Ledership Dan Teori - Teorinya
Di susun Oleh:
Ifa Ratnasari
A. DEFINISI LEADHERSHIP
Dalam hubungan usaha mempelajari
leadership, maka Hubert Bonner menyetujui bahwa kepemimpinan itu dengan
demikian dipandang sebagai hasil dari interaksi antara kepribadian yang bulat
dari pemimpin dengan situasi sosial yang dinamis di mana ia hidup. Jadi dengan
demikian arti leadership tersebut baru dapat diberikan bila telah berfungsi
dalam proses interaksi antara pribadi seorang pemimpin dengan lingkungan
sosialnyan yang bercorak dinamis.
Pendapat lainnya yang dihubungkan dengan
proses manajemen adalah diberikan oleh Howard W. Hoyt, yang mengandung arti
bahwa leadership (kepemimpinan) itu adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku
manusia, yang merupakan kecakapan mengatur orang lain. Jadi dengan demikian
leadership di sini dipandang sebagai abilitas yaitu sebagai suatu kecakapan
yang diperoleh berkat adanya belajar, sedang sifat dan ciri-cirinya baru nampak
setelah dilaksanakan dalam proses mempengaruhhi orang lain. [1]
Sedangkan menurut Henry Pratt Fairchild
menyimpulkan bahwa “kepemimpinan itu merupakan suatu kemampuan yang melekat
pada diri seorang yang memimpin, yang tergantung dari macam-macam faktor, baik
faktor-faktor intern maupun faktor-faktor ekstern”. [2]
Selain itu, kepemimpinan merupakan
terjemahan dari leadership dan untuk memberikan definisi terhadap kepemimpinan
ini tidaklah mudah. Sebab untuk memberikan pengertian tentang kepemimpinan ini
tergantung dari segi mana kita memandangnya. Ada bebrapa pengertian yang
tergambarkan sebagai berikut:
1. Kepemimpinan
sebagai suatu fokus dari beberapa proses dalam rangka mencapai tujuan.
2. Kepemimpinan
sebagai kepribadian dengan segala efeknya menggambarkan bahwa seseorang
pimpinan pribadinya menggambarkan pribadi organisasi yang dipimpin.
3. Kepemimpinan
sebagai seni di dalam mengupayakan tercapainya pemenuhan kebutuhan.
4. Kepemimpinan
sebagai sumber aktifitas untuk mempengaruhi orang lain agar bertindak dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan organisasi.
5. Kepemimpinan
sebagai pemrakarsa dan sebagai pencetus inovasi baru, untuk lebih efisien dan
efektifnya mencapai tujuan organisasi.
6. Kepemimpinan
sebagai kumpulan kekuasaan.[3]
Pengertian terang telah banyak
dilontarkan oleh para ahli, umumnya pengertian-pengertian yang diberikan
tersebut dilatar belakangi oleh pendekatan-pendekatan yang mereka lakukan
terhadap leadership.
a. George
R. Terry memberikan definisi kepemimpinan sebagai hubungan indifidu dan suatu
kelompok dengan maksud untuk menyelesaikan beberapa tujuan.
b. Odway
Tead berpendapat bahwa kepemimpinan adalah aktifitas memerangi orang-orang
untuk bekerja sama menuju kepada kesesuaian tujuan yang mereka inginkan.
c. John
Ptiffner menganggap kepemimipinan adalah suatu seni dalam mengoordinasikan dan
mengarahkanindividu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki.
Dari
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa:
Aktifitas memimpin pada hakikatnya
meliputi suatu hubungan. Adanya satu orang yang mempengaruhi orang-orang lain
agar mereka mau bekerja ke arah pencapaian sasaran tertentu.
Hubungan antara pemimpin dan mereka yang
dipimpin bukanlah hubungan satu arah tetapi senantiasa harus terdapat adanya
antar hubungan. Bahwa seorang pemimpin harus dapat mempengaruhi kelompoknya,
jelas karena apabila ia tidak mampu melakukannya maka berarti bahan ini ia
tidak dapat menjalankan tugasnya sebagai pemimpin yang baik.[4]
Pemimpin merupakan kekuatan utama di balik
suksesnya organisasi, dan bahwa untuk menciptakan organisasi yang vital dan
langgeng diperlukan kepemimpinan untuk menolong organisasi untuk menemukan visi
baru tentang apa yang akan terjadi serta memobilisasikan organisasi ke arah
vvisi tersebut.[5]
Dari beberapa perumusan yang berbeda
tersebut, terlihat bahwa dalam suatu kepemimpinan terdapat tiga unsur:
1. Unsur
manusia sebagai pemimpin atau sebagai yang dipimpin.
2. Unsur
sarana merupakan semacam prinsip dan teknik kepemimpinan yang dipakai dalam
pelaksanaanya. Termasuk bekal pengetahuan yang dimiliki.
3. Unsur
tujuannyang merupakan sasaran akhir ke arah mana kelompok manusia akan
digerakkan.[6]
Sedangkan kepemimpin menurut Islam
memiliki prinsip-prinsip:
1. Seorang
pemimpin harus memiliki kekuatan aqidah yang konsisten.
2. Seorang
pemimpin harus mampu menjabarkan dan menyatakan gagasannya dalam realitas
melalui bentuk amal saleh.
3. Seorang
pemimpin adalah dia yang gandrung atau cinta akan kebenaran serta memiliki
kekuatan serta daya nalar yang dinamis.
4. Seorang
pemimpin memiliki kesabaran yang tinggi (emotinal stability), sehingga tidak
mudah terjebak dalam situasi yang merugikan dirinya maupun kelompoknya.[7]
Pengertian kepemimpinan
Dalam
kehidupan sehari-hari, pemimpin dan kepemimpinan sering di artikan sama,padahal
pengertian tersebut berbeda. Pemimpin adalah orang yang tugasnya memimpin,
sedangkan kepemimpinan adalah bakat atau sifat yang harus di miliki oleh seorang pemimpin.
Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk
memengaruhi seseorang untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu.Dalam
arti yang lebih luas,kepemimpinan atau Leadership
adalah kegiatan untuk memenuhi perilaku orang lain, atau seni mememngaruhi
perilaku manusia, baik perseorangan maupun kelompok.[8]
Kepemimpinan
adalah suatu proses yang di lalukan oleh perusahaan untuk mengarahkan (di recting ) dan mempengaruhi (influecing
) para bawahannya dalam kegiatan yang
berhubungan dengan tugas ( task-related
activites), agar para bawahan nya tersebut mau mengarahkan seluruh
kemampuannya – baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota suatu tim, untuk
mencapai tujuan yang telah di tetapkan perusahaan atau organisasi
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :
1) .Kepemimpinanmemiliki
sifat mengarahkan, yaitu mengarahakan orang-orang yang di pimpinnya untuk
mencapai tujuan
2) Kepemimpinan
memiliki sifat mempengaruhi (influencing),
yaitu pemimpin harus mampu mengubah perilaku bawahan
3) Pemimpin
memiliki wewenang (authority) yaitu
hak yang dimiliki pemimpin untuk memerintah orang lain (bawahannya).[9]
Menurut
Terry, istilah kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang- orang
agar supaya bekerja dengan ikhlas untuk mencapai tujuan bersama[10]
Dari
definisi-definisi tersebut dapat di simpulkan bahwa arti kepemimpinan adalah
seorang yang karena keahliannyan mampu mempengaruhi kelompok yang di pimpinnya
untuk mengarahkan usaha bersama ke arah pencapaian sasaran-sasaran tertentu.[11]
B.
Sejumlah
Teori tentang kepemimpinan
Banyak
orang telah melakukan penelitian dan studi tentang kepemimpinan dan hasilnya
berupa macam-macam teori tentang kepemimpinan. Teori –teori demikian mencakup
perbedaan dalam pendapat, metodologi keterangan-keterangan dan
kesimpulan-kesimpulan.
Kita
tidak dapat mengemukakan cara terbaik untuk memimppin manusia. Praktek serta
gaya kepemimpinan terdiri dari suatu jalinan faktor-faktor yang bersifat
kompleks. Kepribadian pemimpin skillnya, penngalamannya, kepercayaannya,
kesadaran akan harkat dirinya, jenis pengikut, interaksi dan iklim organisatoris
mempengaruhi kelakuan seorang pemimpin dan apa yang dilakukan olehnnya atau
tidak dilakukan olehnnya.
G.R.
TERRY dalam bukunya “principleof management” mengemukakan 8 buah teori
kepemimpinan sebagai berikut :
1. Teori
Otokratis
Kepemimpinan
menurut teori ini didasarkan atas perintah-perintah pemaksaan dan tindakan agak
arbitrer dalam hubungan antara pemimpin dengan pihak bawahan. Pemimpin di sini
cenderung mencurahkan perhatian sepenuhnya pada pekerjaan. Ia melakukan
pengawasan seketat mungkin dengan tujuan agar pekerjaan sesuai dengan rencana.
Pemimimpin Otokratis menggunajan perintah-perintah yang biasanya diperkuat oleh
adanya sanksi-sanksi.
2. Teori
Psikologis
Teori
ini meyatakan bahwa fungsi seorang pemimpin adalah mengembangkan sistem
motivasi terbaik. Pemimpin merangsang bawahanya untuk nekerja ke arah
pencapaian sasaran-sasaran organisatoris maupun untuk memenuhi tujuan pribadi
mereka.
3. Teori
Sosiologis
Pihak
lalin menganggap kepemimpinan terdiri dari usaha-usaha yang melancarkan
aktivitas para pemimpin danyang berusaha untuk meyelesaikan setiap konflik
organisatoris antara para pengikut. Pemimpin menetapkan tujuan-tujuan dengan
mengikutsertakan para pengikut dalam pengambilan keputusan terakhir.
Identifikasi tujuan kerapkali memberikan petunjuk yang diperlukan oleh para
pengikut.
Namun
usaha-usaha untuk mencapai tujuan mempengaruhi interaksi-interaksi antara para
pengikut, kadang-kadang hingga tingkat timbulnya konflik yang merusak di dalam
maupun di antara kelompok-kelompok. Dalam situasi seperti itu pemimpin harus
bisa mengembil tindakan korektif, menjalankan pengaruh kepemimpinannya untuk
mengembalikan harmoni dan usaha-usaha kooperatif antara pengikutnya.
4. Teori
Suportif
Menurut
teori ini pemimoin beranggapan bahwa para pengikutnya ingin berusaha sebaik-baiknya
dan bahwa dia dapat memimpin sebaiknya melalui tindakan membaht usaha-usaha
mereka. Maka pemimpin menciptakan lingkungan kerja yang membantu hal tersebut.
Adakalahnya teori suportif dinyatakan orang sebagai teori PARTISPATIF ada juga
yang menamakannya “Democratic Theory Of Leadership”
5. Teori
“Laissez Faire”
Berdasrkan
teori ini seorang pemimpin memberikan kebebasan kepada para pengikutnya dalam
hal menentukan aktivitas mereka. Pendekatan ini merupakan kebalikan langsung
dari teori otokratis. Kelompok-kelompok “Laissez Faire” cenderung membentuk
pemimpin-pemimpin informal.
6. Teori
Prilaku pribadi
Pendekatan
ini melakukan apa yang dilakukan oleh
pemimpin dalam hal pemimpin. Salah satu sumbangsih terpenting dalam teori ini
menyatakan bahwa seseorang pemimpin tidak berkelakuan sama ataupun melakukan
tindakan-tindakan identik dalam setiap situasi yang dihadapi olehnya.
Hingga
tingkat tertentu ia bersifat fleksibel, karena beranggapan bahwa ia perlu
mengambil langkah yang paling tepat untuk menghadapi suatu problem tertentu.
Hal ini memberikan gambaran tentang tenteng sebuah kontinuum di mana tindakan –
tindakan pihak pemimpin dan jumlah otoritas yang digunakan dihubungkan dengan
kebebasan pembuatan keputusan atau pertisipasi yang terbuka untuk pihak
bawahan.
Seorang
pemimpin dapat menerapkan macam-macam gaya kepemimpinan yang tergantung dari
evaluasi pemimipin yang bersangkutan tentang situasi yang dihadapi,
kemampuan-kemapuan, keinginan untuk memutuskan, jumlah pengawasan yang
dijalankan olehnya.
7. Teori
Sosial
Sudah
banyak usaha dilakukan orang untuk mengidentifikasi sifat-sifat pemimpin yang
dipergunakan untuk menerangkan dan meramalkan kesuksesan dalam bidang pemimpin,
diantara sifat-sifat yang dianggap harus dimiliki oleh seorang pemimpin dapat
disebut :
a. Intelegensi
Orang
umumnya beranggapan bahwa tingkat intelegensi seorang individu memberikan
petunjuk tentang kemungkinan-kemungkkinan baginya untuk berhasil sebagai
seorang pemimpin. Di atas tingkat tersebut yang bersifat relatif tinggi, sukses
tidak begitu pasti. Hal tersebut kiranya dapat diterangkan berdasarkan fakta
bahwa individu-individu yang memiliki tingkat-tingkat intelegensi sangat tinggi
menganggap bahwa aktivitas-aktivitas kepemimpinan dan tantangan-tantangan tidak
cukup bagi mereka, mereka lebih senang dengan ide-ide abstrak dan pekerjaan
riset dasar.
b. Inisiatif
Hal
ini terdiri dari dua bagian:
1. Kemampuan
unntuk nertindak sendiri dan mengatur tindakan-tindakan.
2. Kemampuan
untuk melihat arah tindakan yang tidak terlihat oleh pihak lain. Sifat ini
sangat diinginkan oleh setiap calon manager.
c. Energi
dan Rangsangan
Di
antara ciri pemimpin yang menonjol yang menonjol adalah bahwa ia lebih energik
dalam usaha mencapai tujuan, dibandingkan seorang bukan pemimpin energi mental
dan fisik diperlukan.
d. Kedewasaan
Emosional
Di
dalam sifat ini tercakup :dapat diandalkan (Dependability) persistensi dan
objektivitas. Seorang pemimppin dapat diandalkan janji-janjinya mengenai apa
yang akan dilaksanakannya.
e. Persuasif
Tidak
adanya kepemimpinan tanpa persetujuan pihak yang akan dipimpin. Untuk
memperoleh persetujuan tersebut, seseorang pemimpin biasanya harus menggunakan
persuasi.
f. Skill
komunikatif
Seiorang
pemimpin memiliki kemampuan untuk mengemukakan secara singkat pendapat-pendapat
orang lain dan mengambil inti-sari dari pernyataan pihak lain. Seorang pemimpin
menggunakan komunikatif dengan tepat untuk tujuan-tujuan persuasif, informatis
serta stimulatif.
g. Kepercayaan
pada diri sendiri
Seorang
pemimpin adalah seorang yang cukkup matang dan tidak banyak memiliki sifat anti
sosial. Ia berkeyakinan bahwa ia dapat melewati secara berhasil, kebanyakan
situasi yang dihadapi.
h. Perseptif
Sifat
ini berhubungan dengan kemampuan untuk mendalami ciri-ciri dan kelakuan
orang-orang lain, dan terutama pihak bawahannya. Hal tersebut juga mencakup
kemampuan untuk memproyeksi diri sendiri secara mental dan emosional kedalam
posisi orang lain.
i.
Kreatifitas
Kapasitas
untuk bersifat orisinil, untuk memikirkan cara-cara baru merintis jalan baru,
guna memecahkan sebuah problem merupakan sifat yang sangat didambakan pada
seorang pemimpin.
j.
Partisipasi sosial
Seorang
pemimpin mengetahui kapasitas anggotanya, menyesuaikan diri dengan kelompok ia
memiliki kemampuan untuk berhadapan dengan orang-orang dari kalangan manapun
juga, dan dapat melakukan konversasi tentang macam-macam subjek. Ia menekankan
apa yang mmungkin dimiliki oleh seorang pemimpin berupa kepribadianya dan
bukanlah apa yang dilakukan sebagai seorang kepemimpinan.
8. Teori
Situasi
Pendekatan
ini menerangkan kepemimpinan menyatakan bahwa harus terdapat cukup banyak
fleksibilitas dalam kepemimpinan untuk menyesuaikan diri dengan berbagai macam
situasi. Pada teori ini, dianggap bahwa kepemimpinan terdiri dari tiga macam
elemen yakni:Pemimpin, Pengikut, Situasi. Situasi dianggap sebagai elemen yang
paling pentinng karena memiliki paling banyak variabel.
Fielder
berpendapat bahwa kita dapat menggunakan tiga dimensi untuk mengukur
efektifitas pemimpin yang mencakup :
a. Tingkat
kepercayaan para pengikut terhadap pemimpin.
b. Tingkat
hingga di mana pekerjaan para pengikut hanya bersifat rutin atau
terstrukturisasi kurang baik.
c. Tingkat
kekuasaan yang inheren dengan posisi kepemimpinan
[1]ibid, halaman 88.
[2] Winardi, Kepemimpinan Dalam Manajemen, Jakarta: PT. Rineka
Apta, 1990, halaman 47.
[3] Pandji Anogara, Psikologi Kepemimpinan, Jakarta: PT. Rineka
Apta, 1992, halaman 5-6.
[4] Winardi, Kepemimpinan Dalam Manajemen, Jakarta: PT>Rineka
Cipta, 1990, halaman 57.
[5] Warren Bennis dan Burt Nanus, Kepemimpinan Strategi Dalam Mengemban
Tanggung Jawab, Jakarta: Erlangga, 1990, halaman 2.
[6] Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah,
Jakarta:Prenada Media, 2006, halaman 162.
[7] Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pratama,
1997, halaman 104.
[8] Khaerul Umam.Perilaku Organisasi.bandung
:CV.Pustaka Setia.2010.Hal269-270
[9] Ismail Solikhin.Pengantar
Manajemen.Jakarta :Erlangga.2010.Hal :131-132
[10] Moh.As’ad.Kepemimpinan Efektif
dalam Perusahaan.Jakarta :Liberty 1986.Hal : 2
[11] J.Winardi.Perilaku Manajemen.Jakarta
:Kencana.2009.hal :304
Tidak ada komentar:
Posting Komentar