Selasa, 17 April 2012

Kepemimpinan



Ledership Dan Teori - Teorinya
Di susun Oleh:
Ifa Ratnasari

A.    DEFINISI  LEADHERSHIP

Dalam hubungan usaha mempelajari leadership, maka Hubert Bonner menyetujui bahwa kepemimpinan itu dengan demikian dipandang sebagai hasil dari interaksi antara kepribadian yang bulat dari pemimpin dengan situasi sosial yang dinamis di mana ia hidup. Jadi dengan demikian arti leadership tersebut baru dapat diberikan bila telah berfungsi dalam proses interaksi antara pribadi seorang pemimpin dengan lingkungan sosialnyan yang bercorak dinamis.
Pendapat lainnya yang dihubungkan dengan proses manajemen adalah diberikan oleh Howard W. Hoyt, yang mengandung arti bahwa leadership (kepemimpinan) itu adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, yang merupakan kecakapan mengatur orang lain. Jadi dengan demikian leadership di sini dipandang sebagai abilitas yaitu sebagai suatu kecakapan yang diperoleh berkat adanya belajar, sedang sifat dan ciri-cirinya baru nampak setelah dilaksanakan dalam proses mempengaruhhi orang lain. [1]
Sedangkan menurut Henry Pratt Fairchild menyimpulkan bahwa “kepemimpinan itu merupakan suatu kemampuan yang melekat pada diri seorang yang memimpin, yang tergantung dari macam-macam faktor, baik faktor-faktor intern maupun faktor-faktor ekstern”. [2]
Selain itu, kepemimpinan merupakan terjemahan dari leadership dan untuk memberikan definisi terhadap kepemimpinan ini tidaklah mudah. Sebab untuk memberikan pengertian tentang kepemimpinan ini tergantung dari segi mana kita memandangnya. Ada bebrapa pengertian yang tergambarkan sebagai berikut:
1.      Kepemimpinan sebagai suatu fokus dari beberapa proses dalam rangka mencapai tujuan.
2.      Kepemimpinan sebagai kepribadian dengan segala efeknya menggambarkan bahwa seseorang pimpinan pribadinya menggambarkan pribadi organisasi yang dipimpin.
3.      Kepemimpinan sebagai seni di dalam mengupayakan tercapainya pemenuhan kebutuhan.
4.      Kepemimpinan sebagai sumber aktifitas untuk mempengaruhi orang lain agar bertindak dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan organisasi.
5.      Kepemimpinan sebagai pemrakarsa dan sebagai pencetus inovasi baru, untuk lebih efisien dan efektifnya mencapai tujuan organisasi.
6.      Kepemimpinan sebagai kumpulan kekuasaan.[3]
Pengertian terang telah banyak dilontarkan oleh para ahli, umumnya pengertian-pengertian yang diberikan tersebut dilatar belakangi oleh pendekatan-pendekatan yang mereka lakukan terhadap leadership.
a.       George R. Terry memberikan definisi kepemimpinan sebagai hubungan indifidu dan suatu kelompok dengan maksud untuk menyelesaikan beberapa tujuan.
b.      Odway Tead berpendapat bahwa kepemimpinan adalah aktifitas memerangi orang-orang untuk bekerja sama menuju kepada kesesuaian tujuan yang mereka inginkan.
c.       John Ptiffner menganggap kepemimipinan adalah suatu seni dalam mengoordinasikan dan mengarahkanindividu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa:
Aktifitas memimpin pada hakikatnya meliputi suatu hubungan. Adanya satu orang yang mempengaruhi orang-orang lain agar mereka mau bekerja ke arah pencapaian sasaran tertentu.
Hubungan antara pemimpin dan mereka yang dipimpin bukanlah hubungan satu arah tetapi senantiasa harus terdapat adanya antar hubungan. Bahwa seorang pemimpin harus dapat mempengaruhi kelompoknya, jelas karena apabila ia tidak mampu melakukannya maka berarti bahan ini ia tidak dapat menjalankan tugasnya sebagai pemimpin yang baik.[4]
 Pemimpin merupakan kekuatan utama di balik suksesnya organisasi, dan bahwa untuk menciptakan organisasi yang vital dan langgeng diperlukan kepemimpinan untuk menolong organisasi untuk menemukan visi baru tentang apa yang akan terjadi serta memobilisasikan organisasi ke arah vvisi tersebut.[5]
Dari beberapa perumusan yang berbeda tersebut, terlihat bahwa dalam suatu kepemimpinan terdapat tiga unsur:
1.      Unsur manusia sebagai pemimpin atau sebagai yang dipimpin.
2.      Unsur sarana merupakan semacam prinsip dan teknik kepemimpinan yang dipakai dalam pelaksanaanya. Termasuk bekal pengetahuan yang dimiliki.
3.      Unsur tujuannyang merupakan sasaran akhir ke arah mana kelompok manusia akan digerakkan.[6]
Sedangkan kepemimpin menurut Islam memiliki prinsip-prinsip:
1.      Seorang pemimpin harus memiliki kekuatan aqidah yang konsisten.
2.      Seorang pemimpin harus mampu menjabarkan dan menyatakan gagasannya dalam realitas melalui bentuk amal saleh.
3.      Seorang pemimpin adalah dia yang gandrung atau cinta akan kebenaran serta memiliki kekuatan serta daya nalar yang dinamis.
4.      Seorang pemimpin memiliki kesabaran yang tinggi (emotinal stability), sehingga tidak mudah terjebak dalam situasi yang merugikan dirinya maupun kelompoknya.[7]

Pengertian kepemimpinan

Dalam kehidupan sehari-hari, pemimpin dan kepemimpinan sering di artikan sama,padahal pengertian tersebut berbeda. Pemimpin adalah orang yang tugasnya memimpin, sedangkan kepemimpinan adalah bakat atau sifat yang harus di  miliki oleh seorang pemimpin.
 Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk memengaruhi seseorang untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu.Dalam arti yang lebih luas,kepemimpinan atau Leadership adalah kegiatan untuk memenuhi perilaku orang lain, atau seni mememngaruhi perilaku manusia, baik perseorangan maupun kelompok.[8]
Kepemimpinan adalah suatu proses yang di lalukan oleh perusahaan  untuk mengarahkan (di recting ) dan mempengaruhi (influecing ) para bawahannya  dalam kegiatan yang berhubungan dengan tugas ( task-related activites), agar para bawahan nya tersebut mau mengarahkan seluruh kemampuannya – baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota suatu tim, untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan perusahaan atau organisasi
 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :
1)      .Kepemimpinanmemiliki sifat mengarahkan, yaitu mengarahakan orang-orang yang di pimpinnya untuk mencapai tujuan
2)      Kepemimpinan memiliki sifat mempengaruhi (influencing), yaitu pemimpin harus mampu mengubah perilaku bawahan
3)      Pemimpin memiliki wewenang (authority) yaitu hak yang dimiliki pemimpin untuk memerintah orang lain (bawahannya).[9]
Menurut Terry, istilah kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang- orang agar supaya bekerja dengan ikhlas untuk mencapai tujuan bersama[10]
Dari definisi-definisi tersebut dapat di simpulkan bahwa arti kepemimpinan adalah seorang yang karena keahliannyan mampu mempengaruhi kelompok yang di pimpinnya untuk mengarahkan usaha bersama ke arah pencapaian sasaran-sasaran tertentu.[11]

B.     Sejumlah Teori tentang kepemimpinan

Banyak orang telah melakukan penelitian dan studi tentang kepemimpinan dan hasilnya berupa macam-macam teori tentang kepemimpinan. Teori –teori demikian mencakup perbedaan dalam pendapat, metodologi keterangan-keterangan dan kesimpulan-kesimpulan.
Kita tidak dapat mengemukakan cara terbaik untuk memimppin manusia. Praktek serta gaya kepemimpinan terdiri dari suatu jalinan faktor-faktor yang bersifat kompleks. Kepribadian pemimpin skillnya, penngalamannya, kepercayaannya, kesadaran akan harkat dirinya, jenis pengikut, interaksi dan iklim organisatoris mempengaruhi kelakuan seorang pemimpin dan apa yang dilakukan olehnnya atau tidak dilakukan olehnnya.
G.R. TERRY dalam bukunya “principleof management” mengemukakan 8 buah teori kepemimpinan sebagai berikut :
1.      Teori Otokratis
Kepemimpinan menurut teori ini didasarkan atas perintah-perintah pemaksaan dan tindakan agak arbitrer dalam hubungan antara pemimpin dengan pihak bawahan. Pemimpin di sini cenderung mencurahkan perhatian sepenuhnya pada pekerjaan. Ia melakukan pengawasan seketat mungkin dengan tujuan agar pekerjaan sesuai dengan rencana. Pemimimpin Otokratis menggunajan perintah-perintah yang biasanya diperkuat oleh adanya sanksi-sanksi.
2.      Teori Psikologis
Teori ini meyatakan bahwa fungsi seorang pemimpin adalah mengembangkan sistem motivasi terbaik. Pemimpin merangsang bawahanya untuk nekerja ke arah pencapaian sasaran-sasaran organisatoris maupun untuk memenuhi tujuan pribadi mereka.
3.      Teori Sosiologis
Pihak lalin menganggap kepemimpinan terdiri dari usaha-usaha yang melancarkan aktivitas para pemimpin danyang berusaha untuk meyelesaikan setiap konflik organisatoris antara para pengikut. Pemimpin menetapkan tujuan-tujuan dengan mengikutsertakan para pengikut dalam pengambilan keputusan terakhir. Identifikasi tujuan kerapkali memberikan petunjuk yang diperlukan oleh para pengikut.
Namun usaha-usaha untuk mencapai tujuan mempengaruhi interaksi-interaksi antara para pengikut, kadang-kadang hingga tingkat timbulnya konflik yang merusak di dalam maupun di antara kelompok-kelompok. Dalam situasi seperti itu pemimpin harus bisa mengembil tindakan korektif, menjalankan pengaruh kepemimpinannya untuk mengembalikan harmoni dan usaha-usaha kooperatif antara pengikutnya.
4.      Teori Suportif
Menurut teori ini pemimoin beranggapan bahwa para pengikutnya ingin berusaha sebaik-baiknya dan bahwa dia dapat memimpin sebaiknya melalui tindakan membaht usaha-usaha mereka. Maka pemimpin menciptakan lingkungan kerja yang membantu hal tersebut. Adakalahnya teori suportif dinyatakan orang sebagai teori PARTISPATIF ada juga yang menamakannya “Democratic Theory Of Leadership”
5.      Teori “Laissez Faire”
Berdasrkan teori ini seorang pemimpin memberikan kebebasan kepada para pengikutnya dalam hal menentukan aktivitas mereka. Pendekatan ini merupakan kebalikan langsung dari teori otokratis. Kelompok-kelompok “Laissez Faire” cenderung membentuk pemimpin-pemimpin informal.
6.      Teori Prilaku pribadi
Pendekatan ini melakukan  apa yang dilakukan oleh pemimpin dalam hal pemimpin. Salah satu sumbangsih terpenting dalam teori ini menyatakan bahwa seseorang pemimpin tidak berkelakuan sama ataupun melakukan tindakan-tindakan identik dalam setiap situasi yang dihadapi olehnya.
Hingga tingkat tertentu ia bersifat fleksibel, karena beranggapan bahwa ia perlu mengambil langkah yang paling tepat untuk menghadapi suatu problem tertentu. Hal ini memberikan gambaran tentang tenteng sebuah kontinuum di mana tindakan – tindakan pihak pemimpin dan jumlah otoritas yang digunakan dihubungkan dengan kebebasan pembuatan keputusan atau pertisipasi yang terbuka untuk pihak bawahan.
Seorang pemimpin dapat menerapkan macam-macam gaya kepemimpinan yang tergantung dari evaluasi pemimipin yang bersangkutan tentang situasi yang dihadapi, kemampuan-kemapuan, keinginan untuk memutuskan, jumlah pengawasan yang dijalankan olehnya.
7.      Teori Sosial
Sudah banyak usaha dilakukan orang untuk mengidentifikasi sifat-sifat pemimpin yang dipergunakan untuk menerangkan dan meramalkan kesuksesan dalam bidang pemimpin, diantara sifat-sifat yang dianggap harus dimiliki oleh seorang pemimpin dapat disebut :
a.       Intelegensi
Orang umumnya beranggapan bahwa tingkat intelegensi seorang individu memberikan petunjuk tentang kemungkinan-kemungkkinan baginya untuk berhasil sebagai seorang pemimpin. Di atas tingkat tersebut yang bersifat relatif tinggi, sukses tidak begitu pasti. Hal tersebut kiranya dapat diterangkan berdasarkan fakta bahwa individu-individu yang memiliki tingkat-tingkat intelegensi sangat tinggi menganggap bahwa aktivitas-aktivitas kepemimpinan dan tantangan-tantangan tidak cukup bagi mereka, mereka lebih senang dengan ide-ide abstrak dan pekerjaan riset dasar.
b.      Inisiatif
Hal ini terdiri dari dua bagian:
1.      Kemampuan unntuk nertindak sendiri dan mengatur tindakan-tindakan.
2.      Kemampuan untuk melihat arah tindakan yang tidak terlihat oleh pihak lain. Sifat ini sangat diinginkan oleh setiap calon manager.
c.       Energi dan Rangsangan
Di antara ciri pemimpin yang menonjol yang menonjol adalah bahwa ia lebih energik dalam usaha mencapai tujuan, dibandingkan seorang bukan pemimpin energi mental dan fisik diperlukan.
d.      Kedewasaan Emosional
Di dalam sifat ini tercakup :dapat diandalkan (Dependability) persistensi dan objektivitas. Seorang pemimppin dapat diandalkan janji-janjinya mengenai apa yang akan dilaksanakannya.
e.       Persuasif
Tidak adanya kepemimpinan tanpa persetujuan pihak yang akan dipimpin. Untuk memperoleh persetujuan tersebut, seseorang pemimpin biasanya harus menggunakan persuasi.
f.       Skill komunikatif
Seiorang pemimpin memiliki kemampuan untuk mengemukakan secara singkat pendapat-pendapat orang lain dan mengambil inti-sari dari pernyataan pihak lain. Seorang pemimpin menggunakan komunikatif dengan tepat untuk tujuan-tujuan persuasif, informatis serta stimulatif.
g.      Kepercayaan pada diri sendiri
Seorang pemimpin adalah seorang yang cukkup matang dan tidak banyak memiliki sifat anti sosial. Ia berkeyakinan bahwa ia dapat melewati secara berhasil, kebanyakan situasi yang dihadapi.
h.      Perseptif
Sifat ini berhubungan dengan kemampuan untuk mendalami ciri-ciri dan kelakuan orang-orang lain, dan terutama pihak bawahannya. Hal tersebut juga mencakup kemampuan untuk memproyeksi diri sendiri secara mental dan emosional kedalam posisi orang lain.
i.        Kreatifitas
Kapasitas untuk bersifat orisinil, untuk memikirkan cara-cara baru merintis jalan baru, guna memecahkan sebuah problem merupakan sifat yang sangat didambakan pada seorang pemimpin.
j.        Partisipasi sosial
Seorang pemimpin mengetahui kapasitas anggotanya, menyesuaikan diri dengan kelompok ia memiliki kemampuan untuk berhadapan dengan orang-orang dari kalangan manapun juga, dan dapat melakukan konversasi tentang macam-macam subjek. Ia menekankan apa yang mmungkin dimiliki oleh seorang pemimpin berupa kepribadianya dan bukanlah apa yang dilakukan sebagai seorang kepemimpinan.
8.      Teori Situasi
Pendekatan ini menerangkan kepemimpinan menyatakan bahwa harus terdapat cukup banyak fleksibilitas dalam kepemimpinan untuk menyesuaikan diri dengan berbagai macam situasi. Pada teori ini, dianggap bahwa kepemimpinan terdiri dari tiga macam elemen yakni:Pemimpin, Pengikut, Situasi. Situasi dianggap sebagai elemen yang paling pentinng karena memiliki paling banyak variabel.
Fielder berpendapat bahwa kita dapat menggunakan tiga dimensi untuk mengukur efektifitas pemimpin yang mencakup :
a.       Tingkat kepercayaan para pengikut terhadap pemimpin.
b.      Tingkat hingga di mana pekerjaan para pengikut hanya bersifat rutin atau terstrukturisasi kurang baik.
c.       Tingkat kekuasaan yang inheren dengan posisi kepemimpinan


[1]ibid, halaman 88.
[2] Winardi, Kepemimpinan Dalam Manajemen, Jakarta: PT. Rineka Apta, 1990, halaman 47.
[3] Pandji Anogara, Psikologi Kepemimpinan, Jakarta: PT. Rineka Apta, 1992, halaman 5-6.
[4] Winardi, Kepemimpinan Dalam Manajemen, Jakarta: PT>Rineka Cipta, 1990, halaman 57.
[5] Warren Bennis dan Burt Nanus, Kepemimpinan Strategi Dalam Mengemban Tanggung Jawab, Jakarta: Erlangga, 1990, halaman 2.
[6] Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, Jakarta:Prenada Media, 2006, halaman 162.
[7] Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997, halaman 104.
[8] Khaerul Umam.Perilaku Organisasi.bandung :CV.Pustaka Setia.2010.Hal269-270
[9] Ismail Solikhin.Pengantar Manajemen.Jakarta :Erlangga.2010.Hal :131-132
[10] Moh.As’ad.Kepemimpinan Efektif dalam Perusahaan.Jakarta :Liberty 1986.Hal : 2
[11] J.Winardi.Perilaku Manajemen.Jakarta :Kencana.2009.hal :304

Tidak ada komentar:

Posting Komentar