D
|
iantara tanggung jawab besar
yang jelas diperhatikan dan disoroti oleh Islam juga oleh penalaran logika,
adalah tanggung jawab seorang kepala rumah tangga, yang bertanggung jawab untuk
mendidik orang-orang yang berada di pundaknya, baik anak-anak yang merupakan
amanah Alloh SWT maupun istri seorang bapak atau kepala rumah tangga memiliki
kewajiban berupa tanggung jawab pengajaran, bimbingan dan pendidikan. Ini sesungguhnya
bukan tanggung jawab kecil dan ringan, karena telah dituntut sejak seorang anak
dilahirkan hingga ia mencapai usia remaja, bahkan sampai ia menginjak usia
dewasa yang sempurna.
S
|
eorang pendidik, baik guru, ayah ibu,
maupun tokoh masyarakat, ketika melaksanakan tanggung jawabnya secara sempurna,
penuh dengan rasa amanat, kesungguhan serta sesuai dengan petunjuk Islam, maka
sesungguhnya ia telah mengarahkan segala usahanya untuk membentuk individu yang
penuh dengan kepribadian dan keistimewaan. Ia juga sesungguhnya telah ikut
andil dalam membentuk keluarga saleh yang penuh dengan kepribadian dan
keistimewaan diatas. Dengan demikian, baik disadari maupun tidak, ia telah ikut
mengambil bagian penting dalam membangun masyarakat ideal. Inilah logika Islam
dalam menciptakan kemaslahatan.
K
|
alau kita teliti ayat-ayat Al
Qur'an Al Karim maupun hadis-hadis Rasulullah Saw. yang menganjurkan kepada
para pendidik untuk melaksanakan tangggung jawab mereka dan memperingatkan
mereka manakala melalaikan tanggung jawabnya itu.
Diantara ayat-ayat tersebut
adalah sebagai berikut:
"Dan perintahkanlah
kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya" (QS Thaha: 32)
"Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka" (QS At Tahrim:
6)
"Dan sesungguhnya kamu
akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan" (QS An Nahl: 93)
"Allah mensyariatkan
bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu..."(QS An Nisa': 11)
"Para ibu hendaklah
menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh."(QS Al Baqarah: 233)
Hadis
Diantara hadis-hadis yang
berkenaan dengan persoalan ini adalah sebagai berikut:
"Seorang laki-laki
(suami) adalah pemimpin di dalam keluarganya dan ia bertanggung jawab terhadap
yang dipimpinnya itu. Dan seorang wanita (istri) adalah pemimpin di dalam rumah
suaminya dan ia bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya itu." (HR.Bukhari
dan Muslim)
"Seorang yang mendidik
anaknya itu lebih baik daripada bersedekah satu sha'."(HR. At Tirmidzi)
"Seorang ayah tidak
pernah memberi kepada anaknya sesuatu yang lebih baik dari pada adab yang
mulia." (HR. At Tirmidzi)
" Ajarkanlah kebaikan
kepada anak-anak kamu dan keluarga kamu dan didiklah mereka" (HR. Abdur
Razzaq dan Sa'id bin Mansur)
" Didiklah anak-anakmu
pada tiga hal: mencintai Nabimu, mencintai ahli baitnya, dan membaca Al
Qur'an." (HR. Ath Thabrani)
"Kedua kaki seorang hamba
tidak akan bergeser pada hari kiamat sebelum ia ditanya tentang empat hal:
tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia
rusakkan, tentang hartanya dari mana ia mendapatkannya dan untuk apa ia
menafkahkannya, dan tentang ilmunya yang ia amalkannya." (HR At Tirmidzi)
Bertolak dari petunjuk-petunjuk Al Qur'an dan hadis Nabi di
atas, para pendidik betul-betul menaruh perhatian yang sangat besar terhadap
persoalan pendidikan anak-anak mereka dari generasi ke generasi, mereka juga
sangat memperhatikan pengajaran dan bimbingan untuk meluruskan
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada anak mereka.
Berikut penulis sampaikan
kisah dan berita orang-orang terdahulu, akan perhatian yang sangat besar dari
para ulama salaf serta kemauannya yang sangat kuat untuk mengajar dan mendidik
anak mereka.
Al Jahizh telah meriwayakan
bahwasanya ketika 'Uqbah bin Abi Sufyan menyerahkan anaknya kepada seorang
guru, ia mengatakan," Hendaklah yang pertama kali Engkau lakukan untuk
memperbaiki anakku adalah memperbaiki dirimu sendiri, karena penglihatan mata
mereka adalah tertumpu pada penglihatanmu; apa yang baik pada mereka adalah apa
yang menurutmu dianggap baik, dan yang jelek pada mereka adalah apa yang
menurutmu dianggap jelek. Ajarkanlah kepada mereka biografi orang-orang bijak
dan akhlak orang-orang berbudi; ancamlah mereka dengan diriku dan didiklah
mereka tanpa membandingkan dengan diriku; Jadilah Engkau seorang dokter yang
tidak memberikan resp obat sampai mengetahui penyakit yang diderita pasien;
janganlah Engkau membatasi hanya kepada sesuatu yang tidak bisa aku lakukan,
karena sesungguhnya aku telah mempercayakan sepenuhnya akan anakku."
Ibnu Khaldun dalam
Muqaddimah-nya menceritakan, bahwasanya ketika Harun Al Rasyid menyerahkan
anaknya, Al-Amin kepada seorang guru, ia mengatakan,"Wahai Ahmar,
sesungguhnya Amirul Mukminin telah menyerahkan kepadamu belahan jiwa dan buah
hatinya. Maka, bukalah tanganmu atasnya lebar-lebar dan ketaatanmu kepadanya
adalah kewajiban; tetaplah kamu bersamanya sebagaimana kamu kepada Amirul
Mukminin; bacakan kepadanya Al Qur'an dan ajarkanlah hadis-hadis; riwayatkanlah
kepadanya syair-syair dan ajarkanlah kepadanya sunnah; perlihatkan kepadanya
fenomena fenomena dan dasar-dasar ilmu kalam; laranglah dirinya tertawa bukan
pada waktunya; janganlah ia bertemu denganmu sesaat saja kecuali kamu
menyampaikan kepadanya pelajaran-pelajaran yang dapat diambilnya, dengan
tidakmenyembunyikannya sehingga pikirannya menjadi mati; janganlah kamu biarkan
dirinya berleha-leha,sehingga ia suka nganggur dan bersenang-senang;
luruskanlah dirinya sesuai kemampuanmu dengan pendekatan yang lembut; jika ia
menolaknya maka lakukanlah dengan kekerasan."
Abdul Malik bin Marwan
mengatakan seraya memberikan nasihat kepada guru dari anaknya," Ajarkan
kepada mereka kejujuran sebagaimana kamu mengajarkan kepada mereka Al Qur'an;
biasakanlah mereka dengan akhlak yang terpuji; bacakan kepada mereka
syair-syair agar mereka berani dan bersemangat; ajaklah mereka duduk-duduk
bersama orang-orang besar dan para ilmuan; jauhkan mereka dari orang orang yang
rendah budinya dan para pelayan, karena mereka adalah orang orang yang paling
rendah budinya; hargailah mereka di tempat keramaian, dan tegurlah mereka
secara rahasia; pukullah mereka atas perbuatan dusta, karena dusta menarik
kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan itu sungguh menarik kepada Neraka."
Al Hajjaj mengatakan pula
kepada guru dari anak-anaknya, 'Ajarilah mereka renang sebelum menulis, karena
mereka masih menemukan orang yang menulis untuk mereka, tetapi tidak bisa
menemukan orang yang berenang untuk mereka."
Salah seorang filosof berkata kepada
guru dari anaknya, "Janganlah kamu keluarkan mereka dari satu ilmu ke ilmu
yang lain hingga mereka betul-betul menguasai ilmu tersebut. Karena
bertumpuk-tumpuknya ilmu dalam pendengaran dan berdesakkannya dalam prasangka
adalah bisa menyesatkan pemahaman."
Umar bin Khaththab r.a.
menulis surat untuk penduduk Syam: "Ajarilah anak-anak kalian renang,
memanah dan menunggang kuda."
Diantara wasiat Ibnu Sina
dalam hal pendidikan anak: "Anak-anak di sekolah hendaknya memiliki teman
sebaya yang terpuji budi pekertinya dan baik tradisinya. Karena seorang anak
akan saling meniru kebiasaan anak yang lain, saling mencontoh dan saling
menyayang."
Hisyam bin Abdul Malik berkata
kepada seorang guru dari anaknya, Sulaiman Al-Kalbi, "Sesungguhnya putraku
ini adalah bagian dari kulit mataku, dan kini telah aku serahkan kepadamu untuk
mendidiknya. Oleh karena itu hendaklah kamu selalu bertakwa kepada Allah dan
sampaikanlah amanat. Mula-mula yang aku wasiatkan kepadamu, hendaklah kamu
membimbingnya dengan Kitab Allah, kemudian kamu bacakan kepadanya syair-syair
terbaik; kemudian bawalah ia berkeliling melihat kehidupan bangsa Arab, lalu
ambillah syair-syair mereka yang terbaik; ajarkanlah kepadanya satu bagian
tentang halal dan haram, berpidato dan berperang."
Yang telah disebutkan diatas
adalah sekelumit dari pelajaran yang dapat diambil dari besarnya perhatian,
baik dari orang-orang khusus maupun awam tentang pendidikan anak-anak mereka,
tentang memilih pendidik yang terbaik bagi mereka serta nasihat mereka tentang
prinsip-prinsip pendidikan yang benar, tentang dasar-dasar pendidikan yang
praktis dan utama. Karena mereka merasa sebagai orang yang bertanggung jawab
atas anak-anaknya, dan yang diberi amanat atas mereka. Mereka akan dihisab dan
disiksa manakala melalaikan tanggung jawab dan kewajibannya untuk mendidik dan
menajar anak-anaknya.
Jika para pendidik, baik ibu
bapak maupun guru, bertanggung jawab atas pendidikan anak, dan atas pembentukan
dan persiapan mereka menghadapi kehidupan, maka mereka sudah barang tentu harus
mengetahui dengan jelas dan pasti akan batas-batas tanggung jawab mereka,
tentang tahapan-tahapannya yang sempurna, dan tentang berbagai dimensi yang
memiliki keterkaitan dengannya, sehingga mereka mampu menegakkan tanggung jawabnya
dengan sempurna dan penuh makna.
1.
Tanggung jawab Pendidikan Iman
2.
Tanggung jawab Pendidikan Moral
3.
Tanggung jawab Pendidikan Fisik
4.
Tanggung jawab Pendidikan Rasio (Nalar)
5.
Tanggung jawab Pendidikan Kejiwaan
6.
Tanggung jawab Pendidikan Sosial
7.
Tanggung jawab Pendidikan Seksual
Begitupun
Bapak yang Q miliki “SUTARMAN” itulah namanya beliau begitu hebat laki-laki
yang bertanggung jawab,,,, walaupun beliau hanya lulus di kelas 3 sd tapi bagiQ
bapakQ lebih dari profesor,,,,,, kesungguhannya,,, dan kesabarannya luar biasa
hebatnya,,,, walaupun hanya wiraswasta yang tidak berpenghasilan besar namun
beliau punnya prinsip” Rizqi sudah ada
yang mengatur aslkan kita tetap sbar berusaha dalam mencari Rizqi yang Alloh
berikan buat kita tentu kita akan dapatkan dgn mudah”
Mungkin diluar
sana banyak orang pandai tapi tidak
banyak orang yang memiliki kesungguhan,,,,,,begitupun Q melihat sosok
Bapak yang kumiliki beliau begitu hebat dan istimewa menurut pandanganQ,,,,,,
karna berkat nasihat dan dukungan serta didikan Bapak dan IbuQ ,,,,, kami putra
dan putrinya merasa menjadi orang yang beruntung memiiliki orang tua seperti
mereka yang begitu Hebat hingga bisa mengarahkan kami untuk bisa mencapai
cita-cita kami,,,,,,
BapakQ boleh hanya seorang pedagang kaki lima tapi bapakQ
hebat sudah bisa mengarahkan dan mendukung anak pertamanya Eko Dian Santoso
hingga bisa menjadi seorang TNI AD yang kini memiliki jenjang PRAKA,,,,,,,,,
dan merestui menikah dengan NINIK SURYANI seorang lulusan Kebidanan yang lulus
dengan nilai koumlod,,,,,,,,
Begitupun dengan anak kedua yakni IFA RATNASARI yang mana
sekarang sudah bisa lulus dengan IPK Sangat memuaskan dana mendapat gelar
S.Sos.i dari perguruan tinggi negeri dari jurusan Manajemen,,,,,, dan sekarang
masih proses tugas akhir menyelesaikan skripsi dari jurusan Ekonomi Islam di
UNSURI Surabaya,,,,,,,,yang kini banyak dipercaya untuk membantu dalam
mengamalkan ilmu diberbagai disiplin ilmu,,,,,
dan anak ketiga yakni ELLA WAHYUNING TIYAS yang kini duduk
dikelas XII di sekolah MAN MOJOSARI jurusan IPS,,,,,,,,, yang nantinya
bercita-cita masuk di perguruan tinggi ambil jurusan AKUTANSI,,,,,,,
kemudian
anak keempatnya adalah ULFA DYA RAHAYU yang kecil ini masih SMP kelas VIII dan sekolah
di SMPN 1 Mojosari,,,,, yang nantinya pengen jadi seorang Atlit yang hebat dan
bisa mengharumkan nama Bangsa Indonesia.
Demikian kilasan
keluarga kecilQ,,,,,,,,,,, Semoga Alloh senantiasa Meridhoi Keluarga kecil kami
untuk senantiasa berbahagia dan snantiasa mendapat petunjuknya,,,,,,,
Aaaamiiiin,,,,,,,,,,,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar