Kamis, 15 November 2012

KARAKTERISTIK MANUSIA Di lihat dari Psikologi Kognitif dan Psikologi Humanistik


PENDAHULUAN
      Dalam upaya membentuk sikap, mental dan perubahan tingkah laku mad’u, usaha –usaha dakwah tidak terlepas dari study psikologi  yang memiliki latar belakang guna mempelajari tingkah laku manusia sebagai cerminan dari hidupnya kejiwaan, yang oleh karena itu dapat kita ketahui mengenai definisi psikologi dakwah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang gejala – gejala  hidup kejiwaan manusia yang terlibat dalam proses kegiatan dakwah.
Di mana dapat juga kita ketahui dalam psikologi dakwah juga ada ada batasanya sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang tingkah laku manusia yang merupakan cerminan hidupnya kejiiwaan dalam mengajak kepada pengalaman ajaran – ajaran islam deemi kesejahteraan hidup manusia di dunia dan akhiratnya.
Dan dalam makalah pembahasan saya selaku penulis juga memiliki batasan yakni hanya ruang lingkup atas pembahasan mengenai karakteristik manusia dari segi psikologi kognitif dan humanistik. Dan dalam hal ini akan kami jelaskan sekilas mengenai definisi karakteristik manusia, definisi psikologi kognitif, dan definisi psikologi humanistik, serta bagaimana  karakteristik manusia di lihat dari segi psikologi kignitif dan humanistik.
1.    Definisi karakteristik manusia.
Islam melalui Al-Qur’an memberi pengertian bahwa manusia adalah komunitas tunggal, anak cucu Adam (QS. Al-Baqarah : 213, Al-A'raf : 26-27). Dalam pandangan Islam manusia yang hidup sekarang adalah anak cucu dari dua orang tua yang sama, yaitu Adam dan Hawa. Dan bukan sebagai makhluk yang mengalami missing link dengan kera sebagaimana teori Charles darwin. Sebagai keturunan dan anak cucu Adam dan Hawa maka pastilah manusia mewarisi banyak sifat dari orang tua pertama yang sama itu. Sifat, watak dan prilaku, juga gena yang dimiliki kedua orang tua pertama kemudian secara turun temurun dan dari generasi ke genarasi yang kemudian menurun membentuk ciri-ciri dari manusia sekarang dan Adam – Hawa juga tentunya.
Secara umum, walau manusia berbeda suku bangsa, dipisahkan oleh batas geografis, adat istiadat dan budaya, bahasa, agama dan kepercayaan, kualitas intelektual dan sebagainya, tetapi manusia tetaplah manusia yang merupakan keturunan Adam dan Hawa. Perbedaan itu semua tidak menjadi serta merta membedakan mereka sebagai manusia. Ada ciri-ciri umum dan sekaligus karakteristik manusia yang sama yang terdapat pada setiap individu.
Banyak hal yang bisa didiskusikan mengenai manusia, baik yang bersifat jasmani ataupun rohani. Hal-hal yang terkait dengan manusia antara lain sifat, watak, prilaku, pikiran, sebagai makhluk sosial, karakter, jati diri, dan juga ciri-ciri manusia.[1]
2.    Definisi psikologi kognitif.
Psikologi kognitif adalah Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari kemampuan kognisi, seperti: Persepsi, proses belajar, kemampuan memori, atensi, kemampuan bahasa dan emosi.
Pendekatan kognitif menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental, dimana individu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan, dan menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu menerima stimulus lalu melakukan proses mental sebelum memberikan reaksi atas stimulus yang datang.
Namun disisi yang lain ada juga yang berpendapat Psikologi kognitif adalah kajian studi ilmiah mengenai proses-proses mental atau pikiran. Proses ini meliputi bagaimana informasi diperoleh, dipresentasikan dan ditransfermasikan sebagai pengetahuan. Pengetahuan itu dimunculkan kembali sebagai petunjuk dalam sikap dan perilaku manusia. Oleh karena itu, psikologi kognitif juga disebut psikologi pemrosesan informasi.[2]
Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian. Untuk membuat dunia kita diterima oleh pikiran, kita melakukan pengorganisasian pengalaman-pengalaman yang telah terjadi. Piaget yakin bahwa kita menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu asimiliasi dan akomodasi.

Ada dua konsep dasar psikologi kognitif, yaitu kognisi dan pendekatan kognitif.
1. Kognisi
Dalam istilah kognisi, maka psikologi kognitif dipandang sebagai cabang psikologi yang mempelajari proses-proses mental atau aktivitas pikiran manusia, misalnya proses-proses persepsi, ingatan, bahasa, penalaran dan pemecahan masalah.
Contoh-contoh yang berkaitan dengan informasi :
a.  Proses-Proses persepsi
Ada seorang karyawan baru yang bekerja di suatu perusahaan yang tingkat profesionalismenya kurang. Di situ, baik karyawan yang rajin maupun yang malas mendapat gaji yang sama. Setelah lama beradaptasi di kantor itu, karyawan baru tersebut memiliki persepsi bahwa dia tidak perlu bekerja dengan sungguh-sungguh karena tidak akan berpengaruh pada gajinya.
b.  Ingatan
Kemampuan mengingat informasi dari membaca tentunya akan lebih lama dari hanya sekedar mendengar. Karena dengan membaca, pikiran atau otak kita akan bekerja lebih keras untuk memahami dan menyimpan informasi tersebut. Sedangkan dengan mendengar, kita hanya mengandalkan telinga, asalkan kita hafal. Bahkan kadang-kadang tanpa pemahaman.
c.  Bahasa
Informasi akan lebih mudah kita pahami dan kita mengerti, apabila bahasa yang digunakan sesuai dengan bahasa kita, maka informasi itu akan lebih maksimal kita gunakan. Karena otak atau pikiran kita mampu mencernaa inti informasi tersebut.
d.  Penalaran
Seseorang yang memiliki penalaran secara baik akan dapat memperoleh informasi yang berkaitan dengan masalah tersebut, tidak hanya dari satu sisi saja. Tapi dapat diperoleh dari bagian lain, karena suatu masalah biasanya yang hanya memiliki indikasi.
e.  Persoalan
Sikap dan perilaku manusia dapat mencerminkan masalah yang sedang dihadapi. Sikap dan perilaku ini, apabila digabungkan dengan informasi yang sudah ada, maka dapat menciptakan suatu solusi.
 Pendekatan Kognisi
Sebagai suatu pendekatan maka psikologi kognitif dapat dipandang sebagai cara tertentu di dalam mendekati berbagai fenomena psikologi manusia. Konsep ini menekankan pada peran-peran persepsi, pengetahuan, ingatan, dan proses-proses berpikir bagi perilaku manusia.
Contoh yang berkaitan dengan informasi :
a.          Peran-Peran persepsi
Orang yang berpersepsi atau berpikir bahwa kegagalan adalah sukses yang tertunda, dia akan selalu berusaha untuk mencoba lagi, walaupun dia ridak tahu kapan dia akan berhasil. Karena dipikirannya semakin dia mencoba, semakin banyak informasi yang didapat, maka tingkat kesalahan dapat diminimalisir atau dihindari. Hal ini menjadikannya sebagai pribadi yang sabar dan ulet.
b.  Pengetahuan
Orang yang banyak pengetahuan, biasanya lebih mengerti dan dapat mengelola informasi dengan cepat, karena dia tahu bagaimana cara mendapatkan informasi yang cepat, tepat, murah dan efisien.
c.  Proses-Proses Berpikir
Jenjang pendidikan, lingkungan sekitar serta cara hidup mempengaruhi proses-proses dan pola berpikir kita. Orang yang berpendidikan tinggi, hidup di lingkungan berpendidikan dan cara hidup yang modern, biasanya akan mencari suatu informasi dengan cara yang berbasis teknologi yang lebih cepat dan praktis. Ini karena mereka telah dibentuk menjadi pribadi yang modern dengan cara berpikir yang cepat.

Prinsip dasar Psikologi Kognitif
a.           Belajar aktif
b.          Belajar lewat interaksi sosial
c.           Belajar lewat pengalaman sendiri
Teori psikologi kognitif berkembang dengan ditandai lahirnya teori Gestalt (Mex Weithemer) yang menyatakan bahwa pengalaman itu berstruktur yang terbentuk dalam suatu keseluruan.
Ada 2 hukum wajib dalam teori Gestalt :
1).  Pragnaz (kejelasan)
2).  Closure (totalitas)
Konsep yang penting dalam teori ini INSIGHT, yaitu: pengamatan atau pemahaman mendadak terhadap hubungan antara bagian-bagian didalam suatu masalah.
Teori belajar.
Cognitive-Field dari Lewin
Bertolak pada teori Gestalt, Lewin mengembangkan teori belajar berdasarkan Life Space (dunia psikologis dari kehidupan individu). Masing-masing individu berada didalam medan kekuatan psikologis, medan itu dinamakan Life Space yang terdiri dari dua unsur yaitu kepribadian dan psikologi sosial.
Ia menyatakan bahwa tingkah laku belajar merupakan usaha untuk mengadakan reorganisasi atau restruktur (dari isi jiwa). Tingkah laku merupakan hasil dari interaksi antar kekuatan baik dari dalam (tujuan, kebutuhan, tekanan batin, dan sebagainya) maupun dari luar (tantangan, permasalahan).
  Cognitive Development (Jean Piaget)
Dalam teorinya, ia memandang bahwa proses berpikir sebgai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Ia memakai istilah scheme : pola tingkah laku yang dapat diulang. Yang berhubungan dengan :
a).   Reflex pembawaan (bernapas, makan, minum)
b).   Scheme mental (pola tigkah laku yang sulit diamati, dan yang dapat diamati)
c). Pembelajaran Menurut JA Brunner (Discovery Learning)
Teori Brunner menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif dalam belajar dikelas. Maksud dari Discovery Learning yaitu peserta didik mengorganisasikan metode penyajian bahwa dengan cara dimana anak dapat mempelajari bahan itu, sesuai dengan tingkat kemampuan anak.
Selain ketiga tokoh tersebut Ausubel juga merpengaruh dalam psikologi kognitif. Dia mengungkapkan teori ekspository teaching, yaitu dapat diorganisasikan atau disajikan secara baik agar dapat mengahasilkan pengertian dan resensi yang baik pula sama dengan discovery learning.[3]
Implikasi dalam Pembelajaran
Implikasi teori kognitif piaget dalam pembelajaran adalah :
 1)  Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu  guru     mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berpikir anak.
2) Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik.
3)  Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4)  Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5)  Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temannya.
Pengaplikasian teori kognitif dalam belajar bergantung pada akomodasi. Kepada siswa harus diberikan suatu area yang belum diketahui agar ia dapat belajar, karena ia tidak dapat belajar dari apa yang telah diketahui saja. Dengan adanya area baru, siswa akan mengadakan usaha untuk dapat mengakomodasikan.[4]
3.      Definisi psikologi humanistik.
      Humanistik adalah aliran dalam psikologi yang muncul tahun  19500-an sebagai reaksi terhadap behaviorisme dan psokoanalisis. aliran ini secara eksplisit memberikan perhatian pada dimensi manusia dari psikologi dan konteks manusia dalam pengembangan teori psikologis. permasalahan ini dirangkum dalam lima postulat psikologi humanistik dari James Bugental (1964), sebagai berikut:
1. manusia tidak bisa direduksi menjadi komponen - komponen.
2. manusia memiliki konteks yang unik di dalam dirinya.
3. kesadaran manusia menyatakan kesadaran akan diri dalam konteks orang lain.
4. manusia mempunyai pilihan -pilihan dan tanggung jawab.
5. manusia bersifat intensional, mereka mencari makna, nilai, dan memiliki kreativitas.

    humanistik mengatakan bahwa manusia adalah suatu keunggulan yang mengalami, menghayati dan pada dasarnya aktif, punya tujuan serta punya harga diri. karena itu, walaupun dalam penelitian boleh saja dilakukan analisis rinci mengenai bagian bagian dari jiwa manusia, namun dalam penyimpilannya, manusia harus dikembalikan dalam kesatuan yang utuh. pandangan seperti ini adalah pandangan yang holistik. selain itu manusia juga harus dipandang dengan penghargaan yang tinggi terhadap harga dirinya, perkembangan pribadinya, perbedaan-perbedaan individunya dan dari sudut kemanusiaanya itu sendiri. karena itu psikologi harus memasuki topik-topik yang tidak dimasuki oleh aliran behaviorisme dan psikoananlisis, seperti cinta, kretifitas, pertuumbuhan, aktualisasi diri, kebutuhan, rasa humor, makna, kebencian, agresivitas, kemandierian, tanggung jawab, dan sebagainya. pandangan ini di sebut sebagai pandangan humanistik.

4.    Karakteristik manusia jika di lihat dari psikologi kognitif
 Psikologi kognitif aliran psikologi yang melihat manusia sebagai makhluk yang aktif mengorganisasikan dan mengolah stimuli yang diterimanya (homo sapiens). Dimana psikologi kognitif juga menempatkan manusia sebagai makhluk yang bereaksi secara aktif terhadap lingkungannya dengan cara berfikir. Manusia berusaha memahami lingkungan yang di hadapinya  dan merespons dengan pikiran yang di milikinya. Psikologi  kognitif juga mempelajari bagaimana arus  informasi yang di tangkap oleh indra di proses dalam jiwa seseorang sebelum di endapkan dalam kesadaran atau di wujudkan dalam bentuk tingkah laku.  Reaksi terhadap rangsangan tidak selalu keluar berupa tingkah laku nyata, akan tetapi juga bisa mengendap berupa ingatan, atau di proses menjadi gejolak perasaan, seperti rasa gelisah, atau kecewa dan lain sebagainya, atau bisa juga di proses menjadi sikap, seperti suka dan tidak suka.[5] Karenanya dalam pandangan psikologi ini, manusia layaknya sebuah komputer, dimana ia menangkap informasi, mengelolah, menyimpan, atau mengeluarkannya dalam bentuk perilaku.[6]
Di mana konsepsi manusia sebagai pengelolah informasi (the person as information processor ) adalah perilaku manusia yang di pandang sebagai produk strategi pengolahan informasi yang rasional yang mengarah pada penyediaan, penyimpanan dan pemanggilan informasi yang di gunakannya untuk memecahkan persoalan. Dalam konsep ini manusia menjadi orang yang sadar dalam memecahkan persoalan. Karena itu manusia menurut teori kognitif di sebut sebagaimana di atas yakni  “homo sapiens” yaitu  manusia yang berpikir.
Walaupun manusia tidaklah serasional sebagaimana di jelaskan di atas, karena kadang kala penilaian orang di dasarkan pada informasi yang tidak lengkap dan kurang rasional, karena manusia menggunakan prinsip – priinsip umum dalam mengambil keputusan. Walaupun psikologi kognitif sering di kritik karena konsep – konsepnya yang sulit di uji, namun psikologi kognitif telah berusaha memasukkan kembali “ jiwa manusia” yang sudah di cabut behaviorisme, yang kontradiktif dengan psikoanalisis yang memandang bahwa manusia sangat di pengaruhi oleh insting dan dorongan nafsu rendah.dan menolak konsepsi ketidaksadaran dan kesadaran yang menjadi inti dari psikoanalisis, namun lebih memandang aspek stimuli lingkungan yang bisa membentuk prilaku manusia.[7]

5.    Karakteristik manusia jika di lihat dari psikologi humanistik
Psikologi humanistik, menggambarkan manusia sebagai pelaku aktif dalam merumuskan strategi transak-sional dalam lingkunganya (homo ludens). Selain itu juga di pandang sebagai eksistensi yang positif juga menentukan. Yang di anggap sebagai makhluk yang unik dan memiliki cinta , kreatifitas,  nilai dan makna serta pertumbuhan pribadi. Yang merupakan pusat perhatian teori humanisme, adalah pada makna kehidupan yang mana dalam psikologi humanistik di sebut homo laudens,yakni manusia yang mengerti makna kehidupan. Yang dalam teorinya di sebutkkan bahwa setiap manusia hidup dalam pengalaman yang bersifat pribadi (unik), dan kehidupanya berpusat pada pada dirinya itu. Yang mana prilaku manusia bukan di kendalikan oleh keinginan bawah sadarnya (seperti teori psikoanalisa) bukan pula tunduk pada lingkungannya (seperti teori behaviorisme), tetapi berpusat pada konsep diri, yaitu pandangan atau persepsi orang terhadap dirinya yang bisa berubah dan fleksibel sesuai dengan pengalamannya dengan orang lain. Yang mana dalam psikologi humanistik memandang positif manusia. Sebagaimana menurut teori ini, manusia selalu berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas dirinya. Manusia juga cenderung ingin selalu mengaktualisasikan dirinya  dalam kehidupan yang bermakna. Setiap individu bereaksi terhadap situasi yang di hadapinya (stimuli) sesuai dengan konsep  diri yang di milikinya, dan dunia di mana ia hidup. Kecenderungan batiniah manusia selalu menuju kepada kesehatan dan kebutuhan diri. Jadi dalam keadaan normalmanusia cenderung berfikir dan berperilaku rasional dan membangun (konstruktif). Ia juga cenderung memilih jalan ( pekerjaan, karier, atas jalan hidup ) yang mendukung pengembangan dan aktualisasi dirinya.[8]

KESIMPULAN
Sebagai keturunan dan anak cucu Adam dan Hawa maka pastilah manusia mewarisi banyak sifat dari orang tua pertama yang sama itu. Sifat, watak dan prilaku, juga gena yang dimiliki kedua orang tua pertama kemudian secara turun temurun dan Psikologi kognitif adalah kajian studi ilmiah mengenai proses-proses mental atau pikiran. Proses ini meliputi bagaimana informasi diperoleh, dipresentasikan dan ditransfermasikan sebagai pengetahuan. Pengetahuan itu dimunculkan kembali sebagai petunjuk dalam sikap dan perilaku manusia. Oleh karena itu, psikologi kognitif juga disebut psikologi pemrosesan informasi. dari generasi ke genarasi yang kemudian menurun membentuk ciri-ciri dari manusia sekarang dan Adam – Hawa juga tentunya.
Secara umum, walau manusia berbeda suku bangsa, dipisahkan oleh batas geografis, adat istiadat dan budaya, bahasa, agama dan kepercayaan, kualitas intelektual dan sebagainya, tetapi manusia tetaplah manusia yang merupakan keturunan Adam dan Hawa. Perbedaan itu semua tidak menjadi serta merta membedakan mereka sebagai manusia. Ada ciri-ciri umum dan sekaligus karakteristik manusia yang sama yang terdapat pada setiap individu.
Psikologi kognitif adalah kajian studi ilmiah mengenai proses-proses mental atau pikiran. Proses ini meliputi bagaimana informasi diperoleh, dipresentasikan dan ditransfermasikan sebagai pengetahuan. Pengetahuan itu dimunculkan kembali sebagai petunjuk dalam sikap dan perilaku manusia. Oleh karena itu, psikologi kognitif juga disebut psikologi pemrosesan informasi.
Humanistik adalah aliran dalam psikologi yang muncul tahun  19500-an sebagai reaksi terhadap behaviorisme dan psokoanalisis. aliran ini secara eksplisit memberikan perhatian pada dimensi manusia dari psikologi dan konteks manusia dalam pengembangan teori psikologis. permasalahan ini dirangkum dalam lima postulat psikologi humanistik dari James Bugental (1964), sebagai berikut:
1. manusia tidak bisa direduksi menjadi komponen - komponen.
2. manusia memiliki konteks yang unik di dalam dirinya.
3. kesadaran manusia menyatakan kesadaran akan diri dalam konteks orang lain.
4. manusia mempunyai pilihan -pilihan dan tanggung jawab.
5. manusia bersifat intensional, mereka mencari makna, nilai, dan memiliki kreativitas.
 Psikologi kognitif aliran psikologi yang melihat manusia sebagai makhluk yang aktif mengorganisasikan dan mengolah stimuli yang diterimanya (homo sapiens). Dimana psikologi kognitif juga menempatkan manusia sebagai makhluk yang bereaksi secara aktif terhadap lingkungannya dengan cara berfikir. Manusia berusaha memahami lingkungan yang di hadapinya  dan merespons dengan pikiran yang di milikinya. Psikologi  kognitif juga mempelajari bagaimana arus  informasi yang di tangkap oleh indra di proses dalam jiwa seseorang sebelum di endapkan dalam kesadaran atau di wujudkan dalam bentuk tingkah laku.  Reaksi terhadap rangsangan tidak selalu keluar berupa tingkah laku nyata, akan tetapi juga bisa mengendap berupa ingatan, atau di proses menjadi gejolak perasaan, seperti rasa gelisah, atau kecewa dan lain sebagainya, atau bisa juga di proses menjadi sikap, seperti suka dan tidak suka. 
Psikologi humanistik, menggambarkan manusia sebagai pelaku aktif dalam merumuskan strategi transak-sional dalam lingkunganya (homo ludens). Selain itu juga di pandang sebagai eksistensi yang positif juga menentukan. Yang di anggap sebagai makhluk yang unik dan memiliki cinta , kreatifitas,  nilai dan makna serta pertumbuhan pribadi. Yang merupakan pusat perhatian teori humanisme, adalah pada makna kehidupan yang mana dalam psikologi humanistik di sebut homo laudens,yakni manusia yang mengerti makna kehidupan.


DAFTAR PUSTAKA
Achmad Mubarok, 2002, Psikologi Dakwah, Pustaka Firdaus, Jakarta.
Faizah, H. Lalu Muchsin Efendi, 2009, Psikologi Dakwah, kencana, Jakarta.
Mat Jarvis, 2000, Teoritical in Approaches in psychology, Routledge, London.
M. Dalyono. 1997. Psikologi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta.
Muhibin, Syah. 2002. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Sarlito Wirawan Sarwono, 1978, Berkenalan Dengan Aliran –Aliran Dan Tokoh Tokoh Psikologi, Bulan Bintang, jakarta.
Sumanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Rineka Cipta, Jakarta.

[2] M. Dalyono, 1997, Psikologi Pendidikan,  Jakarta: Rineka Cipta, Hal. 7
[3] Sumanto, Wasty,  2006,  Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, hal. 18- 20.
[4] Muhibin, Syah,  2002,  Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru,  Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Hal. 14-17.
[5] Sarlito Wirawan Sarwono, 1978, Berkenalan Dengan Aliran –Aliran Dan Tokoh Tokoh Psikologi, Bulan Bintang, jakarta,  hlm. 146
[6] Mat Jarvis, 2000, Teoritical in Approaches in psychology, Routledge, London, hal. 77
[7] Faizah, H. Lalu Muchsin Efendi, 2009, Psikologi Dakwah, kencana, Jakarta, hal. 45 – 49.
[8] Achmad Mubarok, 2002, Psikologi Dakwah, Pustaka Firdaus, Jakarta, Hlm.59-60.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar