Sebagai wali kelas dan pendidik yang inspiratif, Bu Ifa Ratnasari memandang Hari Santri bukan hanya sekadar peringatan sejarah, tetapi juga momentum untuk menanamkan karakter ta’dzim, disiplin, dan cinta tanah air kepada para santri. Ia menegaskan bahwa menjadi santri di era modern haruslah berlandaskan pada keseimbangan antara ilmu dunia dan ilmu akhirat. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam Surat Al-Mujadilah ayat 11:
“Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
Ayat ini menjadi inspirasi bagi Bu Ifa dalam mendidik siswanya agar semangat menuntut ilmu tidak hanya untuk kecerdasan intelektual, tetapi juga untuk kemuliaan akhlak dan ketinggian derajat di sisi Allah SWT.
Dalam amanat upacara yang dipimpin langsung oleh Bapak Hasan Abdullah, Kepala MTs Nurul Hidayah, semangat santri tampak membara. Para siswa berdiri tegak mengenakan seragam putih-putih dengan sorot mata penuh kebanggaan. Di sela kegiatan, Bu Ifa menyampaikan pesan lembut namun bermakna kepada anak-anak didiknya:
“Santri sejati bukan hanya yang fasih mengaji, tetapi juga yang berakhlak mulia dan bermanfaat bagi sesama. Seperti pesan Imam Al-Ghazali, ‘Ilmu tanpa adab seperti api tanpa cahaya.’”
Kutipan maqolah itu menjadi dasar pendidikan karakter yang senantiasa ia tanamkan dalam keseharian di kelas. Ia percaya bahwa pendidikan sejati bukan hanya tentang menghafal teori, tetapi menanamkan adab dan akhlak sebagai pondasi utama pembentukan insan berilmu.
Setelah upacara, seluruh peserta mengikuti istighosah dan doa bersama, memohon keberkahan bagi bangsa dan para santri di seluruh Indonesia. Dalam suasana haru dan penuh spiritualitas, Bu Ifa terlihat menundukkan kepala dengan khusyuk, memimpin murid-muridnya melantunkan doa dengan suara lembut. “Doa adalah senjata santri,” ujarnya, mengutip sabda Rasulullah SAW:
“Doa adalah senjatanya orang beriman dan tiangnya agama.” (HR. Al-Hakim)
Momen kebersamaan itu menjadi refleksi mendalam tentang bagaimana cinta seorang guru dapat menumbuhkan kekuatan spiritual dan moral pada peserta didik. Cinta yang ditunjukkan Bu Ifa Ratnasari bukan sekadar kasih sayang biasa, tetapi cinta yang mendidik, membimbing, dan mengarahkan santri menuju kemandirian dan ketaatan kepada Allah.
Peringatan Hari Santri 2025 di Yayasan Nurul Hidayah bukan hanya perayaan tahunan, melainkan perwujudan nyata dari nilai-nilai pendidikan Islam yang penuh kasih. Melalui ketulusan dan keteladanan Bu Ifa Ratnasari, semangat santri di Nurul Hidayah terus tumbuh dalam bingkai cinta dan keimanan, menjadikan lembaga ini bukan sekadar tempat belajar, tetapi juga taman ilmu dan akhlak. Sebagaimana pepatah Arab mengatakan:
“Man lam yadzuq marra at-ta’allum sa’atan, baqiya fi dhulli al-jahli abadan.”(Barang siapa enggan merasakan pahitnya belajar sejenak, ia akan menanggung pahitnya kebodohan selamanya.)
Melalui dedikasi sosok seperti Bu Ifa, makna Hari Santri 2025 di Yayasan Nurul Hidayah hidup dalam hati setiap siswa — sebagai santri yang berilmu, berakhlak, dan berjiwa cinta tanah air dalam bingkai cinta seorang guru sejati.
Writer: Ifa Ratnasari,S.Sos.I,S,E,M.Pd




Tidak ada komentar:
Posting Komentar