Minggu, 19 Januari 2025

Kemarin yang Membekas, Perjuangan di Tengah Keputusan (4)

 


Hari-hari berlalu, dan aku mulai melangkah dengan rencana baruku. Aku mendatangi beberapa orang tua siswa yang selama ini aktif mendukung kegiatan Pramuka. "Bu Sinta, Pak Adi," aku membuka percakapan di salah satu pertemuan kecil, "saya ingin membentuk komunitas Pramuka mandiri. Kegiatan ini tidak lagi di bawah sekolah, tapi kita bisa menyelenggarakannya secara sukarela. Apa Ibu dan Bapak bersedia membantu?"

Wajah mereka sempat diliputi kebingungan, tetapi kemudian aku melihat anggukan pelan. "Kami siap, Kak. Pramuka terlalu berharga untuk dilepaskan begitu saja," jawab Bu Sinta dengan senyuman yang memberiku semangat baru.

Langkah selanjutnya adalah mencari tempat. Lapangan kecil di pinggir desa menjadi pilihan. Meski tidak luas, tempat itu cukup untuk menjadi ruang berkumpul. Bersama beberapa siswa yang masih bersemangat, kami membersihkan tempat itu, menyiapkan tenda-tenda kecil, dan memulai kegiatan pertama kami.

Hari itu, meski sederhana, aku melihat kembali sinar di mata anak-anak. Mereka tertawa, bersemangat, dan bekerja sama untuk menyelesaikan tugas-tugas kecil. Aldi, yang kini menjadi salah satu anggota Dewan Ambalan, memimpin teman-temannya dengan percaya diri. Dina, yang kemarin bertanya dengan nada khawatir, kini berdiri tegak memimpin barisan.

"Kak, ini lebih seru daripada di sekolah!" seru Dina di sela-sela kegiatan. Aku hanya tersenyum. Meski dalam hati aku tahu ini bukan lagi bagian dari kurikulum, tetapi aku sadar bahwa pendidikan sejati tidak membutuhkan tembok sekolah. Selama ada hati yang tulus, tempat sederhana ini cukup untuk melahirkan pemimpin masa depan.

Aku belajar sesuatu yang penting: keputusan Menteri mungkin mengubah jalannya, tetapi semangat tidak pernah tergantikan. “Pramuka tetap hidup, bukan karena aturan, tetapi karena jiwa-jiwa yang mencintainya. Kini, aku berdiri lebih teguh, siap melangkah ke depan dengan keyakinan bahwa perjuangan ini belum selesai.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar