan dalam perumusan tujuan, karena merekalah yang lebih mengetahuinya.
2) dalam perumusan tujuan ada pembagian tugas :  di mana pimpinan merumuskan tujuan umum, kemudian pimpinan tingkat menengah menjabarkan  dan merumuskan tujuan sesuai dengan bidang unit yang di pimpinnya,sedangkan pimpinan tingkat bawah (jika di perlukan atau di ikutsertakan) menjabarkan lebih lanjut. Tujuan umum harus singkat tetapi sudah mencakup keseluruhan yang ingin di capainya.
3) tujuan bidang atau fungsional tidak boleh bertentangan dengan tujuan umum.
4) tujuan harus serealistis mungkin, dalam arti harus di sesuaikan dengan keadaan lingkungan ekstern dan lingkungan intern organisasinya.
5) tujuan harus jelas batas – batas yang hendak di capainya.
6) apabila tujuan organisasi ternyata tidak dapat di capai sepenuhnya, maka pimpinan harus meneliti apa yang menjadi penyebab tidak tercapainya kemudian tindak evaliasi.
Dalam merumuskan tujuan organisasi, maka perlu mengadakan pengambilan keputusan  dengan melalui rapat yang melibatkan pimpinan ataupun staff dan anggota jika memang di perlukan. Hal ini di sebabkan karena sering kali para pemimpin menghadapi situasi yang harus mencari dan menggabungkan pertimbangan  dalam pertemuan kelompok  dan juga seriing terrjadi  keputusan yang di ambil oleh pemimpin yang tidak di dukung oleh anggota, akhirnya keputusan itu tidak dapat di laksanakan. Oleh karena itulah suatu keputusan akan menjadi bermanfaat kalu di lakukan dengan musyawarah atau rapat di antara orang -orang yang akan terlibat dengan keputusan tersebut sewaktu pengamnbilan keoutusan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa proses pengambilan keputusan kelompok  merupakan salah satu corak  dalam pengambilan keputusan dalam organisasi. Cirri dari prosesnya di tandai dengan keterlibatan dan partisipasi dari banyak orang.

5. Departemantasi

Tujuan suatu organisasi adalah untuk mencapai tujuan karena individu-individu tidak dapat mencapai tujuannya sendiri. Kelompok dua atau lebih orang yang bekerja sama secara kooperatif dan dikooordinasikan dapat mencapai hasil lebih dari pada dilakukan perseorangan. Konsep ini disebut synergy.  Tiang dasar pengorganisasian adalah prinsip pembagian kerja (division of labor) yang memungkinkan synergy terjadi.
Agar pembagian kerja dapat berjalan dengan baik, aktifitas pembagian kerja harus memenuhi syarat  “the right man on the right place” . Menurut Wursanto (1988), yang dikutip oleh M. Karebet Widjayakusuma, melalui penempatan kerja yang sesuai dengan bidang dan keahlian masing-masing, syarat ini akan mengupayakan efisiensi kerja yang baik. Pembagian kerja ini efektif karena bila hanya komponen kecil dari pekerjaan yang dilaksanakan, kualifikasi personalia yang rendah dan latihan jabatan lebih mudah. Gerakan-gerakan yang percuma dari komponen pekerjaan yang besar diminimummkan. Lebih dari itu, pembagian kerja mengarahkan penanaman pada peralatan dan mesin-mesin yang efisien untuk meningkatkan produktifitas.
Namun demikian, beberapa penulis telah menunjukkan adanya kosekuensi-konsekunsi pada perilaku karyawan sehubungan dengan pembagian kerja, bila hal itu dilaksanakan secara ekstrim. Ini dapat menimbulkan kebosanan, keletihan, menonton dan kehilangan motivasi yang dapat menghasilkan ketidakefisienan dan bukan efisiensi.  Kegiatan yang dilakukan pada suatu daerah tertentu, digolongkan menjadi suatu kesatuan yang diawasi oleh seorang atasan.
a. Dasar Produksi
    Pada organisasi bisnis yang produknya beraneka ragam, aktifitas dan tenaga kerjanya dikelompokkan atas dasar produk. Karena organisasi berkembang maka sulit untuk mengkooordinasasikan bermacam-macam departemen fungsional dan dipandang menguntungkan untuk menetapkan produk. Bentuk organisasi memungkinkan dapat tenaga kerja untuk mengembangkan seluruh keahliannya dalam riset, membuat dan mendistribusi suatu produk. Sentralisasi otoritas, tanggung jawab dan tanggung gugat dalam departemen produk tertentu memungkinkan menejemen puncak untuk mengkooordinasikan aktifitas-aktifitas yang dibutuhkan untuk memproduksikan sesuatu hasil produksi.
b. Dasar langganan
    Pembagian atas dasar langganan yang dilayani, disebut penggolongan kegiatan atas dasar langganan. Kebaikan utama departementasi atas dasar langganan ini ialah pemberian servis yang sebaik-baiknya pada berbagai macam langganan. Hanya sayangnya bila sejenis langganan  menghilang, akan terjadi pengangguran pada pegawai yang mengurusnya. Selanjutnya penggolongan kegiatan atas dasar langganan, seringkali menyulitkan kerja sama antara para pegawainya.
c. Dasar Fungsi
    Departementasi atau penggolongan aktifitas-aktifitas atas dasar fungsi kedapatan dalam banyak perusahaan. Dasar ini adalah yang banyak dipergunakan sebagai dasar untuk mengorganisir aktifitas perusahaan dan selalu dijumpai sedikit banyaknya dalam setiap struktur organisasi.
d.  Dasar lain-lain seperti: proses, perkakas dan waktu
    Banyak pula perusahaan yang mengadakan departementasi atas dasar proses. Dengan proses dimaksutkan urutan-urutan pelaksana. Jadi penggolongan aktifitas atas dasar proses berarti bahwa aktifitas dibagi atas urutan-urutan pelaksaan. Dalam pabrik tekstil misalnya sering dijumpai penggolongan aktifitas atas dasar proses produksi. Sesuai dengan proses produksi tekstil yakni : pemintalan, penenunan, maka pada industri tekstil dijumpai bagian pemintalan, penenunan.
    Ada juga departementasi yang dirdasarkan atas perkakas yang digunakan. Pada sekolah administrasi misalnya banyak dijumpai bagian-bagian yang didasarkan pada perkakas yang digunakan, sehingga dijumpai ada bagian tik mesin, mesin steno dan seterusnya.
   
Departementasi yang didasarkan atas waktu dijumpai dalam perusahaan yang umumnya proses produksinya adalah terus menerus. Karena keadaan yang demikian maka diadakan bagian-bagian: waktu pagi, waktu siang, waktu sore dan jika perlu waktu malam. Pada pembagian kerja ini masing-masing kepala bagian bertanggung jawab terhadap tugas yang dikerjakan pada jam kerjanya.

6.  Delegasi Wewenang Dan Tanggung Jawab

    pendelegasian dilakukan setelah pembagian kerja. Hal ini dimaksudkan agar bagian dapat menjalankan segala aktifitas menejerial dan dapat dituntut tanggung jawabnya. Tentu saja, dalam penerapan prinsip ini perlu diperhatikan adanya keseimbangan antara kewenangan dan tanggung jawab pekerjaan. Keseimbangan ini akan mewujudkan mekanisme kerja yang sehat. Pada gilirannya, pendelegasian wewenang juga akan memotivasi bawahan untuk lebih percaya diri, bekerja lebih baik, kreatif dan bertanggung jawab.
    Wewenang dapat diperbandingkan dengan sistem syaraf dalam tubuh manusia. Tanpa otak dan syaraf tubuh manusia tidak dapat berfungsi. Tanpa suatu system wewenang, suatu organisaai juga tidak dapat berfungsi. Wewenang (authority) adalh hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan tertentu. 
    Delegasi dapat didefinisikan sebagai pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal kepada orang lain untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Delegasi wewenang adalah proses disaat menejer mengalokasikan wewenang kebawah kepada orang-orang yang melapor kepadanya. Empat kegiatan terjadi ketika delegasi dilakukan.
a.. Pendelegasi menetapkan dan memberikan tujuan dan tugas kepada bawahan.
b.. Pendelegasi melimpahkan wewenang yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan tugas.
c. Penerimaan delegasi, baik emplisit atau eksplisit, menimbulkan kewajiban atau tanggung jawab.
d. Pendelegasi menerima pertanggung jawaban untuk hasil-hasil yang dicapai.
    Ada berapa alasan mengapa perlu pendelegasian. Pertama, pendelegasian memungkinkan menejer dapat mencapai lebih dari bila mereka menangani setiap tugas sendiri. Delegasi weweang dari atasan kebawahan merupakan proses yang diperlukan agar organisasi dapat berfungsi lebih efisien. Delegasi juga memungkinkan menejer memusatkan tenaganya pada tugas-tugas prioritas yang lebih penting. Di lain pihak, delegasi memungkinkan bawahan untuk tumbuh dan berkembang bahkan digunakan sebagai alat utuk belajar dari kesalahan.
    Delegasi dibutuhkan karena menejer tidak selalu mempunyai semua pengetahuan yang dibutuhkan untuk membuat keputusan. Sehingga, agar organisasi dapat menggunakan sumberdaya-sumber dayanya lebih efisien maka pelaksaan tugas-tugas tertentu didelegasikan kepada tingkatan organisasi yang serendah mungkin dapat yang tertadapat cukup kemampuan dan informasi untuk menyelesaikannya.
    Tugas-tugas yang dapat didelegasikan oleh menejer harus dilihat dari tugas-tugas menejer dari kedua sudutnya, yakni dari sudut proses dan sudut bidang.
    Dari sudut proses tugas-tugas menejer atau fungsi-fungsi menejer itu adalah: planning, organizing, assembling resources, directing dan controling. Tugas-tugas menejer bila ditinjau dari sudut bidang dapat digolongkan sebagai berikut: produksi, personlia, keuangan, tata usaha dan statistic, marketing dan lain-lain.
    Menurut Alvin Brown dan W. H. Newman yang dikutip oleh M. Manullang fungsi seorang menejer diperas menjadi tiga fungsi yaitu: perencanaan (planning + organizing) pelaksanaan (assembling resources) dan pengawasan (controling). Mendasarkan diri pada ketiga terminologi tersebut, menurut mereka delegasi dimulai dengan mendelegasikan sebagian tugas pelaksanaan dan sedikit-dikitnya sebagian dari tugas perencanaan kepada bawahan. Berpegang kepada ketiga tugas menejer tersebut diatas, pendelegasian tugas dimulai dari pelaksanaan, pada taraf berikutnya bila perusahaan semakin meluas aktifitasnya maka sebagian dari tugas perencanaan dapat didelegasikan kepada para bawahan. Pada taraf berikutnya tugas menejer yang termasuk perencanaan dan pelaksanaan semakin dikurangi dan semakin banyak perhatian dipusatkan pada pelaksanaan tugas pengawasan.
    Namun sesungguhnya tidak demikian halnya. Seluruh tugas-tugas menejer sebagian dapat didelegasikan berdasarkan kebutuhan atau keadaan, hanya saja bila diambil suatu perbandingan maka tugas pelaksanaan sebagian dapat didelegasikan. Tugas pengawasan sebagian kecil dapat didelegasikan dan tugas perencaan sebagian dapat didelegasikan.
    Beberapa jenis pendelegasian wewenang ini terlihat dari catatan atau disposisi yang diberikan oleh pemimpin kepada bawahannya. Pada negara-negara yang sedang berkembang makin termpil orang melaksanakan tugas semakin banyak pula tugas yang diterima. Pada akhirnya karena demikian bnyak tugas yang harus diselesaikan dia akan terbenam dalam tugas “collaps” sehingga akan menimbulkan rendahnya produktifitas karena kurang efektif dan efisien.
    Keterampilan dalam melaksanakan tugas perlu diajarkan kepada bawahannya sehingga bawahan dapat mengambil tanggung jawab dan wewenang dari pimpinan, dan hal ini akan membantu meringankan tugas dan tanggung jawab pimpinan. Untuk pendelegasian wewenangpun dibutuhkan suatu keterampilan sehingga pendelegasian ini wewenang ini benar-benar jatuh kepada orang yang dapat melaksanakan tugas tersebut dengan berhasil dan berdaya guna dengan tepat waktunya.
    Dalam pendeleganisasian wewenang ini perlu diperhatikan unsur pemerataan tugas, sehingga setiap orang akan mendapat tugas sesuai dengan bidangnya dan kemampuannya masing-masing. Jangan sampai terjadi tugas yang dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik mendapat tugas yang berlebihan sedang petugas yang lain tidak mendapat tugas apapun sehingga menjadi pengangguran yang tidak kentara. Pada akhirnya untuk pendelegasian wewenang ini diperlukan upaya untuk menempatkan orang yang disesuaikan dengan bidang kemampuannya dan keahliannya.
    Salah satu hal yang amat penting dalam maslah delegasi, ialah bagaimana supaya delegasi itu efektif. Untuk mencapai hal tersebut ada beberapa hal yang dapat dipedomani.
    Pertama-tama unsur delegasi harus lengkap dan jelas. Jadi harus diperinci apa yang menjadi pekerjaan-pekerjaan dari seorang yang menerima tugas, demikian pula apa yang menjadi hak atau wewenang serta apa yang diharapkan untuk dihasilkannya bila ia mengerjakan pekerjaan-pekerjaan tersebut dan memakai wewenang yang ada padanya.
    Kedua, menejer harus mendelegasikan kepada orang yang tepat. Tepat tidaknya orang untuk menerima delegasi dapat diketahui bila ia sudah memenuhi kualifikasi fisik dan psikis sebagi kebutuhan oleh jabatannya. Bila sudah terdapat orang yang tepat maka seorang menejer harus bersedia mendelegasikan kepadanya, dengan kata lain menejer harus memberi kesempatan kepada bawahan yang tepat untuk menerima suatu tugas dan kekuasaan.
    Ketiga, menejer yang mendelegasikan harus memberikan peralatan yang cukup dan mengusahakan keadaan sekitar yang efisien. Untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik, perlulah seorang itu mempunyai peralatan yang cukup. Selanjutnya keaadaan sekitar tempat seseorang melaksanakan tugasnya mempengaruhi berhasil tidaknya seorang melaksanakan tugasnya. Menurut The Liang Gie yang dikutip oleh M. Manullang, mengatkan tiga yang diperhatikan yaitu: cahaya, udara dan suara.
    Keempat menejer yang mendelegasikan harus memberikan insentif. Agar seseorang mau melaksanakn tugas sebaik-baiknya, maka kepadanya harus diberi insentif atau perangsang baik materi maupun non materi.
    Delegasi adalah faktor faktor kritis bagi menejemen yang efektif, tetapi banyak menejer yang gagal untuk mendelegasikan, karena beberapa alasan. Alasan-alasan tersebut antara lain:
1.    Menejer merasa lebih bila mereka tetap mempertahankan hak pembuatan keputusan.
2.    Menejer tidak beredia menghadapi resiko  bahwa bawahan akan melaksanakan bawahan akan melaksanakan wewenangnya dengan salah atau gagal.
3.    Menejer tidak atau kurang kepercayaan akan kemampuan bawahannya.
4.    Menejer merasa bahwa bawahan lebih senang tidak mempunyai hak pembuatan keputusan yang luas.
5.    Menejer takut bahwa bawahannya akan melaksanakan tugasnya dengan efektif sehingga posisinya sendiri akan terancam.
6.    Menejer tidak mempunyai kemampuan menejerial untuk mendelegasikan tugasnya.  
7. Koordinasi

Didalam organisasi kegiatan-kegiatan dibagi-bagi dan dipertementalisasikan, namun menejer masih perlu mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif. Kemampuan menejer untuk mengkoordinasikan secara efektif sebagian besar tergantung dari bawah atau anggota organisasi untuk menyadari dan mewujudkan komitmennya terhadap organisasi.
    Koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan dari satuan-satuan yang terpisah (unit-unit) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.  Jika koordinasi berjalan dengan baik, maka tidak akan terjadi kesemrawutan, kekacauan, tumpang tindih atau kekosongan kerja.
    Kepentingan yang mendasar adalah tanpa koordinasi, para individu dan bagian-bagian  akan kehilangan pandangan tentang peran mereka di dalam organisasi. Mereka akan mengejar kepentingan mereka yang khas, seringkali mengorbankan tujuan organisasi.
    Aktifitas unit-unit organisasi berbeda dalam hal sejauh mana aktifitas-aktifitas itu perlu di intregasikan dengan aktifitas unit-unit lainnya. Kebutuhan organisasi itu timbul apa bila organisasinya bertambah besar, berkembang pesat dan kegiatan-kegiatannya bertambah kompleks. Kompleksitas kegiatan tidak boleh sampai menimbulkan kesemrawutan kegiatan. Semuanya itu harus diarahkan ke satu tujuan tertentu yakni tujuan organisasi sebagai keseluruhan. Disinilah koordinasi berperan penting.
    Menurut Agarwal yang dikutip oleh Ibnu Syamsi, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab akan kebutuhan koordinasi, antara lain:  adanya pembagian tugas dalam koordinasi, adanya penjenjengan dalam organisasi, adanya penggolongan unit-unit secara fungsional, adanya fungsi lini dan staf, alokasi sumber dana dan daya yang terbatas dan kepribadian individu yang berbeda-beda.
    Agar langkah-langkah kegiatan yang terkoordinasi dapat terwujud perlu disusun Tim Koordinasi yang mencerminkan keterpaduan unit-unit terkait maupun instansi-instansi terkait yang terlihat dalam kegitan tersebut. Di samping itu akan akan kelihatan peran masing-masing anggota tim termasuk tanggung jawabnya. Begitu pula akan tanpak dengan jelas siapa yang bertanggung jawab dalam masing-masing langkah kegiatan dan terjabar pula jadwal pertemuan koordinasi.
    Unsur lain yang menciptakan suatu organisasi yang benar, haruslah pada persamaan kepentingan yang rill dalam mencapai tujuan yang di inginkan, rill dalam arti obyektif dan rill dalam kesadaran anggota-anggotanya. Faktor yang esensil yang tidak boleh pula dilupakan adalah disiplin, baik disiplin dari bawahan maupun disiplin terhadap diri pribadi.
    Ada beberapa macam koordinasi yang antara lain.
a.    koordinasi vertikal, yaitu koordinasi yang dilakukan oleh atasan kepada para bawahannya.
b.    Koordinasi horizontal, adalah koordinasi yang dilakukan dalam unit-unit yang sederajat atau antar instansi yang sederajat.
c.    Koordinasi diagonal, koordinasi diagonal dapat terjadi dalam organisasi yang pengelolaan bidangnya atau fungsinya sentralisasi.
    Koordinasi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Empat cara utama dalam usaha memelihara koordinasi adalah:
1)    mengadakan pertemuan resmi antara unsur-unsur atau unit-unit yang harus di koordinasikan, dengan tujuan supaya mereka berjalan seiring dan bergandengan dalam mencapai tujuan.
2)    Mengangkat seseorang, suatu team atau panitia koordinator yang khusus bertugas melakukan kegiatan-kegiatan koorganisasi seperti memberi penjelasan atau bimbingan kepada unit-unit yang di koordinasikannya.
3)    Membuat buku pedoman, yang menjelaskan tugas dari masing-masing satu sama lain, yang diberikan kepada setiap unit untuk dipedomani dalam pelaksanaan tugas masing-masing.
4)    Pimpinan atau atasan mengadakan pertemuan-pertemuan informal dengan bawahannya dalam rangka pemberian bimbingan, konsultasi dan pengarahan.
    Koordinasi yang baik itu harus menciptakan hal-hal sebagi berikut:  adanya pembagian tugas dan pekerjaan yang jelas dalam organisasi, adanya komunikasi yang cukup diantara orang-orang dalam organisasi, koordinasi ditetapkan dan dilaksanakan sebagi kesatuan dan perencanaan, pembimbingan dan pengadilan.
    Akibat kurang adanya koordinasi antara lain:
a)    para anggota saling bertengkar untuk mangenai haknya, saling berebut hak, tetapi saling melemparkan tanggung jawab.
b)    Adanya keputusan yang dibuat kurang sempurna karena kurang bahan yang terhimpun lengkap dari berbagai unit kerja.
c)    Timbulnya badan baru atau panitia-panitia yang sebetulnya tidak perlu.
a.    Nanun, ada beberapa cara untuk mengatasi kurangnya koordinasi diatas, yakni dengan pembagian kerja yang tuntas, dengan memupuk semangat kerja sama yang baik,dengan menggunakan fasilitas-fasilitas komonikasi, dengan menciptakan langkah-langkah koordinasi secara kontinyu.

B. Telaah Kepustakaan Penelitian (Penelitian Terdahulu)

      Adapun telaah kepustakaan penelitian dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Fungsi pengorganisasian di majlis ulama’ indonesia propinsi jawa timur dan pengembangan dakwah islam, yang di tulis oleh almartin anis k dalam memberi definisi pengorganisasian lebih menitik beratkan pada tercapainya tujuan organisasi melalui proses struktural optimal , mengelompokkkan orang serta menetapkan tugas – tugas , fungsi, wewenang, dan tanggung jawab masing – masing.sedangkan peneliti l;ebih luas dalammemberi definisi pengorganisasian yakni sebagai proses penetapan struktur peran – peran melalui penentuan aktifitas – aktifitas yang di butuhkan untuk mencapai tujuan – tujuan organisasi dan bagian –bagianya, pengelompokkan aktfitas, penugasan kelompok aktifitas kepada manajer, pendelegasian wewenang untuk melaksanakannya, pengkoordinasian hubunga hubungan wewenang dan informasi, baik horisontal maupun vertikal dalam struktur organisasi. Persamaannya adalah menjelaskan konsep dengan mengangkat masalah yang sama – sama memiliki kesimpulan dan tujuan yang sama yaitu untuk malakukan pengorganisasian yang tepat dan efisien guna memaksimalkan dan mendinamisasi pergerakan roda keorganisasian  dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya.

2.    Pola kepemimpinan khoirun pada organisasi ikatan qori’ qoriah mahasiswa iain sunan ampel surabaya periode 2001 – 2002, yang di tulis oleh deni zakiah, 2002. Di sini sangat jelas perbedaannya karena dalam skripsi yang di tulis  oleh deni zakiah yang membahas tentang kepemimpinan khoiruman  yang di lihat dari segi kondisi obyektif kepengurusan iqma  periode 2001 -2002 dan arah serta strategi program kerja pengurus. Sedangkan penelitian ini membahasa mengenai proses pengorganisasian staff sat. Menwa 820 iain sunan ampel surabaya  yang di lihat dari segi perumusan tujuan, departementasi, pelimpahan wewenang dan tanggung jawab, serta  koordinasi. Selain itu juga obyek yang di teliti juga berbeda.


BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model pendekatan kualitatif, karena tidak terdiri dari angka dan tidak mengadakan perbandingan dengan variable lainya.
Bogdan dan taylor yang di kutip oleh lexy j. Moleong  mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis atau lisan dari orang – orang  dan prilaku yang diamati menurut mereka pendekatan ini di arahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh).
Sedangkan jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha  untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data – data.  Jadi ia juga menyajikan data. Menganalisis dan menginterpretasikan yang bertujuan untuk pemecahan masalah secara sistematis dan actual  mengenai fakta – fakta dan sifat – sifat populasi.  karena peneliti ingin mengetahui keadaan mengenai proses pengorganisasian staff sat. Menwa 820 iain sunan ampel surabaya.dalam perspektif analisis swot dengan cara mengumpulkan data sebanyak banyaknya yang kemudian di analisa.

B.    Wilayah Penelitian

Penelitian ini di lakukan di sat. Menwa 820 IAIN Sunan Ampel Surabaya.
C.    Jenis Dan Sumber Data
1.    Jenis data.
Dalam penelitian ini menggunakan data primer. Data primer adalah data yang di peroleh langsung dari sumbernya di amati dan di catat untuk pertama kalinya. Pengumpulan data primer ini dapat di lakukan dengan cara  di antaranya melalui observasi, wawancara dan surve.
    Adapun Data Primer Yang Di Gunakan Oleh Peneliti Adalah Untuk Menghimpun Data Tentang:
a.    Proses pengorganisasian
b.    Perumusan tujuan
c.    Dasar – dasar  pengorganisasian
d.    Delegasi wewenang dan tanggung jawab
e.    Pengkoordinasian staff
f.    Struktur organisasi
g.    Program kerja

2.    Sumber Data

Menurut suharsemi ari kunto, sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana dapat di peroleh.  sedangkan menurut lexy j. Moleong sumber data utama adalah penelitian kualitatif ialah kata  - kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seerti dokumen dan lain – lain.
Informan kunci yang di jadikan sebagai  sumber data adalah  sebagai sumber data adalah pak. Indara cakra s.hi yang mana antan komandan sat. Menwa 820 iain sunan ampel surabaya , yang sekarang menjabat sebagai kasmen (kepala staff resimen). Peneliti menjadikannya sebagai informan karena orang ini yang memegang peranan penting dalam penentuan departementasi di satuan walaupun sekarang sudah defisioner, dan juga selain itu juga ada       m. Anas hidayat selaku komandan priode sekarang, dan fatika afsari selaku wakil komandan sat. Menwa 820 iain sunan ampel surabaya, merupaka kunci dari segala informasi yang akan di butuhkan dalam penelitian ini.
    Berdasarkan jenis data di atas  maka sumber data dari masing – masing  data tersebut adalah:

a.    Proses pengorganisasian            : kasmen beserta komandan
b.    Perumusan tujuan                : komandan dan wadan
c.    Dasar – dasar  pengorganisasian        : kasmen dan komandan
d.    Delegasi wewenang dan tanggung jawab    : komandan dan wadan
e.    Pengkoordinasian staff            : komandan dan wadan
f.    Struktur organisasi                :dokumen
g.    Program kerja                    :dokumen

D.    Tahap – tahap penelitian

Adalah proses kerja peneliti sebelum sampai pada proses di lapangan yaitu:
1.    Tahap pra lapangan.
a.    Observasi
b.    Konsultasi pada pembimbing
c.    Menyusun rencana penelitian
d.    Menyiapkan kelengkapan penelitian serta memahami persoalan etika peneliti

2.    Tahap pekerjaan lapangan

Adalah tahap ketika berada di lapangan, di mana pada tahap ini di bagi atas tiga bagian yaitu: memahami objek penelitian (ruang lingkup penelitian), persiapan diri dalam memasuki lapangan, dan peran serta dalam mengumpulkan data  - data.
    dalam memahami objek  penelitian  serta persiapan dari dalam memasuki lapangan  ada beberapa  hal yang perlu di perhatikan yakni pembatasan objek penelitian. Di mana dalam penelitian ini peneliti menerapkan system keakraban dalam pengumpulan data.

E.    Tekhnik Pengumpulan Data

Adapun tekhnik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan metode:

1.    Wawancara (interview)

Yang di maksud dengan wawancara adalah proses memperoleh  keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab  sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang di namakan interview quide (panduan wawancara).
a.    Tujuan dilaksanakannya pengorganisasian
b.    Tingkat keberhasilan dalam pengorganisasian
c.    Dampak diadakanya pengorganisasian.
d.    Dasar – dasar  pengorganisasian
e.    Adanya pendelegasian wewenang  dan  tanggung jawab

2.    Dokumentasi

Dokumen adalah suratyang tertulis atau tercetak yang di pakai sebagai bukti keterangan  ( seperti akta kelahiran, sertifikat pendidikan, dlll), data yang di peroleh dari hasil dokumentasi adalah:
a.    Program kerja
b.    Struktur organisasi
c.    Departementasi

3.    Pengamatan (obsevasi)

Yang di maksud observasi adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat  standar lain untuk keperluan tersebut   metode ini di gunakan untuk memperoleh data tentang :
a.    Dampak pelaksanaan adanya pengorganisasian staff sat. Menwa 820 baik bagi lingkungan internal maupun eksternal satuan.
b.     Berbagai pengamatan lainnya yang berfungsi sebagai penyempurnaan hasil penelitian ini.
Matrik pengumpulan data

.    Perumusan tujuan di laksanakan pengorganisasian
a.    Tingkat keberhasilan dalam pengorganisasian
b.    Dampak diadakanya pengorganisasian.

c.    Dasar-dasar pengorganisasian
Keterangan:
Tdp    : tekhnik pengumpulan data
W    : wawancara
D    : dokumentasi
O    : observasi
F.    Tekhnik analisis data
Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi satuan-satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.  Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi.  Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Huberman yaitu suatu aktifitas yang meliputi data reduction, data display, dan conclusions drawing/ verification. Untuk lebih memahami teknik tersebut, maka akan dijelaskan sebagai berikut  :

a.       Data reduction.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dalam hal ini, ketika peneliti memperoleh data dari lapangan dengan jumlah yang cukup banyak. Maka perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Adapun hasil dari mereduksi data, peneliti telah memfokuskan pada bidang penerapan proses pengorganisasian. Hal ini dilakukan peneliti dengan mengamati serta meninjau kembali hasil wawancara yang akan dilakukan dengan Komandan sat. menwa 820 dan orang-orang yang bersangkutan dengan pelaksanaan proses pengorganisasian ini.

b.      Data display.

Setelah data direduksi, selanjutnya peneliti mendisplaikan data yang berarti mengorganisir data, menyusun data dalam suatu pola hubungan sehingga semakin mudah difahami. Dalam hal ini, peneliti memfokuskan pada beberapa Devisi. Hal ini dilakukan peneliti karena dipandang memiliki kaitan dengan penerapan pendelegasian dan pelimpahan tanggung jawab. Dengan demikian, hasil dari data display ini mampu memudahkan peneliti dalam upaya pemaparan dan penegasan kesimpulan.

c.       Conclusions drawing/ verification.

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan. Dalam hal ini, peneliti berusaha dan berharap kesimpulan yang dicapai mampu menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal yaitu yang berkaitan dengan proses pengorganisasian staff sat. Menwa 820 IAIN Sunan Ampel Surabaya.

G.    Tekhnik Keabsahan  Data

1.    Perpanjangan keikutsertaan

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data, keikutsertaan tersebut tidak hanya dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada tempat penelitian.
     dalam konteks ini, upaya menggali data atau informasi yang berkaitan  dengan masalah penelitian. Peneliti selalu ikut serta dengan informan utama dalam upaya  menggali informasi yang berkaitan dengan focus penelitian.

2.    Ketekunan pengamatan

Ketekunan pengamatan di lakukan dengan maksud enemukan ciri – ciri dan unsure – unsure dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau  isu yang sedang di cari dan kemudian memusatkan diri pada hal – hal tersebut secara rinci.
 dalam konteks ini, peneliti melakukan pengamatan terlebih dahulu  secara tekun  sebelum mengambil pembahasan penelitian, kemudian peneliti menemukan masalah menarik untuk di bedah  yaitu proses pengorganisasian  staff sat. Menwa 820 iain sunan ampel Surabaya.

3.    Pemeriksaan sejawat melalui diskusi

Tekhnik ini di perlukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang di peroleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan – rekan sejawat. Dalam konteks ini, upaya melakukan sosialisasi  dan penyempurnaan hasil penelitian, peneliti melakukan diskusi dengan rekan – rekan sejawat. Melalui ujian proposal penelitian  skripsi yang di hadiri oleh rekan – rekan sejawat serta di damping oleh dosen penguji proposal penleitian. Hal ini di lakukan dengan maksud agar hasil penelitian nantinya dapat menjadi lebih baik.

H.    Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan urutan sekaligus kerangka berfikir dalam penulisan skripsi, untuk lebih mudah memahami penulisan skripsi ini, maka disusunlah sistematika pembahasan, antara lain : proses pengorganisasian Staff
          
 BAB I       : PENDAHULUAN

Pada bab ini berisikan tentang gambaran umum yang meliputi : konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep dan sistematika pembahasan.

 BAB II      : KERANGKA TEORITIK

Pada bab ini berisikan tentang kajian kepustakaan konseptual, yang meliputi : proses pengorganisasian Staff , Dasar – dasar pengorganisasian, Manfaat pengorganisasian, Proses pengorganisasian, . Departemantasi, Delegasi wewenang dan tanggung jawab, Koordinasi.

 BAB III    : METODE PENELITIAN

Pada bab ini berisikan tentang metode penelitian yang menjelaskan tentang pendekatan dan jenis penelitian, wilayah penelitian, jenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data serta teknik keabsahan data.

BAB IV    : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Pada bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum lokasi  Penelitian, penyajian data yang memaparkan fakta-fakta mengenai masalah yang diangkat dan analisis data. Data yang telah dianalisis dan diuji keabsahan datanya dibandingkan dengan teori. Hasil uraian tersebut tertulis dalam sub bab pembahasan.

BAB V      : PENUTUP

Pada bab ini berisi penutup yang memaparkan tentang kesimpulan serta rekomendasi


I.    Jadwal penelitian

    Dalam waktu penelitian, kami meneliti tempat Tersebut dalam kurun waktu 6 bulan sampai 12 bulan. Untuk  itu perlu di rencanakan jadwal pelaksanaan penelitian. Jadwal penelitian berisi ektivitas yang di lakukan dan kapan akan di lakukan berikut ini contoh rencana jadwal penelitian kualitatif.


PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN

Adapun beberapa pedoman wawancara dalam penelitian tersebut adalah :
1.      Sejarah munculnya pengorganisasian di bawah sistim komando.
2.      Tujuan di adakanya pengorganisasian.
3.      Beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pengorganisasian staff sat. Menwa 820.
4.      Beberapa departemen yang terbagi setelah di organisasikan.
5.      Tingkat keberhasilan program pengorganisasian staff sat. Menwa 820 iain sunan ampel surabaya
6.      Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pengorganisasian.
7.      Beberapa dampak pengorganisasian dikalangan eksternal maupun internal organisasi.


DAFTAR PUSTAKA

Bedjo. Siswanto, Manejemen Mode, Bandung, Sinar Baru,1989.
Cholid narbuko dan abu achmadi, Metodoligi Penelitian ,Jakarta,  bumi aksara, 2001.
Didin hafidhuddin dan hendri tanjung, Manajemen syari’at dalam  praktek, jakarta, gema  insani, 2003.
Departemen  agama republik indonesia, Al- Quran  Dan Terjemahnya, surabaya, mahkota, 1989.
Dyduet Hardjito, Teori Organisasi Dan Tekhnik Pengorganisasian, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997.
Komarudin, ensiklopedi manajemen, jakarta: bumi aksara, 1994.
Lexy j. moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,  Bandung ,  Remaja Rosda Karya 2009.
Marzuki, Metodologi Riset,  Yogyakarta, BPFE, 1995.
Malayu S.P Hasibuan, Organisasi Dan Motifasi, jakarta, bumi aksara, 1996.
Manulang, Dasar – Dasar Menejemen, Jakarta,  Ghalia indonesia,1988.
M. Karabert widjayanta kusuma . Pengantar Manajemen Syariat,Jakarta,khoirul bayan sumber pemikiran islam, 2002.
Sutarta, et.all. ensklopedi administrasi, jakarta: haji masagung, 1989.
Suharsimi ari kunto, Prosedur Penelitian,  Jakarta: rineka cipta, 2002 .
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta. 2007
T.Hani Handoo,. Manejemen, Yogyakarta, BPFE, 1995.
Zaini mochtarom , Dasar – Dasar Manajemen Dakwah, Yogyakarta, al- amin press.1996.

Mengetahui Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Penelitian Kuantitatif

Berdasarkan jenis data dan cara pengolahannya, secara umum, penelitian dapat dibedakan atas penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Berikut dipaparkan perbedaan penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Tulisan ini diringkas dari Bab I buku Bogdan, Robert C. dan Biklen, Knopp S. 1998. Qualitative Research in Education: An Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon, Inc. Semoga bermanfaat.
Penelitian kualitatif digunakan sebagai istilah payung strategi penelitian dengan karakteristik berikut.
•    Data penelitian merupakan data lunak (soft data), yakni data yang kaya akan deskripsi orang, benda, tempat, dan percakapan atau tuturan.
•    Masalah penelitian dirumuskan dalam wujud fokus penelitian yang menggambarkan kompleksitas masalah penelitian sesuai dengan konteksnya (bukan dalam wujud variabel, pertanyaan, atau hipotesis).
•    Data dikumpulkan dari dan dalam latar alamiah, yakni latar nyata dan sebagaimana adanya.
Teknik penelitian yang populer digunakan dalam penelitian kualitatif adalah:
•    observasi partisipatif, yakni peneliti sebagai pengamat sekaligus sebagai partisipan penelitian; dan
•    wawancara mendalam, yakni peneliti menggali informasi secara utuh, menyeluruh, dan mendalam untuk memperoleh pandangan, pemikiran, dan keyakinan subjek, responden, atau informan serta untuk memperoleh sistem yang berlaku dalam pranata suatu komunit