Pondok Pesantren Al Khoziny Buduran Sidoarjo bukan sekadar lembaga pendidikan Islam biasa. Di balik berdirinya pesantren ini, tersimpan kisah perjuangan, keikhlasan, dan kepedihan yang menjadi saksi perjalanan panjang dakwah Islam di bumi Sidoarjo. Didirikan oleh KH. Moh. Khozin, seorang ulama karismatik yang dikenal tegas namun penuh kasih, pesantren ini berdiri di atas fondasi keimanan dan pengabdian tanpa pamrih.
Warisan Perjuangan Tiga Generasi
Setelah wafatnya KH. Moh. Khozin, tongkat estafet kepemimpinan dilanjutkan oleh KH. Abdul Mujib Abbas, putra beliau yang dikenal sebagai ulama bijak dan pekerja keras. Beliau menghadapi masa-masa sulit ketika perubahan zaman mulai menggerus minat generasi muda terhadap pendidikan pesantren. Namun, dengan kesabaran dan keteladanan, beliau berhasil menjaga eksistensi Al Khoziny sebagai mercusuar ilmu agama di tengah arus modernisasi.
Kini, kepemimpinan diteruskan oleh KH. R. Abdus Salam Mujib, cucu pendiri pesantren. Beliau adalah sosok yang tumbuh dalam kultur pesantren sejak kecil, lalu melanjutkan pendidikannya ke Pondok Pesantren Sarang sebelum menempuh studi di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Sepulang dari negeri para ulama itu, beliau tidak mencari kemegahan duniawi, melainkan memilih pulang untuk mengabdi dan mengembangkan pesantren peninggalan leluhurnya.
Kisah Pilu di Balik Kejayaan
Perjalanan Al Khoziny tidak selalu diliputi cahaya. Ada masa-masa penuh pilu, terutama ketika generasi muda mulai enggan menempuh pendidikan di pesantren, dan kondisi ekonomi umat melemah. Beberapa kali, pesantren mengalami kesulitan dalam membiayai operasional, bahkan bangunan fisik mengalami kerusakan berat akibat usia dan keterbatasan dana.
Namun, di saat itu pula tampak jelas janji Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Insyirah ayat 5-6:
“Fa inna ma’al ‘usri yusrā. Inna ma’al ‘usri yusrā.”
(Karena sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.)
Dengan semangat gotong royong dan doa para santri serta masyarakat, sedikit demi sedikit pesantren bangkit kembali. KH. R. Abdus Salam Mujib memperkuat sistem pendidikan dengan membuka program formal hingga jenjang perguruan tinggi, berdirilah Institut Agama Islam (IAI) Al Khoziny.
Dakwah yang Tak Pernah Padam
Di bawah kepemimpinan KH. Abdus Salam Mujib, Al Khoziny bukan hanya menjadi tempat menuntut ilmu, tetapi juga pusat pembinaan akhlak dan dakwah umat. Beliau sering mengingatkan bahwa keberkahan ilmu tidak diukur dari gelar, tetapi dari niat ikhlas dan pengabdian kepada Allah SWT.
Dalam setiap pengajian, beliau kerap mengutip hadits Rasulullah SAW:
“Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
Hadits ini menjadi pedoman bagi para santri untuk terus menuntut ilmu dengan kesungguhan, meski di tengah keterbatasan dan ujian hidup.
Cahaya yang Tak Pernah Padam
Kini, Pondok Pesantren Al Khoziny berdiri kokoh dengan ratusan santri dari berbagai daerah. Kisah pilu perjuangan tiga generasi pengasuhnya menjadi teladan bahwa keikhlasan dan kesabaran adalah kunci utama dalam menjaga keberlangsungan dakwah Islam.
Seperti firman Allah dalam QS. An-Nur ayat 35:
“Allahu nūrus-samāwāti wal-ardh...”
(Allah adalah cahaya langit dan bumi.)
Cahaya itu kini terus bersinar dari Buduran, membawa harapan bagi umat dan mengingatkan bahwa dari kesederhanaan, lahir kekuatan yang luar biasa.




Tidak ada komentar:
Posting Komentar