Minggu, 19 Januari 2025

Kemarin yang Membekas, Perjuangan di Tengah Keputusan


 

Cerber ini mengisahkan perjuangan seorang pembina Pramuka yang menghadapi keputusan sulit ketika ekstrakurikuler Pramuka tak lagi diwajibkan. Dengan semangat pantang menyerah, ia membangun komunitas mandiri, membuktikan bahwa pendidikan karakter tetap hidup melalui kebersamaan, harapan, dan keyakinan akan masa depan yang lebih baik.

Angin sore menyapa lembut wajahku yang lelah. Di tangan ini, secangkir kopi yang baru saja kuaduk menjadi teman dalam keheningan. Hari itu, surat keputusan Menteri Pendidikan yang telah ramai dibicarakan akhirnya sampai di mejaku. Isinya, keputusan untuk tidak lagi mewajibkan ekstrakurikuler Pramuka di sekolah. Aku terdiam. Duniaku seolah berhenti sejenak. Aku adalah seorang pembina Pramuka. Selama lebih dari dua dekade, hidupku tak pernah jauh dari seragam cokelat yang penuh kebanggaan itu. Setiap pagi hingga sore, aku habiskan waktu bersama anak-anak yang penuh semangat. Mereka datang dengan berbagai mimpi, dan aku ada di sana untuk membantu mereka menemukan jalan menuju masa depan.

Namun, kemarin, semuanya terasa runtuh. Keputusan itu seperti pisau tajam yang memotong tali pengikat perahu yang telah lama aku dayung. Di benakku, bayangan senyum anak-anak itu berkelebat. Bagaimana mungkin aku menjelaskan kepada mereka bahwa kegiatan yang selama ini mereka cintai tak lagi menjadi bagian dari perjalanan pendidikan mereka?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar