Minggu, 26 Januari 2014

BAPAK yg HEBAT


D
iantara tanggung jawab besar yang jelas diperhatikan dan disoroti oleh Islam juga oleh penalaran logika, adalah tanggung jawab seorang kepala rumah tangga, yang bertanggung jawab untuk mendidik orang-orang yang berada di pundaknya, baik anak-anak yang merupakan amanah Alloh SWT maupun istri seorang bapak atau kepala rumah tangga memiliki kewajiban berupa tanggung jawab pengajaran, bimbingan dan pendidikan. Ini sesungguhnya bukan tanggung jawab kecil dan ringan, karena telah dituntut sejak seorang anak dilahirkan hingga ia mencapai usia remaja, bahkan sampai ia menginjak usia dewasa yang sempurna.

S
eorang pendidik, baik guru, ayah ibu, maupun tokoh masyarakat, ketika melaksanakan tanggung jawabnya secara sempurna, penuh dengan rasa amanat, kesungguhan serta sesuai dengan petunjuk Islam, maka sesungguhnya ia telah mengarahkan segala usahanya untuk membentuk individu yang penuh dengan kepribadian dan keistimewaan. Ia juga sesungguhnya telah ikut andil dalam membentuk keluarga saleh yang penuh dengan kepribadian dan keistimewaan diatas. Dengan demikian, baik disadari maupun tidak, ia telah ikut mengambil bagian penting dalam membangun masyarakat ideal. Inilah logika Islam dalam menciptakan kemaslahatan.
K
alau kita teliti ayat-ayat Al Qur'an Al Karim maupun hadis-hadis Rasulullah Saw. yang menganjurkan kepada para pendidik untuk melaksanakan tangggung jawab mereka dan memperingatkan mereka manakala melalaikan tanggung jawabnya itu.
Diantara ayat-ayat tersebut adalah sebagai berikut: 

"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya" (QS Thaha: 32)

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka" (QS At Tahrim: 6)

"Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan" (QS An Nahl: 93)

"Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu..."(QS An Nisa': 11)

"Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh."(QS Al Baqarah: 233)

Hadis

Diantara hadis-hadis yang berkenaan dengan persoalan ini adalah sebagai berikut:

"Seorang laki-laki (suami) adalah pemimpin di dalam keluarganya dan ia bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya itu. Dan seorang wanita (istri) adalah pemimpin di dalam rumah suaminya dan ia bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya itu." (HR.Bukhari dan Muslim)

"Seorang yang mendidik anaknya itu lebih baik daripada bersedekah satu sha'."(HR. At Tirmidzi)

"Seorang ayah tidak pernah memberi kepada anaknya sesuatu yang lebih baik dari pada adab yang mulia." (HR. At Tirmidzi)

" Ajarkanlah kebaikan kepada anak-anak kamu dan keluarga kamu dan didiklah mereka" (HR. Abdur Razzaq dan Sa'id bin Mansur)

" Didiklah anak-anakmu pada tiga hal: mencintai Nabimu, mencintai ahli baitnya, dan membaca Al Qur'an." (HR. Ath Thabrani)

"Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sebelum ia ditanya tentang empat hal: tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia rusakkan, tentang hartanya dari mana ia mendapatkannya dan untuk apa ia menafkahkannya, dan tentang ilmunya yang ia amalkannya." (HR At Tirmidzi)
          Bertolak dari petunjuk-petunjuk Al Qur'an dan hadis Nabi di atas, para pendidik betul-betul menaruh perhatian yang sangat besar terhadap persoalan pendidikan anak-anak mereka dari generasi ke generasi, mereka juga sangat memperhatikan pengajaran dan bimbingan untuk meluruskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada anak mereka.
Berikut penulis sampaikan kisah dan berita orang-orang terdahulu, akan perhatian yang sangat besar dari para ulama salaf serta kemauannya yang sangat kuat untuk mengajar dan mendidik anak mereka.

Al Jahizh telah meriwayakan bahwasanya ketika 'Uqbah bin Abi Sufyan menyerahkan anaknya kepada seorang guru, ia mengatakan," Hendaklah yang pertama kali Engkau lakukan untuk memperbaiki anakku adalah memperbaiki dirimu sendiri, karena penglihatan mata mereka adalah tertumpu pada penglihatanmu; apa yang baik pada mereka adalah apa yang menurutmu dianggap baik, dan yang jelek pada mereka adalah apa yang menurutmu dianggap jelek. Ajarkanlah kepada mereka biografi orang-orang bijak dan akhlak orang-orang berbudi; ancamlah mereka dengan diriku dan didiklah mereka tanpa membandingkan dengan diriku; Jadilah Engkau seorang dokter yang tidak memberikan resp obat sampai mengetahui penyakit yang diderita pasien; janganlah Engkau membatasi hanya kepada sesuatu yang tidak bisa aku lakukan, karena sesungguhnya aku telah mempercayakan sepenuhnya akan anakku."

Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah-nya menceritakan, bahwasanya ketika Harun Al Rasyid menyerahkan anaknya, Al-Amin kepada seorang guru, ia mengatakan,"Wahai Ahmar, sesungguhnya Amirul Mukminin telah menyerahkan kepadamu belahan jiwa dan buah hatinya. Maka, bukalah tanganmu atasnya lebar-lebar dan ketaatanmu kepadanya adalah kewajiban; tetaplah kamu bersamanya sebagaimana kamu kepada Amirul Mukminin; bacakan kepadanya Al Qur'an dan ajarkanlah hadis-hadis; riwayatkanlah kepadanya syair-syair dan ajarkanlah kepadanya sunnah; perlihatkan kepadanya fenomena fenomena dan dasar-dasar ilmu kalam; laranglah dirinya tertawa bukan pada waktunya; janganlah ia bertemu denganmu sesaat saja kecuali kamu menyampaikan kepadanya pelajaran-pelajaran yang dapat diambilnya, dengan tidakmenyembunyikannya sehingga pikirannya menjadi mati; janganlah kamu biarkan dirinya berleha-leha,sehingga ia suka nganggur dan bersenang-senang; luruskanlah dirinya sesuai kemampuanmu dengan pendekatan yang lembut; jika ia menolaknya maka lakukanlah dengan kekerasan."



Abdul Malik bin Marwan mengatakan seraya memberikan nasihat kepada guru dari anaknya," Ajarkan kepada mereka kejujuran sebagaimana kamu mengajarkan kepada mereka Al Qur'an; biasakanlah mereka dengan akhlak yang terpuji; bacakan kepada mereka syair-syair agar mereka berani dan bersemangat; ajaklah mereka duduk-duduk bersama orang-orang besar dan para ilmuan; jauhkan mereka dari orang orang yang rendah budinya dan para pelayan, karena mereka adalah orang orang yang paling rendah budinya; hargailah mereka di tempat keramaian, dan tegurlah mereka secara rahasia; pukullah mereka atas perbuatan dusta, karena dusta menarik kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan itu sungguh menarik kepada Neraka." 

Al Hajjaj mengatakan pula kepada guru dari anak-anaknya, 'Ajarilah mereka renang sebelum menulis, karena mereka masih menemukan orang yang menulis untuk mereka, tetapi tidak bisa menemukan orang yang berenang untuk mereka."

Salah seorang filosof berkata kepada guru dari anaknya, "Janganlah kamu keluarkan mereka dari satu ilmu ke ilmu yang lain hingga mereka betul-betul menguasai ilmu tersebut. Karena bertumpuk-tumpuknya ilmu dalam pendengaran dan berdesakkannya dalam prasangka adalah bisa menyesatkan pemahaman."

Umar bin Khaththab r.a. menulis surat untuk penduduk Syam: "Ajarilah anak-anak kalian renang, memanah dan menunggang kuda."

Diantara wasiat Ibnu Sina dalam hal pendidikan anak: "Anak-anak di sekolah hendaknya memiliki teman sebaya yang terpuji budi pekertinya dan baik tradisinya. Karena seorang anak akan saling meniru kebiasaan anak yang lain, saling mencontoh dan saling menyayang."

Hisyam bin Abdul Malik berkata kepada seorang guru dari anaknya, Sulaiman Al-Kalbi, "Sesungguhnya putraku ini adalah bagian dari kulit mataku, dan kini telah aku serahkan kepadamu untuk mendidiknya. Oleh karena itu hendaklah kamu selalu bertakwa kepada Allah dan sampaikanlah amanat. Mula-mula yang aku wasiatkan kepadamu, hendaklah kamu membimbingnya dengan Kitab Allah, kemudian kamu bacakan kepadanya syair-syair terbaik; kemudian bawalah ia berkeliling melihat kehidupan bangsa Arab, lalu ambillah syair-syair mereka yang terbaik; ajarkanlah kepadanya satu bagian tentang halal dan haram, berpidato dan berperang."

Yang telah disebutkan diatas adalah sekelumit dari pelajaran yang dapat diambil dari besarnya perhatian, baik dari orang-orang khusus maupun awam tentang pendidikan anak-anak mereka, tentang memilih pendidik yang terbaik bagi mereka serta nasihat mereka tentang prinsip-prinsip pendidikan yang benar, tentang dasar-dasar pendidikan yang praktis dan utama. Karena mereka merasa sebagai orang yang bertanggung jawab atas anak-anaknya, dan yang diberi amanat atas mereka. Mereka akan dihisab dan disiksa manakala melalaikan tanggung jawab dan kewajibannya untuk mendidik dan menajar anak-anaknya.

Jika para pendidik, baik ibu bapak maupun guru, bertanggung jawab atas pendidikan anak, dan atas pembentukan dan persiapan mereka menghadapi kehidupan, maka mereka sudah barang tentu harus mengetahui dengan jelas dan pasti akan batas-batas tanggung jawab mereka, tentang tahapan-tahapannya yang sempurna, dan tentang berbagai dimensi yang memiliki keterkaitan dengannya, sehingga mereka mampu menegakkan tanggung jawabnya dengan sempurna dan penuh makna.
1.       Tanggung jawab Pendidikan Iman
2.      Tanggung jawab Pendidikan Moral
3.     Tanggung jawab Pendidikan Fisik
4.     Tanggung jawab Pendidikan Rasio (Nalar)
5.      Tanggung jawab Pendidikan Kejiwaan
6.     Tanggung jawab Pendidikan Sosial
7.      Tanggung jawab Pendidikan Seksual

Begitupun Bapak yang Q miliki “SUTARMAN” itulah namanya beliau begitu hebat laki-laki yang bertanggung jawab,,,, walaupun beliau hanya lulus di kelas 3 sd tapi bagiQ bapakQ lebih dari profesor,,,,,, kesungguhannya,,, dan kesabarannya luar biasa hebatnya,,,, walaupun hanya wiraswasta yang tidak berpenghasilan besar namun beliau punnya prinsip” Rizqi sudah ada yang mengatur aslkan kita tetap sbar berusaha dalam mencari Rizqi yang Alloh berikan buat kita tentu kita akan dapatkan dgn mudah”
          Mungkin diluar sana banyak orang pandai tapi tidak  banyak orang yang memiliki kesungguhan,,,,,,begitupun Q melihat sosok Bapak yang kumiliki beliau begitu hebat dan istimewa menurut pandanganQ,,,,,, karna berkat nasihat dan dukungan serta didikan Bapak dan IbuQ ,,,,, kami putra dan putrinya merasa menjadi orang yang beruntung memiiliki orang tua seperti mereka yang begitu Hebat hingga bisa mengarahkan kami untuk bisa mencapai cita-cita kami,,,,,,
          BapakQ boleh hanya seorang pedagang kaki lima tapi bapakQ hebat sudah bisa mengarahkan dan mendukung anak pertamanya Eko Dian Santoso hingga bisa menjadi seorang TNI AD yang kini memiliki jenjang PRAKA,,,,,,,,, dan merestui menikah dengan NINIK SURYANI seorang lulusan Kebidanan yang lulus dengan nilai koumlod,,,,,,,,
          Begitupun dengan anak kedua yakni IFA RATNASARI yang mana sekarang sudah bisa lulus dengan IPK Sangat memuaskan dana mendapat gelar S.Sos.i dari perguruan tinggi negeri dari jurusan Manajemen,,,,,, dan sekarang masih proses tugas akhir menyelesaikan skripsi dari jurusan Ekonomi Islam di UNSURI Surabaya,,,,,,,,yang kini banyak dipercaya untuk membantu dalam mengamalkan ilmu diberbagai disiplin ilmu,,,,,
          dan anak ketiga yakni ELLA WAHYUNING TIYAS yang kini duduk dikelas XII di sekolah MAN MOJOSARI jurusan IPS,,,,,,,,, yang nantinya bercita-cita masuk di perguruan tinggi ambil jurusan AKUTANSI,,,,,,,
kemudian anak keempatnya adalah ULFA DYA RAHAYU yang kecil ini masih SMP kelas VIII dan sekolah di SMPN 1 Mojosari,,,,, yang nantinya pengen jadi seorang Atlit yang hebat dan bisa mengharumkan nama Bangsa Indonesia.
Demikian kilasan keluarga kecilQ,,,,,,,,,,, Semoga Alloh senantiasa Meridhoi Keluarga kecil kami untuk senantiasa berbahagia dan snantiasa mendapat petunjuknya,,,,,,, Aaaamiiiin,,,,,,,,,,,,








Tidak ada komentar:

Posting Komentar