Senin, 20 Januari 2025

Kemarin yang Membekas, Perjuangan di Tengah Keputusan




 

Kelanjutan Cerita (Part 4):

Hari demi hari, komunitas Pramuka mandiri yang kami bangun semakin berkembang. Tidak hanya anak-anak dari sekolah tempatku mengajar, tetapi juga siswa dari sekolah lain mulai bergabung. Orang tua mereka datang dengan harapan agar anak-anaknya tetap mendapatkan nilai-nilai pendidikan karakter yang selama ini mereka percaya hanya Pramuka yang mampu memberikannya.

Sore itu, aku menerima telepon dari Pak Rahmat. Suaranya terdengar penuh semangat.

"Kak Ifa, saya ingin mengundang Anda untuk berbicara di forum kepala sekolah kabupaten minggu depan. Saya ingin Anda berbagi tentang bagaimana Anda mempertahankan kegiatan Pramuka meski tanpa dukungan kebijakan formal," katanya.

Aku terdiam sejenak. Aku tidak pernah berpikir perjuangan kecil ini akan menarik perhatian sejauh itu. "Terima kasih, Pak. Ini kehormatan besar. Saya akan berusaha memberikan yang terbaik," jawabku.

Hari yang dijanjikan pun tiba. Dengan Seragam Coklat muda , coklat tua sederhana dan setangan merah putih Pramuka yang selalu kubanggakan, aku melangkah ke aula tempat forum itu digelar. Di depan, para kepala sekolah dan pejabat pendidikan duduk mendengarkan. Aku mulai bercerita, bukan tentang pencapaian besar, tetapi tentang nilai-nilai kecil yang kami perjuangkan setiap hari tentang bagaimana Fahril kini menjadi pemimpin yang percaya diri, tentang Dina yang belajar arti kebersamaan, dan tentang tawa anak-anak yang menghidupkan kembali semangatku.



"Apa yang kami lakukan mungkin sederhana," kataku menutup presentasi, "tetapi saya percaya, Pramuka bukan hanya tentang ekstrakurikuler. Ini adalah tentang membentuk manusia seutuhnya. Dan tugas kita, sebagai pendidik, adalah memastikan ruang itu tetap ada, meski dalam bentuk yang berbeda."

Ruangan itu hening sejenak sebelum tepuk tangan menggema. Aku merasa beban yang selama ini menghimpit perlahan terangkat. Mungkin, perjuangan kecil kami akan menjadi awal dari gerakan yang lebih besar.

Malam itu, saat aku kembali ke rumah, aku duduk di beranda sambil menatap langit. Pikiranku melayang ke wajah anak-anak yang penuh harapan. Aku tahu, jalan ini masih panjang, tetapi aku tidak sendiri. Ada begitu banyak orang yang peduli, yang percaya bahwa pendidikan tidak hanya tentang nilai akademis, tetapi juga tentang membentuk karakter dan jiwa.

"Kemarin mungkin menyakitkan," bisikku pada diri sendiri, "tetapi hari ini kita melangkah dengan keyakinan. Dan esok, kita akan menciptakan masa depan yang lebih baik, bersama-sama."

Aku menutup malam itu dengan doa, berharap perjuangan ini terus diberkahi. Karena seperti yang selalu diajarkan oleh Pramuka,” tidak ada tantangan yang terlalu besar jika dihadapi dengan semangat dan kebersamaan.” Read: Kak Ifa Ratnasari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar