BAB I
MENYINGKAP PROBLEMATIKA
DESA PAJENG
A.
Selayang
Pandang Kondisi Geografis dan Sosial Desa Pajeng
Pajeng
merupakan sebuah desa yang terletak di kecamatan Gondang yang berada di wilayah
kabupaten Bojonegoro propinsi Jawa Timur. Wilayah ini berbatasan dengan
kabupaten Nganjuk di bagian selatan tepatnya berada di dataran tinggi sekitar
700 meter di atas permukaan laut.
Kecamatan
Gondang terbagi menjadi tujuh desa yang salah satunya adalah desa Pajeng. Luas
wilayah desa Pajeng sekitar 262.850 m2 yang terdiri dari tanah
pemukiman, pekarangan, persawahan, hutan, dan sarana lainnya. Desa ini
mempunyai kondisi alam yang sangat indah
dan dikelilingi gunung, hutan, dan persawahan. Namun, desa ini masih ada
kekurangan dalam hal estetika lingkungan misalnya tempat pembuangan sampah atau
limbah dari rumah tangga yang kurang efektif.
Secara
administratif, desa Pajeng kecamatan
Gondang terdiri dari tiga dusun yang terbagi dalam 30 RT dan 7 RW, sebagai
berikut:
- Dusun Dodol
Dusun ini merupakan dusun pusat dan paling padat
pemukimannya di desa Pajeng karena merupakan jalan utama dari kabupaten Nganjuk
menuju kabupaten Bojonegoro. Dusun ini terdiri dari 7
RT dan 4 RW di pimpin oleh Kepala Dusun atau biasa
disebut Kamituwa. Dusun
ini terbagi lagi dalam beberapa dukuhan antara lain Brendo, Bringasan, Tegalan,
Muthu’an dan Dodol.
- Dusun Pajeng
Dusun ini berada sekitar 2 km dari jalan utama
dusun Dodol, jalan menuju dusun ini telah dipaving sekitar 1 km sedangkan
sisanya masih Makadaman. Dusun Pajeng yang dipimpin oleh seorang Kamituwa
yang terdiri dari 1 RW dan 7 RT yang terbagi atas dukuhan Pajeng yang
terdaftar secara administratif serta dukuhan Muthu’an Pajeng dan Tegalsari yang
belum terdaftar secara administratif.
- Dusun Bulu - Jiwo
Dusun Bulu - Jiwo terdiri dari 5 RT dan 2 RW yakni
RT 25 hingga RT 30 yang diketuai oleh kepala dusun Sunyoto. Dusun Bulu terdiri
dari 2 pedukuhan yaitu dukuh Bulu dan dukuh Jiwo. Letak geografis dusun Bulu berbatasan
dengan desa Soko kecamatan Temayang tepatnya di sebelah timur. Dusun Bulu
memiliki kekayaan alam yang indah, yaitu gunung yang mengelilingi dusun Bulu,
dengan batas sebelah utara gunung Mujo, sebelah selatan gunung Ngonga’, dan
gunung Kol.
B.
Demografi
- Data Penduduk desa Pajeng
a)
Jumlah penduduk secara keseluruhan yakni 3879 orang dengan
total jumlah laki-laki 1919, jumlah perempuan 1960 dengan jumlah kepala keluarga 1112,
penduduk dengan
umur 0-12 bulan berjumlah 35 orang, 1-9 tahun berjumlah 156 orang. Dan yang
berumur > 56 tahun berjumlah 636 orang.
b)
Taraf pendidikan rata-rata masyarakat Pajeng adalah berhenti sampai
tingkat SLTP, walaupun ada beberapa yang melanjutkan ke
jenjang SLTA, dan perguruan tinggi.
c)
Sebagian besar masyarakat desa Pajeng adalah petani, dan sebagian kecil
jumlah masyarakat yang berternak, mountir, TNI dan sebagian pegawai negeri
sipil. Penduduk desa Pajeng rata-rata sudah
bekerja sejak usia 18- 56 tahun.
d)
Untuk
agama yang dominan di sini adalah agama Islam walaupun ada beberapa yang
beragama non muslim, yakni beragama Kristen yang berjumlah 6 orang.
e)
Untuk
pendidikan formal di desa Pajeng ini terdapat 3 SD, 1 MI, 1 SMP, dan 1 Paud di
setiap pedukuhan. Dan terdapat 8 TPQ sebagai bentuk dari pendidikan non formal
desa Pajeng.
f)
Untuk
sarana prasarana bidang kesehatan di desa
Pajeng terdapat 1 puskesmas, 1 klinik bidan dan 6 posyandu.
Gambar 1.1 Diagram Rekapitulasi Usia Penduduk
Desa Pajeng
- Sosial Masyarakat
Di desa Pajeng terdapat kegiatan sosial masyarakat yang
masih jarang diterapkan oleh desa lain. Salah satunya yaitu Rukun Kematian.
Rukun kematian adalah suatu organisasi yang dibentuk oleh salah satu dari RT
pada tahun 1985 dan saat ini kegiatan tersebut semakin berkembang. Bentuk dari
kegiatan rukun kematian tersebut diantaranya yaitu terwujudnya sikap tenggang rasa
warga desa Pajeng untuk berbela sungkawa terhadap warga yang terkena musibah
keluarganya meninggal dunia. Tujuan dari rukun kematian adalah meringankan beban
pada warga desa Pajeng dalam merawat jenazah yang dalam pengkhususannya pada
warga masyarakat yang kurang mampu.
Gambar 1.2 Diagram Venn Sosial Masyarakat Desa Pajeng
Dari Diagram Venn sosial masyarakat ini dapat disimpulkan
bahwa pekerjaan utama masyarakat di desa Pajeng adalah bertani, karena
masyarakat lebih mengandalkan lahan sawah sendiri maupun lahan sewa dari milik
perhutani. Untuk aliran keagamaan di desa Pajeng, NU sangatlah kental dan
berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, sedangkan untuk aliran muhammadiyah
jumlahnya tidak terlalu banyak. Hal tersebut tidak berpengaruh terhadap
kehidupan masyarakat di desa Pajeng.
Selanjutnya di desa Pajeng terdapat LDII (lembaga Dakwah Islam Indonesia), akan tetapi lembaga
tersebut kurang berpengaruh terhadap
desa Pajeng. Selain dari agama Islam
di desa Pajeng, terdapat agama non muslim, yaitu kristen yang dianut hanya
segelintir warga dan bisa dihitung dengan tangan serta tak berpengaruh terhadap
pemikiran warga disekitar dusun Dodol.
Untuk kegiatan sosial warga di desa Pajeng yaitu adanya
kegiatan keagamaan TPQ (Taman
Pembelajaran Al-Qur’an) di masjid dan mushola setelah sholat Ashar hingga
sebelum Magrib. Mayoritas yang mengikuti TPQ adalah anak-anak umur 7 tahun hingga 14 tahun. Setelah khatam dari
TPQ, para santri tersebut kurang berminat menjadi tenaga pengajar. Sehingga
untuk perkembangan TPQ di desa Pajeng masih pasang surut, disamping itu dari
wali santri di TPQ kurang mendukung, khususnya untuk masalah finansial.
Terkadang ada wali murid yang mendukung untuk finansial akan tetapi itupun
menjadi bahan sindiran dari masyarakat. Sehingga perkembangan di TPQ
banyak yang mengalami pasang surut.
Di desa Pajeng terdapat Remas, Karang taruna dan Pencak
silat, kegiatan tersebut di desa Pajeng masih kurang aktif, karena kegiatan
tersebut akan terlihat bila adanya hari-hari besar seperti hari besar Islam dan
17 Agustusan. Dan untuk pengaruh sosial
keagamaan di desa Pajeng khususnya pada aparatur desa Pajeng semua kegiatan
sosial yang dilakukan oleh masyarakat akan ditangani oleh aparatur desa agar
semua kegiatan berjalan dengan kondusif dan lancar.
C.
Problematika
Desa Pajeng
Kami dari tim
KKN yang ditugaskan untuk belajar bersama dan berpartisipasi dengan masyarakat
desa Pajeng, banyak menemukan berbagai macam permasalahan yang
perlu diselesaikan bersama.
Dari permasalahan-permasalahan yang ditemukan, tidak semua masalah bisa kami selesaikan dalam waktu yang singkat. Namun setelah kita bermusyawarah
bersama masyarakat dan perangkat desa tentang masalah-masalah yang kita temukan
bersama, kami mempunyai kesepakatan bersama masyarakat untuk menanggulangi
beberapa masalah yang diantaranya adalah masalah sampah yang mana permasalahan
tersebut sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat desa Pajeng.
Menurut penuturan dari bapak Dedi Kristiawan ketika
bermusyawarah bersama kami tim KKN, masyarakat desa Pajeng rata-rata dalam
pembuangan sampah sembarangan, terutama pada masalah yang paling diresahkan
yakni mereka membuang sampah di sungai yang sungai tersebut mengalir menuju
desa yang berada di bawah desa Pajeng, yakni desa Sugihan dan Poka’ Puguh Rejo.
Dari masalah inilah masyarakat desa Pajeng mendapatkan teguran dan peringatan
dari desa-desa yang berada di dataran rendah, terutama desa sugihan yang paling
besar menerima dampak dari sampah yang disebabkan oleh masyarakat desa Pajeng.
Selain dari inti masalah sampah tersebut di atas kami
dari tim KKN juga bersama masyarakat bermusyawarah dan menyelesaikan
permasalahan FKK TPQ yang dulu pernah
dibentuk tim KKN tahun 2010 yang fakum dan tidak berkembang, maka kami pun
berupaya dan menghidupkan kembali FKK TPQ yang sudah terbentuk dan berjalan
seperti yang diinginkan. Vakumnya FKK TPQ menyebabkan program yang sudah pernah
dibentuk tidak berjalan, kegiatan di masing-masing TPQ juga statis, hal ini
menyebabkan minat mengaji dari masing-masing santri menurun, sehingga sangat
sedikit sekali anak-anak atau masyarakat desa Pajeng yang masih mau mengaji.
Masalah-masalah yang ada di desa Pajeng begitu banyaknya,
selain permasalahan yang sudah disebutkan di atas masih banyak lagi problem
yang menurut kami perlu kami selesaikan yaitu lemahnya para generasi penerus di
desa Pajeng untuk membiasakan membaca. Minimnya pengetahuan dalam segala hal
akan berdampak negatif pada perkembangan suatu masyarakat, baik dalam aspek
perekonomian, budaya, agama maupun pendidikan tidak akan berkembang tanpa
pengetahuan. Salah satu cara memperoleh pengetahuan adalah dengan membaca.
Tetapi kenyataannya, tidak ada sama sekali fasilitas yang mendukung tercapainya
suatu kegiatan membaca tersebut di desa Pajeng.
Di desa Pajeng,
untuk melanjutkan tingkat pendidikan yang lebih
tinggi (SMA sederajat) harus pergi ke kecamatan yang jaraknya berkilo-kilo atau
bahkah ke kabupaten Nganjuk, apalagi untuk akses buku atau internet, sangat
jauh sekali jarak yang harus ditempuh. Hal ini menyebabkan minat baca dari
masyarakat sangat kurang. Hal pertama yang mendasari adalah kurangnya
fasilitas, kemudian akses masuknya pengetetahuan juga sangat sulit, padahal
masyarakat desa Pajeng sangat berpotensi. Sayang sekali ketika potensi tersebut
tidak dikembangkan.
Sehingga kami dari tim KKN berinisiatif untuk mengajak
dan bermusyawarah bersama masyarakat untuk membangun para generasi penerus di
desa Pajeng yang cerdas dan berwawasan tinggi dalam segala hal terutama pada aspek
SDM, membentuk SDM masyarakat Pajeng yang berkualitas. Akhirnya kami dan masyarakat bekerjasama berinisiatif
untuk membentuk Taman Baca Masyarakat (TBM).
Dari berbagai
masalah yang ada di desa Pajeng, kami tidak lupa berpartisipasi dan belajar
bersama di bidang pendidikan. Kami dari tim KKN bermusyawarah dan bekerjasama
untuk kemajuan ekstrakurikuler yang berada di tingkat pendidikan dasar, kemudian
kami pun berfokus pada salah satu sekolah pendidikan dasar yakni di MI nya.
Karena di MI Islamiyah Pajeng ini, muridnya sangat antusias terhadap kegiatan
pramuka namun belum terdaftarnya gugus depan kepramukaan di MI ini menyebabkan
kegiatan ekstra pramuka di MI kurang berkembang.
Matrik
Rangking Masalah Utama
TOPIK UTAMA
|
KEBERSIHAN LINGKUNGAN
|
FKK TPQ
|
TBM
|
PRAMUKA MI
|
Masalah
|
Sampah
|
Kesejahteraan
guru
|
Kebutaan
masyarakat
terhadap aksara
|
Tidak
terdaftarnya Gudep MI
|
Potensi
|
-
Sungai
-
Pekarangan
|
-
Ilmu
-
Murid
|
-
Adanya
dana
-
Tempat
yang tersedia
|
-
Semangat
siswa untuk berpramuka
|
Sebab
|
-
Tingkat
kesadaran masyarakat
-
Kurang dan
rusaknya sarana
|
-
Tingkat
kesadaran walimurid
-
Jarak
tempuh yang jauh
|
-
Minimnya
tingkat pendidikan
-
Kurang
sadarnya masyarakat untuk membaca
|
-
Minimnya
pengetahuan adminitratif sekolah terhadap kepramukaan
|
Akibat
|
-
Lingkungan
yang kurang sehat dan kotor
-
Rawan penyakit
-
Tempat sarang
nyamuk
|
-
Kenakalan
diusia dini
-
Kerepotan
ulama’ dalam membimbing
|
-
Tidakbisa
membaca
-
Redupnya
kondisi masyarakat terhadap informasi dunia
|
-
Tidak
terdaftar ditingkat Kwaran
|
Manfaat
|
-
Lingkungan
bersih dan sehat
|
-
Mensejahterakan
guru TPQ
-
Mengurangi
Kenakalan Remaja
|
-
TerbangkitnyaSDM
masyarakat desa Pajeng
-
Mencerdaskan
masyarakat
|
-
Mendapatkan
langsung dari pusat untuk hal kepramukaan
|
Harapan
|
-
Adanya sarana
pengolahan sampah organik dan anorganik
-
TPA yang
memadai
|
-
Menjadi
masyarakat yang berakhlakul karimah
|
-
Membangun
Dan Mencerdaskan SDM Putra-Putri Penerus Desa Pajeng
|
-
Meningkatkan
SDM yang tinggi
-
Kedisiplinan
tertanam pada usia dini
|
Tabel. 1.1 Matrik
Rangking Masalah Utama
BAB II
DINAMIKA PROSES
PERENCANAAN
PEMECAHAN PROBLEM
A.
Membangun
Kesadaran Perilaku Sehat dan Bersih
Kebersihan lingkungan
merupakan permasalahan utama di desa Pajeng. Hal ini terbukti dengan banyaknya
sampah yang berserakan serta tidak adanya tempat sampah yang tersedia pada tiap
rumah warga. Tidak ada sarana yang mendukung warga untuk terbiasa hidup dalam
lingkungan bersih menjadikan warga tidak termotivasi untuk hidup bersih dan
sehat.
Membuang sampah di sembarang
tempat khususnya di sungai merupakan suatu tradisi bagi masyarakat yang sulit
dihilangkan. Warga menganggap bahwa dengan cara tersebut bisa menyelesaikan
masalah sampah yang menumpuk di rumahnya, tetapi mereka tidak tahu bahwa hal
tersebut sangat berbahaya bagi warga sekitar sungai. Pencemaran dari limbah
sampah yang di buang warga dapat mengakibatkan penyakit bahkan banjir.
Penyebab dari permasalahan
tentang kesehatan yang terjadi di desa Pajeng adalah tingkat kesadaran
masyarakat yang masih kurang terhadap lingkungan sekitar baik dalam kegiatan
sehari-hari misalkan membuang sampah di sungai-sungai maupun di lahan kosong.
Hal ini berakar pada minimnya masyarakat terhadap pola hidup bersih dan sehat,
fakta tersebut didukung oleh fakta dimana masyarakat kurang sadar akan bahaya
yang dimunculkan dari kebiasaan buruk tersebut.
Penyebab selanjutnya adalah
kurang aktifnya aparat desa dalam menanggapi masalah kebersihan lingkungan di
desa Pajeng. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya instruksi langsung terkait
dengan kebersihan lingkungan, misalnya diadakannya kerja bakti bulanan untuk
membersihkan lingkungan. Vakumnya kader lingkungan yang sudah terbentuk oleh
peserta KKN tahun sebelumnya juga menambah khazanah penyebab permasalahan.
Penyebab terakhir yang
menjadi masalah terhadap kebersihan lingkungan adalah kurang dan rusaknya
sarana maupun prasarana yang mendukung mereka untuk hidup bersih dan sehat.
Adanya TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang dibuat oleh peserta KKN tahun lalu,
tidak termanfaatkan dan tidak terawat, karena lokasi TPA yang cukup jauh dari
rumah warga, sehingga warga lebih suka membuang sampah ke sungai atau lahan
kosong dekat rumahnya. Alasannya selain menghemat waktu juga menghemat tenaga.
Dari beberapa penyebab
permasalahan tersebut dapat digambarkan suatu akibat yang ditimbulkan oleh
perilaku tidak peduli lingkungan, yang pertama berdasarkan informasi dari bidan
Dian, yakni wabah hydrocepallus akibat dari tercemarnya lingkungan, yang kedua
sarang nyamuk merupakan efek dari pembuangan sampah secara sembarangan di
sungai yang berakibat pada tumbuhnya penyakit DBD. Memang warga desa Pajeng
tidak merasakan langsung dampak dari aktifitas tersebut, karena letak desa Pajeng
di atas pegunungan sehingga yang mendapatkan efek langsung adalah daerah di
bawahnya. Misalkan daerah Puguhrejo (Poka’) pernah terjangkit DBD, hal tersebut
juga dikarenakan banyaknya sampah yang menggenang di aliran sungai mereka
sehingga menjadi sarang nyamuk.
Yang menjadi pusat masalah dari segala permasalahan
adalah sampah, baik dari jenis organik maupun anorganik. Penyebab utamanya
adalah dari kebiasaan masyarakat itu sendiri, kurang aktifnya aparatur desa
dalam menyikapi masalah kebersihan lingkungan, serta tidak adanya sarana
prasarana, kalaupun ada kondisinya sangat tidak layak. Akibatnya, pencemaran
lingkunganlah yang terjadi dan munculnya berbagai penyakit. Dari realitas
penyebab dan akibat permasalahan sampah di desa Pajeng, maka harapan yang diinginkan
oleh masyarakat agar permasalahan tentang sampah bisa teratasi adalah dengan
mengolah dan memanajemen sampah sedemikian hingga menjadi sampah yang
bermanfaat.
Ketersediaan
tempat sampah di tiap rumah menjadi indikasi bahwa lingkungan tersebut bersih
dan sehat. Lingkungan dikatakan bersih dan sehat jika tidak ada sampah yang
berserakan, hal ini terwujud jika masyarakat sadar diri akan lingkungan, dan
aktifnya aparat desa dalam memantau warganya untuk menjaga lingkungan bersama,
juga mendukungnya sarana prasarana yang memadai serta memaksimalkan kader
lingkungan yang telah terbentuk.
Untuk
memecahkan masalah tersebut kelompok KKN
bersama warga melakukan diskusi, di rumah salah satu RW di dukuhan muthuk. Keinginan
mewujudkan lingkungan bersih dengan pengolahan sampah yang teratur dan
terbangunnya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Desa Pajeng, tentunya kami masih
harus merundingkan degan tokoh masyarakat dan kader lingkungan yang telah
dibentuk. Dimulai dengan mengadakan sosialisasi di empat RT yang telah ditunjuk
oleh lurah setempat. Hasil
yang disepakati bersama warga dan kader lingkungan, yang pertama tentang pengolahan
sampah yakni pemisahan antara sampah organik dan anorganik. Untuk
penanggulangan sampah ini, tidak dilakukan di semua dusun, tetapi mengambil
beberapa RT sebagai percontohan. RT yang diambil adalah RT 16, 17, 18, dan 19.
Sebagai RT percontohan diharapkan dapat merangsang RT lain untuk melakukan hal
yang sama. Pengambilan sampah dilakukan tiga hari untuk permulaan, jika dirasa
tiga hari belum memenuhi kuota maka dilakukan empat hari sekali oleh tim (kader
lingkungan).
Untuk
sampah organik ditaruh dalam kantong plastik hitam, untuk sampah anorganik
dibungkus dengan plastik warna merah, dan untuk sampah jenis barang pecah belah
(beling) diletakkan dalam karung (sak). Kemudian oleh tim pengambil dibawa ke
TPA. Karena TPA yang lama sangat tidak layak pakai, maka dibuat TPA baru. Untuk
pengolahan sampah anorganik yang masih layak diolah, yang biasanya oleh warga dijual
atau ditukar pada rombeng keliling, oleh tim akan diolah sendiri.
Setiap satu bulan sekali diadakan kerja bakti lingkungan.
Untuk meningkatkan motivasi warga tentang kebersihan diberikan penghargaan dan
reward untuk lingkungan yang paling bersih, setiap tahun untuk daerah yang
paling bersih digratiskan MCK.
Sampah tidak selamanya berupa
limbah yang tidak memiliki nilai sama sekali, sampah juga bisa menghasilkan
nilai ekonomi bagi masyarakat apabila diolah menjadi produk bermanfaat.
Program ini hampir mirip
dengan program bank sampah yang biasanya dilakukan di kota-kota besar dalam
pengelolaan sampah. Merupakan salah satu bagian terjemahan dari Gerakan 3R
(Reduce, Reuse, dan Recycle). Namun untuk menuju pada program bank sampah ini kami
rasa masih terlalu jauh, hal yang paling sederhana dan mudah dilaksanakan
sebagai awal pembentukan kebiasaan masyarakat adalah seperti yang telah
dipaparkan di atas.
B.
Dinamisasi
Pendidikan Non Formal Keagamaan
Salah satu permasalahan yang kami
temukan di desa Pajeng adalah tidak terkondisikannya pendidikan non formal
keagamaan. Dulu permasalahannya adalah belum terbentuknya lembaga pendidikan
non formal pada lingkup pendidikan Al Qur’an atau TPQ (Taman Pendidikan
Qur’an). Seiring perkembangan zaman dan berjalannya waktu, setiap dukuhan di
desa Pajeng sudah terbentuk yang namanya TPQ, yang bertempat di masjid atau
mushola yang ada di tiap dukuhan. Pada tahun 2010 ada mahasiswa KKN dari IAIN
Sunan Ampel Surabaya membentuk suatu wadah untuk mempererat silaturahmi antar
TPQ dengan nama FKK TPQ (Forum Komunikasi Kepala TPQ) se desa Pajeng.
FKK
TPQ tersebut diketuai oleh Pak Yus dari dusun Bulu. Setelah terbentuknya FKK
TPQ tersebut, ada beberapa program yang berjalan tetapi hanya beberapa minggu
saja, setelah mahasiswa KKN pulang, forum tersebut stagnan. Penyebabnya adalah rendahnya
komunikasi pengurus yang sudah terbentuk. Akibatnya terjadi kesenjangan sosial
dan golongan antar TPQ, karena dari masing-masing TPQ ingin menonjolkan diri,
lembaga TPQ dijadikan wahana untuk persaingan kepentingan pribadi. Hal tersebut
diperoleh dari hasil diskusi salah seorang warga Dusun bulu, Yaitu Mbak Lina
salah satu guru TPQ yang tinggal di dusun Bulu. Salah satu hal mendasar yang
menjadi penyebab persaingan adalah faktor biaya.
Setelah
mencari informasi lebih lanjut, kurang berkembangnya lembaga pendidikan non
formal keagamaan khusunya TPQ adalah karena tidak adanya motivasi. Berdasarkan
penuturan dari Bapak Samiyo salah satu pengasuh TPQ di dukuh muthukan, minat
anak mengaji sangat minim, hal tersebut karena kurangnya dorongan dari orang
tua, apalagi anak seusia SMP atau MTs karena SMP di Pajeng hanya ada satu dan
proses pembelajarannya dilakukan pada waktu sore hari bersamaan dengan jam
belajar mengaji. Sudah dilakukan langkah untuk mengantisipasi hal tersebut,
yakni untuk yang SMP belajar mengajinya bisa pada malam hari ba’da maghrib,
akan tetapi hal tersebut juga tidak berjalan dengan lancar. Karena yang
berangkat juga hanya ada dua atau tiga orang saja.
Dari
keterangan warga tersebut, kelompok ini menyimpulkan bahwa salah satu masalah utama yang ada
di desa Pajeng terletak pada sektor pendidikan non formal.
Untuk memunculkan kembali
semangat para ustad ustadzah TPQ, serta menjalin silaturrahim yang terhenti
antar pengurus TPQ, maka kelompok kami berinisiatif memfasilitasi pertemuan
antar guru-guru TPQ se desa Pajeng untuk merencanakan kembali program-program yang
terhenti. Harapan dari kelompok kami adalah dengan adanya pertemuan tersebut
bisa menampung aspirasi para guru TPQ yang sebelumnya terjadi miskomunikasi
serta memperbaiki manajemen dari struktur yang sudah terbentuk.
C.
Merintis
Masyarakat Gemar Membaca
Dari
berbagai masalah yang telah disebutkan di atas, yang tidak kalah penting adalah
masalah pengetahuan. Mayoritas penduduk desa Pajeng usia 40 tahun ke atas, buta
huruf atau tidak bisa membaca. Secara umum pengetahuan masyarakat desa Pajeng
tentang segala perkembangan informasi hanya bersumber pada perlengkapan
elektronik berupa televisi. Dapat dikatakan minat dan keinginan masyarakat desa
untuk mendapatkan informasi dari sumber-sumber lain sangat kurang. Masyarakat
Desa Pajeng, sebagai masyarakat area pegunungan memang memiliki etos kerja
serta kegiatan di persawahan atau ladang yang cukup tinggi. Dimana waktu pagi
dan sore hari masyarakat sebagian besar berada di persawahan atau tegalan untuk
mengurusi serta bercocok tanam. Itulah mengapa televisi menjadi satu-satunya
sumber informasi yang dapat masyarakat gunakan.
Tidak
salah memang jika masyarakat memanfaatkan televisi sebagai sumber informasi,
tetapi perlu adanya sumber informasi tambahan yang dapat meningkatkan
pengetahuan sekaligus meningkatkan kegiatan dan kebiasaan positif bagi
masyarakat, terutama bagi kalangan remaja yang masih bersekolah dan menuntut
ilmu. Sehingga nantinya diharapkan pengaruh-pengaruh negatif dari televisi
tidak terlalu banyak berpengaruh bagi perkembangan keilmuan dan pengetahuan
masyarakat pelajar.
Minimnya
minat membaca masyarakat disebabkan oleh belum ada yang memfasilitasi terkait
hal tersebut. Hal ini terbukti dengan
tingkat pendidikan formal yang ada di desa Pajeng. Jenjang pendidikan formal
terakhir yang ada di desa Pajeng adalah tingkat SMP, itupun swasta dan
gedungnya masih jadi satu dengan SDN Pajeng I. Ketika masyarakat Pajeng ingin
melanjutkan studinya ke jenjang SMA atau yang sederajat, mereka harus pergi ke Gondang
atau bahkan Nganjuk.
Untuk
meminimalisir masalah kurangnya pengetahuan tersebut, maka kelompok kami
berencana memunculkan TBM (Taman Bacaan Masyarakat) guna memfasilitasi
masyarakat dalam memperoleh pengetahuan dan informasi. Program ini menindak
lanjuti kegiatan masyarakat yakni gerakan pemberantasan buta aksara. Selain
itu, program ini juga bertujuan untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya
budaya membaca.
Setelah
melakukan konsolidasi dengan kepala desa dan ibu-ibu PKK, kelompok kami
mendapat persetujuan mengenai program TBM ini. Rencana awal kami adalah
mengumpulkan tokoh masyarakat bersama kepala desa dan ibu-ibu PKK untuk
menyusun struktur kepengurusan TBM, setelah itu kita mensosialisasikan program
pada masyarakat dan mengumpulkan berbagai buku bekas yang masih layak pakai
dari masyarakat untuk perbendaharaan buku di TBM. Kemudian, kami berencana
mengajukan proposal pada pihak terkait dan nanti setelah disetujui, langsung di
adakan launching TBM serta tindak lanjut program.
Tim
KKN IAIN Sunan Ampel Surabaya kelompok 45 berorientasi pada pengembangan
kebiasaan positif yang tidak memiliki pengaruh negatif bagi masyarakat dengan
mendirikan Taman Baca Masyarakat (TBM) Cahaya Ilmu yang berlokasi di gedung PKK
desa Pajeng. Buku-buku yang disediakan meliputi buku-buku pengetahuan umum,
serta pengetahuan keagamaan sejumlah kurang lebih 100 buku, yang diharapkan
dapat bermanfaat dalam perkembangan keilmuan dan pengetahuan keagamaan
masyarakat.
D.
Membidik
Perkembangan Ekstrakurikuler Pendidikan Formal
Salah
satu masalah terkait pendidikan yang ada
di desa Pajeng menurut kami bisa kami selesaikan
adalah kegiatan ekstrakurikuler di MI Islamiyah Pajeng yakni ekstra Pramuka. Masalah-masalah terkait pendidikan di Pajeng ada
beberapa, tetapi yang dapat kami jangkau dan mungkin bisa terselesaikan adalah
permasalahan terdaftarnya dan diakuinya Gudep Pramuka yang ada di MI Al-Islamiyah,
beberapa faktor yang menyebabkan itu semua adalah kurangnya SDM dari pembinanya
yang terlalu banyak kegiatan sehingga tidak terfokuskan dalam masalah
pendaftaran Gudep tersebut, kemudian kurangnya informasi yang masuk ke MI terkait
masalah Gudep tersebut.
Sebagai langkah awal kami bermusyawarah dengan Kepala sekolah dan guru-guru
di MI terkait pendaftaran Gudep dan kegiatan ekstrakurikuler kepramukaan. Ternyata
inisiatif dari kita disambut hangat oleh pihak sekolah. Setelah disetujui kami langsung
mengadakan observasi ke Gudep SMA di kecamatan mencari informasi terkait
masalah tersebut. Setelah mendapat berbagai informasi kami berencana membantu
mendaftarkan Gudep tersebut dan mendiskusikan dengan KA Kwarran. Nanti setelah
disetujui, segera kami persiapkan dan menyelesaikan berbagai administrasi untuk
pendaftaran Gudep.
BAB III
DINAMIKA PROSES
PELAKSANAAN HASIL PEMECAHAN MASALAH
Dari uraian beberapa masalah dan perencanaan di bab dua,
terdapat empat masalah akan tetapi yang menjadi fokus atau masalah yang sentral di
desa Pajeng terletak pada kotoran atau sampah. Masalah tersebut merupakan
pedoman bagi kami untuk action di
lapangan bersama warga desa Pajeng khususnya dukuhan Dodol. Adapun action
dari masing-masing problem tersebut adalah
:[1]
A.
Tidak Ada Satupun Ciptaan-Nya Yang Tidak Bermanfaat
Dari observasi lapangan, transect dan mapping
bersama perangakat desa Pajeng khususnya warga dukuhan Dodol yang kami
(kelompok KKN PAR) lakukan, ternyata ada problem yang sangat penting untuk
dibidik bersama warga dukuhan dodol yaitu masalah sampah. “Kenapa sampah
lebih penting dibanding masalah yang lainnya?”. Karena letak geografis desa
dekat dengan sungai, sehingga warga dengan mudah membuang segala macam kotoran
ke sungai yang berakibat sungai menjadi kotor dan menjadi sarang penyakit.
Disamping itu bisa berakibat banjir pada
desa yang berada di bawahnya karena desa Pajeng berada di dataran tinggi.
Sering kali masyarakat yang berada di dataran rendah
mengkritik masyarakat Pajeng akibat sampah yang ikut aliran sungai di desa
mereka.
Program penanggulangan sampah sudah dicanangkan oleh kelompok KKN
tahun 2011. Akan tetapi, hasilnya kurang maksimal dan tidak ada perubahan.
Oleh karena itu, kelompok KKN 2013 di desa lanjutan
berkeinginan untuk mengevaluasi dan merevitalisasi masalah sampah.[2]
Sebagai langkah awal bagi kami untuk mengetahui masalah
sampah, kami melakukan evaluasi dengan warga dukuhan Dodol dan perangkat desa Pajeng
untuk meneruskan dan merevitalisasi masalah sampah, agar sampah bisa menjadi
ekonomis bagi warga Pajeng khususnya dukuhan Dodol. Akhirnya
disepakati untuk memilah sampah organik dan anorganik serta membentuk struktur
kepengurusan baru.
Setelah memilih dan membentuk pengurus atau tim pengelola
sampah organik dan non organik bersama perangkat dan warga desa Pajeng,
akhirnya disepakati untuk sementara mengambil sample di dusun Dodol RT, 16-19, agar menjadi cerminan bagi
warga desa Pajeng. Setelah menemukan fokus sample, kami
juga mengadakan sosialisasi bersama tim
pengelola sampah ke empat RT tersebut yang kemudian memberikan penyadaran akan
pentingnya hidup sehat dan terbebas dari segala macam penyakit.
Langkah selanjutnya, kami
menggerakkan masyarakat untuk membangun Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) yang permanen dan mendapat dana dari kepala desa.
Sambil menunggu pembangunan TPA, kami juga membuat
pengumuman di tiap pintu
masuk RT 16-19 yaitu Pemulung Dilarang Masuk. Fungsinya adalah agar
sampah bisa dikelola oleh warga dukuhan Dodol sendiri, sekaligus memberikan
penyadaran bagi mereka bahwa sampah pun bisa bernilai ekonomis. Di sisi lain
TPA juga berfungsi untuk mengurangi pengangguran para pemuda desa Pajeng
khususnya warga dukuhan Dodol RT 16-19, sebab petugas pengelola sampah akan
diberi uang keringat, ujar Bapak Kades.[3]
Demi
memperlancar penanganan atau pengambilan sampah di
setiap rumah warga dukuhan Dodol, kami dan tim pengelola
sampah membagi-bagikan plastik ke tiap warga dengan dua warna,
yakni warna hitam dan merah. Warna hitam
untuk tempat sampah organik
dan merah untuk tempat sampah anorganik, masing-masing sekitar 400 biji. Setiap seminggu
sekali plastik tersebut akan diambil oleh petugas untuk dibawa ke TPA dan
dikelola serta dipilah kembali antara yang organik dan non-organik, agar
menjadi ekonomis dan hasilnya dimasukkan ke kas kebersihan, separuh atau
sebagian hasilnya untuk ganti keringat bagi petugas kebersihan, agar ada rasa
tanggung jawab dan berkesinambungan.[4]
B.
Revitalisasi
Semangat Pendidikan Non Formal Keagamaan
Masalah pendidikan non formal yang bersifat ke-Islaman
salah satunya adalah Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ)
yang sebenarnya masalah ini sudah pernah ditangani
kelompok KKN PAR tahun 2010. Sebagai bentuk aksinya dibentuk sebuah organisasi
yang diberi nama Forum Komonikasi Kepala Taman Pendidikan Al-Qur’an (FKK TPQ)
se-Desa Pajeng. Fungsinya adalah untuk mempererat ikatan tali silaturrahmi
sekaligus menaungi TPQ se-desa Pajeng, agar kegiatan dan masalah yang ada pada
TPQ bisa terorganisir dengan baik.
Namun, seiring berjalannya waktu FKK TPQ ini hanya
tinggal sebuah nama, sehingga kami kelompok KKN PAR tahun 2013 berkeinginan
untuk me-review kembali dengan mengundang
seluruh kepala TPQ dan tokoh masyarakat desa Pajeng yang di tempatkan di Masjid
Al-Akbar dengan jumlah peserta undangan 35 orang dengan rincian 17 kepala TPQ
dan selebihnya adalah para tokoh masyarakat desa Pajeng dengan tujuan agar FKK
TPQ dan TPQ yang ada di desa Pajeng hidup dan lebih maju kembali.
Dari pertemuan antar kepala TPQ dan tokoh masyarakat
se-Desa Pajeng membuahkan
hasil. Untuk aksi yang selanjutnya adalah mengundang semua wali santri yang
dikemas dalam acara silaturrahmi antar wali santri yang bertujuan agar ada
ikatan emosional antar Ustadz / Ustadzah dengan wali santri yang
nantinya untuk menumbuhkan rasa simpati antar keduannya (Guru dan wali santri).
Dari hasil pertemuan tersebut adalah membentuk iuran bulanan sebesar 2000 rupiah, untuk kebutuhan TPQ dan Ustadz /
Ustadzahnya.[5]
C.
Penyelenggaraan
Taman Baca Masyarakat (TBM)
Pada minggu pertama, kami fokus untuk mencari
tahu tentang pendidikan masyarakat Pajeng. Berbagai hal kami
lakukan, mulai dari wawancara ke rumah warga hingga warung kopi. Dari survei
dan wawancara tersebut, kami mengetahui bahwa sebagian besar masyarakat adalah
masyarakat buta aksara. Kesadaran mereka pada pendidikan masih sangat rendah, hal
itu dapat dibuktikan dengan minimnya
pendidikan di desa
Pajeng.
Jumlah Sekolah Dasar ada tiga, yaitu SDN I Pajeng,
SDN II Pajeng, dan SDN III Pajeng
dan terdapat satu Madrasah Islamiyah
(MI). Untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) hanya ada satu
yaitu SMP PGRI Pajeng
yang berlokasi di depan Balai Desa dan berdampingan dengan SDN I Pajeng. Untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) tidak
ada di Pajeng.
Pendidikan anak desa Pajeng kebanyakan
hanya berhenti di tingkat SD/MI, hanya sedikit
sekali yang meneruskan ke tingkat SMP dan SMA, apalagi meneruskan sampai
Perguruan Tinggi (PT). Dari
permasalahan tersebut maka muncullah ide dari kami untuk mendirikan Taman
Bacaan Masyarakat (TBM) yang tujuannya untuk mencerdaskan masyarakat Pajeng.
Hal itu kami lakukan untuk memancing masyarakat Pajeng agar sadar tentang
pentingnya budaya baca khususnya pendidikan di desa Pajeng. Alhamdulillah,
desa Pajeng diakui oleh
UPT Dinas Pendidikan kecamatan Gondang sebagai desa yang mengawali TBM
se-kecamatan Gondang secara resmi[6].
Ketika kami usulkan hal
tersebut kepada kepala desa (Kades) Pajeng, beliau sangat antusias bahkan
beliau mengusulkan agar sisa dana PNPM sekitar Rp 200.000.000,- (dua ratus
juta rupiah) dialokasikan untuk perkembangan TBM. Kemudian kami
mensosialisasikannya kepada tokoh masyarakat Pajeng, Alhamdulillah, mereka juga sangat
menyambut baik terkait penyelenggaraan TBM bahkan mereka juga langsung
menyumbangkan sebagian buku mereka pada TBM.
Masyarakat Desa Pajeng sangat welcome
mulai dari masyarakat kalangan bawah sampai kalangan atas – birokrasi
kecamatan, kabupaten dan tokoh masyarakat Pajeng serta para pendidik. Hal itu dibuktikan oleh hadirnya kepala Dinas UPT,
kepala sekolah, semua ketua RT dan pak lurah pada launching TBM.
TBM
bertempat di Gedung PKK atas
usulan bapak lurah, beliau
berpendapat tempat itu sangat strategis karena berdampingan dengan TK, SDN I Pajeng, dan SMP PGRI Pajeng.
Di samping itu ibu-ibu
bisa sambil baca buku ketika menunggu anaknya sekolah di TK.[7]
D.
Mengawal
Semangat Ekstrakurikuler Pendidikan Formal
Di desa Pajeng hanya terdapat
satu Madrasah Ibtida’iyah dan tiga Sekolah Dasar Negeri (SDN). Kegiatan Mengajar
dan Belajar (KMB) berjalan dengan lancar. Untuk permasalahan di SDN tidak
begitu ada masalah. Oleh karena itu, kami fokus pada permasalahan di MI.
Terdapat dua kegiatan ekstra
kurikuler di MI, yaitu pramuka dan Peraturan Baris Berbaris (PBB). Pramuka
dibina oleh pak Mulyadi selaku guru olah raga dan PBB dibina oleh Pak
Agus. Kedua kegiatan ektra tersebut
berjalan dengan lancar. Pramuka terjadwal hari Sabtu dan PBB terjadwal hari
Jum’at.
Kegiatan PBB tidak ada masalah, kegiatan
tersebut berjalan dengan lancar. Hasilnya pun cukup memuaskan.
Hal itu dibuktikan ketika upacara Paskibra tertata rapi dan teratur. Kegiatan kepramukaan pun terbilang bagus, hanya saja
kepramukaan di MI masih belum terdaftar di Gugus Depan (Gudep) sehingga tidak
ada perhatian dari pusat dan berakibat kurangnya informasi yang berhubungan
dengan kepramukaan[8].
Maka
dari itu, muncullah ide dari Penanggung Jawab (PJ) untuk mengusahakan agar
Pramuka MI bisa tefdaftar di Gudep[9].
Alhamdulillah pada akhirnya, dengan usaha
yang keras Pramuka MI Islamiyah
terdaftar di Gudep dan
mendapatkan nomor Gudep 25.068 / 25.069.
Tim PJ tidak berhenti disitu
saja, karena mereka berpikir agar Pramuka di MI bisa berkelanjutan pasca mereka
kembali ke Surabaya, untuk
itu mereka mengkomunikasikan MI Islamiyah dengan SMAN I Gondang. Setelah
mengadakan pertemuan
dengan Dewan Ambalan (DA) melalui pengurus Orientasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
di SMAN I Gondang maka didapatkan sebuah kesepakatan Dewan Ambalan SMAN I
Gondang siap berproses dan membina pramuka di MI Islamiyah dua kali dalam
sebulan.
BAB IV
CATATAN REFLEKSI
TENTANG KESADARAN MASYARAKAT
TERHADAP KEBERSIHAN
LINGKUNGAN DAN PENDIDIKAN
Kebersihan lingkungan
merupakan hal yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia dan merupakan unsur
yang fundamental dalam ilmu kesehatan dan pencegahan. Yang dimaksud dengan
kebersihan lingkungan adalah menciptakan lingkungan yang sehat sehingga tidak
mudah terserang berbagai penyakit seperti demam berdarah, muntaber dan lainnya.
Ini dapat dicapai dengan menciptakan suatu lingkungan yang bersih indah dan
nyaman.
Agama Islam juga mengajarkan mengenai
kebersihan lingkungan mencangkup kebersihan makan, kebersihan minum, kebersihan
rumah, kebersihan sumber air, pekarangan dan jalan. Ini semua sesuai dengan
hadits Nabi Muhammad SAW yaitu kebersihan adalah sebagian dari pada iman.
Bila sudah terbiasa menjaga
kebersihan maka jika melihat tempat yang tidak bersih perlu segera kita
bersihkan agar hilang dari pandangan mata. Semakin banyak kotoran yang
dibiarkan menumpuk semakin tidak baik untuk dilihat yang lebih bahaya lagi akan
mendatangkan berbagai penyakit atau wabah di sekitarnya.
Kebersihan dan keindahan
lingkungan selalu diidam-idamkan oleh penduduk di suatu tempat, khususnya yang
ada di desa Pajeng. Masyarakat Pjeng mempunyai peran penting dalam pelaksanaan
proses penanggulangan sampah. Dalam hal ini terfokus pada pemilahan sampah,
antara sampah organik dan sampah non organik. Meskipun telah disediakan TPA,
namun pada kenyataaanya masyarakat sekitar masih kurang memaksimalkannya dan
cenderung membuang sampah ke sungai karena mengambil gampangnya saja tanpa
memperdulikan dampaknya di masa mendatang. Karena dampaknya adalah banjir yang
dirasakan oleh daerah Sugihan dan Puguhrejo.
Kondisi yang sedemikian itu
karena kurang adanya greget dari para penduduk yang peduli terhadap
kelangsungan kebersihan lingkungan. Meskipun telah ada himbauan-himbauan yang
menegaskan tentang kebersihan lingkungan, namun nyatanya belum ada realisasi
yang menanggapi himbauan tersebut. Maka menindak lanjuti masalah ini dibentuklah
team yang menangani masalah sampah dan membangun TPA permanen guna
pemilahan antara sampah organik dan non organik, dimulai dari 4 RT yaitu dari
RT 16-19, berawal dari yang sedikit ini diharapkan mampu mempengaruhi RT lain
agar timbul kesadaran tentang peduli lingkungan.
Selain masalah sampah, di
Desa Pajeng ini terdapat beberapa TPQ yang
berjumlah 17, tetapi dari itu yang aktif hanya 8 TPQ dan ada persaingan
antar TPQ tersebut. Masih kurang adanya kualitas dari pihak pengajar
murid-murid TPQ dikarenakan adanya kendala pembagian waktu untuk mengajar, dan
yang tak kalah pentingnya ketika orang tua yang kurang mendukung anak-anak
untuk belajar mengaji dan mengajarkan shalat, maka dengan ini diadakanlah
pertemuan antar guru TPQ yang terbentuk dalam Forum Komunikasi Kepala TPQ yang
diadakan pada hari Sabtu, 09 Februari 2013 guna musyawarah antar mereka demi
kemaslahatan murid-murid yang belajar membaca Alquran dan menghilangkan persepsi
tentang persaingan tersebut.
Lain halnya dengan
peramasalahan yang ada di TPQ, di Pajeng masih terlihat minimnya minat baca masyarakat dikarenakan kurangnya fasilitas
yang menunjang dan tingginya tingkat buta aksara.
Dari TBM ini diharapkan bisa membuka jendela ilmu pengetahuan dan wawasan yang
akan memberi jalan terang dari ketidaktahuan akan pentingnya ilmu. Dengan ilmu
diharapkan bisa memecahkan permasalahan yang ada di Desa Pajeng khususnya
permasalahan sampah. Melihat permasalahan tentang pentingnya minat baca
masyarakat maka disediakanlah sarana dan
prasarana sesuai kebutuhan TBM dan masyarakat.
Kemudian Pramuka di MI Islamiyah
belum terdaftar gugus depannya dikarenakan kurangnya inisiatif untuk
mendaftarkan gugus depan di kwaran Gondang. Mengatasi permasalahan ini maka
kami membantu mendaftarkannya. Dalam proses mendapatkan nomor Gudep ini
terbilang sangatlah cepat karena bisa dilakukan dalam kurun waktu tiga hari.
Agar kegiatan ini berlanjut dalam jangka panjang maka kami mengkomunikasikan
kepada pihak Dewan Ambalan SMAN 1 Gondang menyepakati untuk membina dan
berproses di MI Islamiyah dua kali dalam sebulan.
Dengan peran teman-teman KKN
IAIN Sunan Ampel 2013, masyarakat Desa Pajeng bisa berubah seperti yang di
harapkan menjadi lebih baik. Karena sesungguhnya masalah terbesar yang ada
hanyalah kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya perubahan menjadi lebih
baik.
BAB V
CATATAN AKHIR
PROSES PENDAMPINGAN
MASYARAKAT
DALAM MENYELESAIKAN
PERMASALAHAN DI DESA PAJENG
Selama satu bulan tertanggal
22 Januari hingga 21 Februari 2013, kami peserta KKN PAR 2013 berperan serta
untuk memberdayakan masyarakat di Desa Pajeng Kecamatan Gondang Kabupaten
Bojonegoro. Di desa ini kami bersama masyarakat belajar bersama menjadikan desa
Pajeng agar lebih baik dari sebelumnya dan mencari problem solving akan
masalah-masalah yang ada di desa Pajeng. Dalam hal ini kami bersama masyarakat
saling berinteraksi untuk mencanangkan program yang sesuai dengan masalah dan
kebutuhan masyarakat Pajeng.
Kami selaku peserta KKN PAR
2013 di desa lanjutan telah mengevaluasi dan merevitalisasi masalah sampah yang
ada di desa Pajeng yang sebenarnya sudah terprogram sejak tahun 2011, akan
tetapi belum membuahkan hasil yang maksimal. Oleh karena itu kami melanjutkan
program untuk masalah sampah di desa Pajeng dan masalah sampah tersebut
merupakan fokus utama kami dalam tugas KKN PAR 2013 Kelompok 45 di desa Pajeng.
Selain masalah sampah, terdapat juga beberapa masalah lainnya, diantaranya
tentang Pendidikan Non Formal (TPQ), Taman Bacaan Masyarakat (TBM), dan Pramuka
di MI Islamiyah Pajeng.
Pajeng merupakan salah satu
desa yang terletak di kecamatan Gondang kabupaten Bojonegoro, dimana
pemandangan di sana sangat indah sekali. Dengan dikelilingi gunung-gunung yang
menjulang ke langit dan pepohonan yang elok dan menawan. Sungguh istimewa hidup
diantara keindahan alam itu. Akan tetapi, keindahan alam yang teristimewa itu
tidak diimbangi dengan kebersihan lingkungan di sekitar desa Pajeng. Hal ini
terbukti dengan banyaknya sampah dan kotoran yang berserakan di sungai-sungai,
selokan, lahan kosong, dan gunung-gunung.
Masyarakat belum menyadari
akan pentingnya kebersihan lingkungan dan dampak yang terjadi akibat pembuangan
sampah secara liar. Mereka menganggap bahwa membuang sampah di sungai merupakan
sesuatu yang sangat lumrah, bahkan sungai menjadi tempat pembuangan akhir dari
sampah di desa Pajeng. Masyarakat juga beranggapan bahwa membuang sampah di
sungai bukanlah suatu persoalan yang merugikan, malah itu menguntungkan bagi
masyarakat desa Pajeng karena menghemat waktu dan tenaga.
Permasalahan sampah menjadi
permasalahan utama di desa Pajeng. Oleh karena itu, kami bermaksud untuk
menjadikan desa Pajeng sebagai Desa yang sangat indah itu menjadi lebih indah,
lebih bersih, dan istimewa. Sebagai tahap awal, kami melakukan evaluasi bersama
masyarakat dan perangkat desa akan sampah yang menggunung di sungai serta
merevitalisasi kepengurusan atau tim pengelola sampah organik dan sampah
anorganik. Selanjutnya mengambil sampel yaitu RT 16-19 di dusun Dodol untuk
mencanangkan aksi dan melakukan sosialisasi masalah sampah bersama perangkat
desa (Kades) terhadap masyarakat. Berawal dari sampel yang sedikit ini diharapkan
dapat menjadi cermin bagi RT (masyarakat) lainnya untuk memberikan kesadaran
kepada masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan.
Sebagai aksi, kami bersama
perangkat desa menggerakkan masyarakat untuk membangun Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) sampah yang permanen dan mudah untuk dijangkau. Kami membantu masyarakat
dalam pembangunan TPA tersebut. Di samping itu kami juga membuat papan
pengumuman di tiap pintu masuk RT 16-19 yang bertuliskan Pemulung Dilarang
Masuk dengan tujuan agar sampah dikelola oleh masyarakat dusun Dodol dan
tidak di ambil oleh pemulung. Selain itu bertujuan untuk mengurangi
pengangguran pemuda yang ada di desa Pajeng khususnya masyarakat di dusun
Dodol. Dan setiap 1 bulan sekali diadakan kerja bakti untuk membersihkan lingkungan.
Semoga dengan adanya TPA yang
permanen ini masyarakat termotivasi untuk membuang sampah pada tempat yang
benar-benar tepat, menyadarkan bahwa pentingnya hidup bersih dari sampah, serta
terbebas dari banjir dan penyakit. Sesuai dengan tema perpisahan KKN PAR 2013
yaitu Pajeng ASRI (Aman, Sehat, Rapi, Indah).
Selain masalah sampah,
terdapat pula permasalahan mengenai TPQ.
Permasalahan yang ada di TPQ itu muncul dikarenakan tidak adanya dana
untuk kelangsungan berjalannya TPQ, minimnya tenaga kependidikan untuk TPQ,
Kurangnya kesadaran atau dukungan dari wali santri terhadap santrinya dan
kelangsungan TPQ, kurang adanya pertemuan antar TPQ dan antar tokoh agama.
Sebagai aksi, kami menghidupkan kembali FKK TPQ yang selama ini telah vakum
dengan mengundang seluruh kepala TPQ yang ada di Desa Pajeng untuk mencari
problem solving akan permasalahan tersebut yang diadakan pada hari Sabtu,
tanggal 09 Februari 2013 yang bertempat di Masjid Sabilul Mustaqim.
Dari pertemuan antar kepala
TPQ dan tokoh masyarakat se-Desa Pajeng membuahkan hasil untuk aksi yang
selanjutnya, yaitu mengundang semua wali santri yang dikemas dalam acara
silaturrahmi antar wali santri yang bertujuan, agar ada ikatan emosional antar
Ustadz / Ustadzah dengan wali santri yang nantinya untuk menumbuhkan rasa
simpati antar keduannya (Guru dan wali santri), dan hasil dari pertemuan
tersebut adalah membentuk iuran bulanan sebesar 2000 perbulan, untuk kebutuhan
TPQ dan Ustadz dan Ustadzahnya. Sedangkan untuk mengatasi minimnya tenaga kependidikan,
sesuai musyawarah antar kepala TPQ yaitu memanfaatkan tenaga yang ada yakni
meminta santri yang sudah lulus untuk membantu mengajar di TPQ.
Mengenai TBM, Sebagian besar
dari masyarakat di Desa Pajeng adalah masyarakat buta aksara. Hal ini
dikarenakan minimnya kesadaran masyarakat akan pentingya pendidikan dalam
kehidupan. Mayoritas pendidikan anak di Desa Pajeng hanya sampai SD, sedikit
yang melanjutkan pendidikannya ke SMP dan SMA apalagi melanjutkan ke Perguruan
Tinggi. Setelah lulus SMP biasanya mereka ada yang menjadi pengangguran, ada
yang menikah di usia dini, ada yang bertani. Hal ini dikarenakan tidak adanya
minat anak untuk melanjutkan sekolah lagi.
Dari permasalahan tersebut
kami (peserta KKN PAR 2013), perangkat desa, serta masyarakat sepakat untuk
mendirikan TBM (Taman Baca Masyarakat) di Desa Pajeng guna meningkatkan minat
anak untuk selalu belajar terutama membaca, dan yang paling penting adalah
untuk mencerdaskan masyarakat Desa Pajeng. Alhamdulillah, dengan waktu yang
singkat TBM tersebut didirikan secara resmi dengan nama TBM (Taman Bacaan
Masyarakat) Cahaya Ilmu yang bertempat di gedung PKK dengan terkumpulnya lebih
dari 100 judul buku. TBM tersebut launching (diresmikan) pada hari Rabu,
tanggal 20 Februari 2013. Desa Pajeng diakui oleh UPT Dinas Pendidikan
kecamatan Gondang sebagai desa yang mengawali TBM se-kecamatan Gondang secara
resmi.
Untuk permasalahan Pramuka di
MI Islamiyah Pajeng yakni belum terdaftarnya gugus depan. Padahal antusias
murid-murid MI Islamiyah Pajeng untuk mengikuti Pramuka sangatlah baik. Hal ini
dikarenakan tidak adanya inisiatif dari Dewan Guru dan Kepala Sekolah untuk
mendaftarkan gugus depan Pramuka. Sehingga kami membantu agar Pramuka di MI Islamiyah
terdaftar di Gudep dan juga membantu mencarikan pembina Pramuka agar dapat
terrealisasi dengan baik setelah kepulangan kami. Akhirnya dengan usaha yang
keras, Pramuka di MI Islamiyah terdaftar di Gudep dengan nomor Gudep 25.068 /
25.069 dan mendapatkan pembina yang siap membina Pramuka di MI Islamiyah
sebanyak 2 kali dalam 1 bulan.
Alhamdulillah, program dan
aksi dari penyelesaian masalah yang ada di Desa Pajeng telah berjalan dengan
lancar. Semoga semua yang telah kami bangun di sini bersama masyarakat dapat
terealisasi dengan baik dan di manfaatkan dengan baik pula, meskipun masa KKN
kami di desa Pajeng telah usai. Amin... amin... ya Rabbal ‘Alamin.....
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Isian Potensi dan Tingkat
Perkembangan Desa Pajeng Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro Tahun 2012.
Hasil observasi, transect, dan
evaluasi dengan warga dukuhan Dodol Minggu - Rabu tanggal 27-30 Februari 2013.
Hasil musyawarah bersama kepala desa dan
perangkatnya beserta warga dukuhan Dodol sebagai percontohan di dukuhan Dodol
tempat rumah Bapak Sutomo Senin tanggal 05 Februari 2013.
Hasil musyawarah bersama kepala Desa dan
perangkatnya beserta warga dukuhan Dodol sebagai percontohan.
Hasil transect dan FGD bersama
perangkat desa Pajeng dan warga dukuhan dodol senin sampai selasa tanggal 28-29
Januari 2013.
Koordinator TPQ kecamatan Gondang (Bapak
Ahmad Nuri), Tokoh masyarakat dan kepala TPQ se-Desa Pajeng di Masjid Al Akbar
(Sabilul Mustaqim) dusun Dodol Sabtu 09-02-2013 ba’da Isya’ jam 20:00 WIB Hasil
evaluasi bersama perangkat desa.
M.N. Taufiq, kepala UPT Dinas Pendidikan
Kec. Gondang, disampaikan pada launching TBM Tanggal 20 Februari 2013.
Wawancara
dengan Mbah mantan Lurah (65 tahun) pada hari Jum’at tanggal 01 Februari 2013, pukul 09.30.
Wawancara
dengan Bapak Muhsini (67 Tahun) pada hari Jum’at tanggal 01 Februari 2013 pukul
19.45.
Wawancara dengan Bapak Samiyo (50 tahun)
di dusun Dodol.
Wawancara dengan Bapak Shofwan di desa
Tegalan.
Wawancara dengan Bapak Sutomo di dukuhan
Dodol Senin 05 Februari 2013.
Wawancara dengan Kepala
Sekolah MI,
M Romadlon,
S. Pd. I
pada tanggal 13 Februari 2013.
Lampiran 1
POHON
MASALAH UTAMA
Lampiran 2
POHON
HARAPAN MASALAH UTAMA
Lampiran 3
Gambar 1.3 Kondisi
Geografi Dusun Bulu Jiwo
Lampiran 4
Gambar 1.4 Kondisi
Geografi Dusun Pajeng
Lampiran 5
Gambar 1.5 Kondisi Geografi Dusun Dodol
Lampiran 6
Hasil Wawancara
Semi Terstruktur Tentang Kebersihan Lingkungan
Identitas
:
1.
Nama :
Nunik
2.
Umur
: 28 tahun
3.
Tempat
tinggal : Dsn Dodol, Desa Pajeng,
Kec. Gondang
4.
Pekerjaan :
Petani
Informasi
Tentang Lingkungan:
-
Tidak
tersedianya tempat sampah umum sehingga warga disekitar membuang sampah pada
kali.
-
Pembakaran
sampah juga sering dilakukan warga
-
Pemisahan
sampah tidak dilakukan
-
Minimalnya
MCK dikarenakan warga sudah terbiasa buang air besar di kali
Harapan:
-
Sampah-
sampah dapat dikelola dengan baik
-
Ada
pengelola yang mengorganisasi sampah secara struktur
-
Ingin
punya MCK secara perk
Lampiran
7
Gambar 1.6 Sampah Berserakan
dimana-mana
Gambar
1.7 Proses pembangunan TPA di desa Pajeng
Lampiran 8
Gambar 1.8 Pertemuan
FKK TPQ yang Sempat Mati Suri
Gambar 1.9 Gerakan
Pramuka saat Lintas Medan
Gambar 1.10 Launching
TBM ( Taman Baca Masyarakat) Cahaya Ilmu
Lampiran 9
Pemanfaatan
Limbah Organik dan Anorganik
Bila tidak dikelola dengan
baik, sampah akan berbahaya bagi kesehatan manusia. Seperti kita ketahui,
tempat sampah sering menjadi tempat yang menyenangkan bagi hewan penyebar
penyakit, seperti lalat, nyamuk, tikus, dan kecoa. Selain itu, sampah yang
dibuang sembarangan, misalnya ke dalam selokan atau sungai, akan menghambat
jalannya aliran air. Sampah tersebut bertumpuk sehingga aliran air selokan atau
sungai tersumbat. Ketika curah hujan tinggi dan berlangsung lama, akan
mengakibatkan banjir.
Dalam istilah lingkungan,
sampah diartikan sebagai bahan yang terbuang atau dibuang dari hasil kegiatan
manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Namun, tidak
semua sampah tidak berguna. Beberapa jenis sampah masih dapat diolah sehingga
memiliki nilai ekonomi atau kegunaan lain bagi manusia. Untuk itu, kita perlu
memiliki pemahaman tentang sampah dan bagaimana pemanfaatan sampah organik yang ada di lingkungan.
Salah satu bentuk pengelolaan sampah adalah pembuatan pupuk kompos. Pembuatan
pupuk kompos dapat mengurangi masalah sampah sekaligus menciptakan nilai
ekonomi dari sampah.
Ø Jenis Sampah
Berdasarkan sifatnya, sampah dibagi menjadi
:
-
Sampah
organik : dapat diurai (degradable)
-
Sampah
anorganik : tidak terurai (undegradable)
Berdasarkan sumbernya, jenis sampah dibagi
menjadi :
-
Sampah
alam
-
Sampah
manusia
-
Sampah
konsumsi /dapur
-
Sampah
nuklir
-
Sampah
industri
-
Sampah
pertambangan
Cara Menangani Sampah
:
1.
Dipilah,
yaitu memisahkan antara sampah yang mudah membusuk dan sampah yang tidak mudah
atau sulit membusuk.
2.
Dibuat
kompos, setelah dipilah, sampah yang mudah busuk seperti bekas makanan dan
sayur-sayuran dapat diolah menjadi pupuk kompos. Didaur ulang, adapun sampah
yang tidak mudah membusuk, seperti plastik atau kertas, dapat diolah menjadi
barang yang dapat digunakan kembali atau dijual.
Ø Pemanfaatan Limbah Anorganik
Limbah atau sampah merupakan bahan buangan sebagai dampak dari eksploitasi
lingkungan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Ø Menurut golongannya sampah terbagi empat
kelompok, yaitu:
1.
Human
secreta, yaitu bahan buangan yang dikeluarkan dari dalam tubuh manusia dan
hewan, seperti keringat, feses ( kotoran zat padat ), dan urine ( kotoran zat
cair ).
3.
Refuse,
yaitu bahan sisa proses industri atau hasil sampingan kegiatan rumah tangga,
misalnya plastik, logam, botol, kayu bangunan, sisa sayuran, nasi bekas, daun
tanaman atau barang-barang buangan.
4.
Industri
waste, merupakan bahan buangan dari sisa-sisa proses industri seperti zat
pewarna, pelarut, limbah injeksi, dan lain-lain.
Sampah atau limbah yang kita hasilkan setiap hari, biasanya kita buang begitu
saja tanpa kita pilah-pilah. Hal ini mungkin karena kita tidak tahu atau
mungkin tidak mau tahu bahwa sampah tersebut dapat kita pilah-pilahkan menjadi
limbah organik dan anorganik yang dapat kita manfaatkan menjadi barang yang
berguna.
Limbah anorganik adalah
limbah yang berasal bukan dari makhluk hidup. Limbah anorganik ini memerlukan
waktu yang lama atau bahkan tidak dapat terdegradasi secara alami. Beberapa
limbah anorganik diantaranya styrofoam, plastik, kaleng, dan bahan gelas atau
beling. Salah satu pemanfaatan limbah anorganik adalah dengan cara proses daur
ulang (recycle). Daur ulang merupakan upaya untuk mengolah barang atau benda yang
sudah tidak dipakai agar dapat dipakai kembali. Beberapa limbah anorganik yang
dapat dimanfaatkan melalui proses daur ulang, misalnya plastik, gelas, logam,
dan kertas.
1.
Limbah
Plastik
Limbah plastik biasanya digunakan sebagai
pembungkus barang. Plastik juga digunakan sebagai perabotan rumah tangga
seperti ember, piring, gelas, dan lain sebagainya. Keunggulan barang-barang
yang terbuat dari plastik yaitu tidak berkarat dan tahan lama. Banyaknya
pemanfaatan plastik berdampak pada banyaknya sampah plastik. Padahal untuk
hancur secara alami jika dikubur dalam tanah memerlukan waktu yang sangat lama.
Cobalah kalian kubur sampah plastik selama beberapa bulan, kemudian gali lagi
penutup tanahnya dapat dipastikan bahwa plastik tersebut akan tetap utuh.
Karena itu, upaya yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan limbah plastik untuk
didaur ulang menjadi barang yang sama fungsinya dengan fungsi semula maupun
digunakan untuk fungsi yang berbeda. Misalnya ember plastik bekas dapat didaur
ulang dan hasil daur ulangnya setelah dihancurkan dapat berupa ember kembali
atau dibuat produk lain seperti sendok plastik, tempat sampah, atau pot bunga.
Plastik dari bekas makanan ringan atau sabun deterjen dapat didaur ulang menjadi
kerajinan misalnya kantong, dompet, tas laptop, tas belanja, sandal, atau
payung. Botol bekas minuman bisa dimanfaatkan untuk membuat mainan anak-anak.
Sedotan minuman dapat dibuat bunga-bungaan, bingkai foto, taplak meja, hiasan
dinding atau hiasan-hiasan lainnya.
2.
Limbah
Logam
Sampah atau limbah dari bahan logam seperti
besi, kaleng, alumunium, timah, dan lain sebagainya dapat dengan mudah
ditemukan di lingkungan sekitar kita. Sampah dari bahan kaleng biasanya yang
paling banyak kita temukan dan yang paling mudah kita manfaatkan menjadi barang
lain yang bermanfaat. Sampah dari bahan kaleng dapat dijadikan berbagai jenis
barang kerajinan yang bermanfaat. Berbagai produk yang dapat dihasilkan dari
limbah kaleng di antaranya tempat sampah, vas bunga, gantungan kunci, celengan,
gift box, dan lain-lain.
3.
Limbah
Gelas atau Kaca
Limbah gelas atau kaca yang sudah pecah
dapat didaur ulang menjadi barang-barang sama seperti barang semula atau
menjadi barang lainseperti botol yang baru, vas bunga, cindera mata, atau
hiasan-hiasan lainnya yang mempunyai nilai artistik dan ekonomis.
4.
Limbah
Kertas
Sampah kertas kelihatannya memang mudah
hancur dan tidak berbahaya seperti sampah plastik. Namun walau bagaimanapun
yang namanya sampah pasti menimbulkan masalah jika berserakan begitu saja.
Sampah dari kertas dapat didaur ulang baik secara langsung ataupun tak
langsung. Secara langsung artinya kertas tersebut langsung dibuat kerajinan
atau barang yang berguna lainnya. Sedangkan secara tak langsung artinya kertas
tersebut dapat dilebur terlebih dahulu menjadi kertas bubur, kemudian dibuat
berbagai kerajinan.
Hasil daur ulang kertas banyak sekali
ragamnya seperti kotak hiasan, sampul buku, bingkai photo, tempat pinsil, dan
lain sebagainya.
[1]Hasil transec dan FGD bersama perangkat desa Pajeng dan warga dukuhan dodol
senin sampai selasa 28-29 Februari 2013
[2]Hasil observasi, Transect, dan evaluasi dengan warga dukuhan Dodol Minggu -
Rabu 27-30 Februari 2013.
[3]Hasil musyawarah bersama kepala Desa dan perangkatnya beserta warga dukuhan
Dodol sebagai percontohan. Di dukuhan Dodol temapt rumah Bapak sutomo Senin , 05 Februari 2013.
[4]Ibid.
[5]Hasil evaluasi bersama perangkat desa, koordinator TPQ kecamatan Gondang
(Bapak Ahmad Nuri), Tokoh masyarakat dan kepala TPQ se-Desa Pajeng di Masjid Al
Akbar (Sabilul Mustaim) dusun Dodol sabtu 09-02-2013 ba’da Isya’ jam 20:00 WIB
[6]M.N. Taufiq, kepala UPT Dinas Pendidikan Kec. Gondang,
disampaikan pada Launching TBM Tgl 20
Februari 2013.
[7]Disampaikan ketika launching TBM Tgl 20 Februari 2013.
BAB I
MENYINGKAP PROBLEMATIKA
DESA PAJENG
A.
Selayang
Pandang Kondisi Geografis dan Sosial Desa Pajeng
Pajeng
merupakan sebuah desa yang terletak di kecamatan Gondang yang berada di wilayah
kabupaten Bojonegoro propinsi Jawa Timur. Wilayah ini berbatasan dengan
kabupaten Nganjuk di bagian selatan tepatnya berada di dataran tinggi sekitar
700 meter di atas permukaan laut.
Kecamatan
Gondang terbagi menjadi tujuh desa yang salah satunya adalah desa Pajeng. Luas
wilayah desa Pajeng sekitar 262.850 m2 yang terdiri dari tanah
pemukiman, pekarangan, persawahan, hutan, dan sarana lainnya. Desa ini
mempunyai kondisi alam yang sangat indah
dan dikelilingi gunung, hutan, dan persawahan. Namun, desa ini masih ada
kekurangan dalam hal estetika lingkungan misalnya tempat pembuangan sampah atau
limbah dari rumah tangga yang kurang efektif.
Secara
administratif, desa Pajeng kecamatan
Gondang terdiri dari tiga dusun yang terbagi dalam 30 RT dan 7 RW, sebagai
berikut:
- Dusun Dodol
Dusun ini merupakan dusun pusat dan paling padat
pemukimannya di desa Pajeng karena merupakan jalan utama dari kabupaten Nganjuk
menuju kabupaten Bojonegoro. Dusun ini terdiri dari 7
RT dan 4 RW di pimpin oleh Kepala Dusun atau biasa
disebut Kamituwa. Dusun
ini terbagi lagi dalam beberapa dukuhan antara lain Brendo, Bringasan, Tegalan,
Muthu’an dan Dodol.
- Dusun Pajeng
Dusun ini berada sekitar 2 km dari jalan utama
dusun Dodol, jalan menuju dusun ini telah dipaving sekitar 1 km sedangkan
sisanya masih Makadaman. Dusun Pajeng yang dipimpin oleh seorang Kamituwa
yang terdiri dari 1 RW dan 7 RT yang terbagi atas dukuhan Pajeng yang
terdaftar secara administratif serta dukuhan Muthu’an Pajeng dan Tegalsari yang
belum terdaftar secara administratif.
- Dusun Bulu - Jiwo
Dusun Bulu - Jiwo terdiri dari 5 RT dan 2 RW yakni
RT 25 hingga RT 30 yang diketuai oleh kepala dusun Sunyoto. Dusun Bulu terdiri
dari 2 pedukuhan yaitu dukuh Bulu dan dukuh Jiwo. Letak geografis dusun Bulu berbatasan
dengan desa Soko kecamatan Temayang tepatnya di sebelah timur. Dusun Bulu
memiliki kekayaan alam yang indah, yaitu gunung yang mengelilingi dusun Bulu,
dengan batas sebelah utara gunung Mujo, sebelah selatan gunung Ngonga’, dan
gunung Kol.
B.
Demografi
- Data Penduduk desa Pajeng
a)
Jumlah penduduk secara keseluruhan yakni 3879 orang dengan
total jumlah laki-laki 1919, jumlah perempuan 1960 dengan jumlah kepala keluarga 1112,
penduduk dengan
umur 0-12 bulan berjumlah 35 orang, 1-9 tahun berjumlah 156 orang. Dan yang
berumur > 56 tahun berjumlah 636 orang.
b)
Taraf pendidikan rata-rata masyarakat Pajeng adalah berhenti sampai
tingkat SLTP, walaupun ada beberapa yang melanjutkan ke
jenjang SLTA, dan perguruan tinggi.
c)
Sebagian besar masyarakat desa Pajeng adalah petani, dan sebagian kecil
jumlah masyarakat yang berternak, mountir, TNI dan sebagian pegawai negeri
sipil. Penduduk desa Pajeng rata-rata sudah
bekerja sejak usia 18- 56 tahun.
d)
Untuk
agama yang dominan di sini adalah agama Islam walaupun ada beberapa yang
beragama non muslim, yakni beragama Kristen yang berjumlah 6 orang.
e)
Untuk
pendidikan formal di desa Pajeng ini terdapat 3 SD, 1 MI, 1 SMP, dan 1 Paud di
setiap pedukuhan. Dan terdapat 8 TPQ sebagai bentuk dari pendidikan non formal
desa Pajeng.
f)
Untuk
sarana prasarana bidang kesehatan di desa
Pajeng terdapat 1 puskesmas, 1 klinik bidan dan 6 posyandu.
Gambar 1.1 Diagram Rekapitulasi Usia Penduduk
Desa Pajeng
- Sosial Masyarakat
Di desa Pajeng terdapat kegiatan sosial masyarakat yang
masih jarang diterapkan oleh desa lain. Salah satunya yaitu Rukun Kematian.
Rukun kematian adalah suatu organisasi yang dibentuk oleh salah satu dari RT
pada tahun 1985 dan saat ini kegiatan tersebut semakin berkembang. Bentuk dari
kegiatan rukun kematian tersebut diantaranya yaitu terwujudnya sikap tenggang rasa
warga desa Pajeng untuk berbela sungkawa terhadap warga yang terkena musibah
keluarganya meninggal dunia. Tujuan dari rukun kematian adalah meringankan beban
pada warga desa Pajeng dalam merawat jenazah yang dalam pengkhususannya pada
warga masyarakat yang kurang mampu.
Gambar 1.2 Diagram Venn Sosial Masyarakat Desa Pajeng
Dari Diagram Venn sosial masyarakat ini dapat disimpulkan
bahwa pekerjaan utama masyarakat di desa Pajeng adalah bertani, karena
masyarakat lebih mengandalkan lahan sawah sendiri maupun lahan sewa dari milik
perhutani. Untuk aliran keagamaan di desa Pajeng, NU sangatlah kental dan
berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, sedangkan untuk aliran muhammadiyah
jumlahnya tidak terlalu banyak. Hal tersebut tidak berpengaruh terhadap
kehidupan masyarakat di desa Pajeng.
Selanjutnya di desa Pajeng terdapat LDII (lembaga Dakwah Islam Indonesia), akan tetapi lembaga
tersebut kurang berpengaruh terhadap
desa Pajeng. Selain dari agama Islam
di desa Pajeng, terdapat agama non muslim, yaitu kristen yang dianut hanya
segelintir warga dan bisa dihitung dengan tangan serta tak berpengaruh terhadap
pemikiran warga disekitar dusun Dodol.
Untuk kegiatan sosial warga di desa Pajeng yaitu adanya
kegiatan keagamaan TPQ (Taman
Pembelajaran Al-Qur’an) di masjid dan mushola setelah sholat Ashar hingga
sebelum Magrib. Mayoritas yang mengikuti TPQ adalah anak-anak umur 7 tahun hingga 14 tahun. Setelah khatam dari
TPQ, para santri tersebut kurang berminat menjadi tenaga pengajar. Sehingga
untuk perkembangan TPQ di desa Pajeng masih pasang surut, disamping itu dari
wali santri di TPQ kurang mendukung, khususnya untuk masalah finansial.
Terkadang ada wali murid yang mendukung untuk finansial akan tetapi itupun
menjadi bahan sindiran dari masyarakat. Sehingga perkembangan di TPQ
banyak yang mengalami pasang surut.
Di desa Pajeng terdapat Remas, Karang taruna dan Pencak
silat, kegiatan tersebut di desa Pajeng masih kurang aktif, karena kegiatan
tersebut akan terlihat bila adanya hari-hari besar seperti hari besar Islam dan
17 Agustusan. Dan untuk pengaruh sosial
keagamaan di desa Pajeng khususnya pada aparatur desa Pajeng semua kegiatan
sosial yang dilakukan oleh masyarakat akan ditangani oleh aparatur desa agar
semua kegiatan berjalan dengan kondusif dan lancar.
C.
Problematika
Desa Pajeng
Kami dari tim
KKN yang ditugaskan untuk belajar bersama dan berpartisipasi dengan masyarakat
desa Pajeng, banyak menemukan berbagai macam permasalahan yang
perlu diselesaikan bersama.
Dari permasalahan-permasalahan yang ditemukan, tidak semua masalah bisa kami selesaikan dalam waktu yang singkat. Namun setelah kita bermusyawarah
bersama masyarakat dan perangkat desa tentang masalah-masalah yang kita temukan
bersama, kami mempunyai kesepakatan bersama masyarakat untuk menanggulangi
beberapa masalah yang diantaranya adalah masalah sampah yang mana permasalahan
tersebut sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat desa Pajeng.
Menurut penuturan dari bapak Dedi Kristiawan ketika
bermusyawarah bersama kami tim KKN, masyarakat desa Pajeng rata-rata dalam
pembuangan sampah sembarangan, terutama pada masalah yang paling diresahkan
yakni mereka membuang sampah di sungai yang sungai tersebut mengalir menuju
desa yang berada di bawah desa Pajeng, yakni desa Sugihan dan Poka’ Puguh Rejo.
Dari masalah inilah masyarakat desa Pajeng mendapatkan teguran dan peringatan
dari desa-desa yang berada di dataran rendah, terutama desa sugihan yang paling
besar menerima dampak dari sampah yang disebabkan oleh masyarakat desa Pajeng.
Selain dari inti masalah sampah tersebut di atas kami
dari tim KKN juga bersama masyarakat bermusyawarah dan menyelesaikan
permasalahan FKK TPQ yang dulu pernah
dibentuk tim KKN tahun 2010 yang fakum dan tidak berkembang, maka kami pun
berupaya dan menghidupkan kembali FKK TPQ yang sudah terbentuk dan berjalan
seperti yang diinginkan. Vakumnya FKK TPQ menyebabkan program yang sudah pernah
dibentuk tidak berjalan, kegiatan di masing-masing TPQ juga statis, hal ini
menyebabkan minat mengaji dari masing-masing santri menurun, sehingga sangat
sedikit sekali anak-anak atau masyarakat desa Pajeng yang masih mau mengaji.
Masalah-masalah yang ada di desa Pajeng begitu banyaknya,
selain permasalahan yang sudah disebutkan di atas masih banyak lagi problem
yang menurut kami perlu kami selesaikan yaitu lemahnya para generasi penerus di
desa Pajeng untuk membiasakan membaca. Minimnya pengetahuan dalam segala hal
akan berdampak negatif pada perkembangan suatu masyarakat, baik dalam aspek
perekonomian, budaya, agama maupun pendidikan tidak akan berkembang tanpa
pengetahuan. Salah satu cara memperoleh pengetahuan adalah dengan membaca.
Tetapi kenyataannya, tidak ada sama sekali fasilitas yang mendukung tercapainya
suatu kegiatan membaca tersebut di desa Pajeng.
Di desa Pajeng,
untuk melanjutkan tingkat pendidikan yang lebih
tinggi (SMA sederajat) harus pergi ke kecamatan yang jaraknya berkilo-kilo atau
bahkah ke kabupaten Nganjuk, apalagi untuk akses buku atau internet, sangat
jauh sekali jarak yang harus ditempuh. Hal ini menyebabkan minat baca dari
masyarakat sangat kurang. Hal pertama yang mendasari adalah kurangnya
fasilitas, kemudian akses masuknya pengetetahuan juga sangat sulit, padahal
masyarakat desa Pajeng sangat berpotensi. Sayang sekali ketika potensi tersebut
tidak dikembangkan.
Sehingga kami dari tim KKN berinisiatif untuk mengajak
dan bermusyawarah bersama masyarakat untuk membangun para generasi penerus di
desa Pajeng yang cerdas dan berwawasan tinggi dalam segala hal terutama pada aspek
SDM, membentuk SDM masyarakat Pajeng yang berkualitas. Akhirnya kami dan masyarakat bekerjasama berinisiatif
untuk membentuk Taman Baca Masyarakat (TBM).
Dari berbagai
masalah yang ada di desa Pajeng, kami tidak lupa berpartisipasi dan belajar
bersama di bidang pendidikan. Kami dari tim KKN bermusyawarah dan bekerjasama
untuk kemajuan ekstrakurikuler yang berada di tingkat pendidikan dasar, kemudian
kami pun berfokus pada salah satu sekolah pendidikan dasar yakni di MI nya.
Karena di MI Islamiyah Pajeng ini, muridnya sangat antusias terhadap kegiatan
pramuka namun belum terdaftarnya gugus depan kepramukaan di MI ini menyebabkan
kegiatan ekstra pramuka di MI kurang berkembang.
Matrik
Rangking Masalah Utama
TOPIK UTAMA
|
KEBERSIHAN LINGKUNGAN
|
FKK TPQ
|
TBM
|
PRAMUKA MI
|
Masalah
|
Sampah
|
Kesejahteraan
guru
|
Kebutaan
masyarakat
terhadap aksara
|
Tidak
terdaftarnya Gudep MI
|
Potensi
|
-
Sungai
-
Pekarangan
|
-
Ilmu
-
Murid
|
-
Adanya
dana
-
Tempat
yang tersedia
|
-
Semangat
siswa untuk berpramuka
|
Sebab
|
-
Tingkat
kesadaran masyarakat
-
Kurang dan
rusaknya sarana
|
-
Tingkat
kesadaran walimurid
-
Jarak
tempuh yang jauh
|
-
Minimnya
tingkat pendidikan
-
Kurang
sadarnya masyarakat untuk membaca
|
-
Minimnya
pengetahuan adminitratif sekolah terhadap kepramukaan
|
Akibat
|
-
Lingkungan
yang kurang sehat dan kotor
-
Rawan penyakit
-
Tempat sarang
nyamuk
|
-
Kenakalan
diusia dini
-
Kerepotan
ulama’ dalam membimbing
|
-
Tidakbisa
membaca
-
Redupnya
kondisi masyarakat terhadap informasi dunia
|
-
Tidak
terdaftar ditingkat Kwaran
|
Manfaat
|
-
Lingkungan
bersih dan sehat
|
-
Mensejahterakan
guru TPQ
-
Mengurangi
Kenakalan Remaja
|
-
TerbangkitnyaSDM
masyarakat desa Pajeng
-
Mencerdaskan
masyarakat
|
-
Mendapatkan
langsung dari pusat untuk hal kepramukaan
|
Harapan
|
-
Adanya sarana
pengolahan sampah organik dan anorganik
-
TPA yang
memadai
|
-
Menjadi
masyarakat yang berakhlakul karimah
|
-
Membangun
Dan Mencerdaskan SDM Putra-Putri Penerus Desa Pajeng
|
-
Meningkatkan
SDM yang tinggi
-
Kedisiplinan
tertanam pada usia dini
|
Tabel. 1.1 Matrik
Rangking Masalah Utama
BAB II
DINAMIKA PROSES
PERENCANAAN
PEMECAHAN PROBLEM
A.
Membangun
Kesadaran Perilaku Sehat dan Bersih
Kebersihan lingkungan
merupakan permasalahan utama di desa Pajeng. Hal ini terbukti dengan banyaknya
sampah yang berserakan serta tidak adanya tempat sampah yang tersedia pada tiap
rumah warga. Tidak ada sarana yang mendukung warga untuk terbiasa hidup dalam
lingkungan bersih menjadikan warga tidak termotivasi untuk hidup bersih dan
sehat.
Membuang sampah di sembarang
tempat khususnya di sungai merupakan suatu tradisi bagi masyarakat yang sulit
dihilangkan. Warga menganggap bahwa dengan cara tersebut bisa menyelesaikan
masalah sampah yang menumpuk di rumahnya, tetapi mereka tidak tahu bahwa hal
tersebut sangat berbahaya bagi warga sekitar sungai. Pencemaran dari limbah
sampah yang di buang warga dapat mengakibatkan penyakit bahkan banjir.
Penyebab dari permasalahan
tentang kesehatan yang terjadi di desa Pajeng adalah tingkat kesadaran
masyarakat yang masih kurang terhadap lingkungan sekitar baik dalam kegiatan
sehari-hari misalkan membuang sampah di sungai-sungai maupun di lahan kosong.
Hal ini berakar pada minimnya masyarakat terhadap pola hidup bersih dan sehat,
fakta tersebut didukung oleh fakta dimana masyarakat kurang sadar akan bahaya
yang dimunculkan dari kebiasaan buruk tersebut.
Penyebab selanjutnya adalah
kurang aktifnya aparat desa dalam menanggapi masalah kebersihan lingkungan di
desa Pajeng. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya instruksi langsung terkait
dengan kebersihan lingkungan, misalnya diadakannya kerja bakti bulanan untuk
membersihkan lingkungan. Vakumnya kader lingkungan yang sudah terbentuk oleh
peserta KKN tahun sebelumnya juga menambah khazanah penyebab permasalahan.
Penyebab terakhir yang
menjadi masalah terhadap kebersihan lingkungan adalah kurang dan rusaknya
sarana maupun prasarana yang mendukung mereka untuk hidup bersih dan sehat.
Adanya TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang dibuat oleh peserta KKN tahun lalu,
tidak termanfaatkan dan tidak terawat, karena lokasi TPA yang cukup jauh dari
rumah warga, sehingga warga lebih suka membuang sampah ke sungai atau lahan
kosong dekat rumahnya. Alasannya selain menghemat waktu juga menghemat tenaga.
Dari beberapa penyebab
permasalahan tersebut dapat digambarkan suatu akibat yang ditimbulkan oleh
perilaku tidak peduli lingkungan, yang pertama berdasarkan informasi dari bidan
Dian, yakni wabah hydrocepallus akibat dari tercemarnya lingkungan, yang kedua
sarang nyamuk merupakan efek dari pembuangan sampah secara sembarangan di
sungai yang berakibat pada tumbuhnya penyakit DBD. Memang warga desa Pajeng
tidak merasakan langsung dampak dari aktifitas tersebut, karena letak desa Pajeng
di atas pegunungan sehingga yang mendapatkan efek langsung adalah daerah di
bawahnya. Misalkan daerah Puguhrejo (Poka’) pernah terjangkit DBD, hal tersebut
juga dikarenakan banyaknya sampah yang menggenang di aliran sungai mereka
sehingga menjadi sarang nyamuk.
Yang menjadi pusat masalah dari segala permasalahan
adalah sampah, baik dari jenis organik maupun anorganik. Penyebab utamanya
adalah dari kebiasaan masyarakat itu sendiri, kurang aktifnya aparatur desa
dalam menyikapi masalah kebersihan lingkungan, serta tidak adanya sarana
prasarana, kalaupun ada kondisinya sangat tidak layak. Akibatnya, pencemaran
lingkunganlah yang terjadi dan munculnya berbagai penyakit. Dari realitas
penyebab dan akibat permasalahan sampah di desa Pajeng, maka harapan yang diinginkan
oleh masyarakat agar permasalahan tentang sampah bisa teratasi adalah dengan
mengolah dan memanajemen sampah sedemikian hingga menjadi sampah yang
bermanfaat.
Ketersediaan
tempat sampah di tiap rumah menjadi indikasi bahwa lingkungan tersebut bersih
dan sehat. Lingkungan dikatakan bersih dan sehat jika tidak ada sampah yang
berserakan, hal ini terwujud jika masyarakat sadar diri akan lingkungan, dan
aktifnya aparat desa dalam memantau warganya untuk menjaga lingkungan bersama,
juga mendukungnya sarana prasarana yang memadai serta memaksimalkan kader
lingkungan yang telah terbentuk.
Untuk
memecahkan masalah tersebut kelompok KKN
bersama warga melakukan diskusi, di rumah salah satu RW di dukuhan muthuk. Keinginan
mewujudkan lingkungan bersih dengan pengolahan sampah yang teratur dan
terbangunnya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Desa Pajeng, tentunya kami masih
harus merundingkan degan tokoh masyarakat dan kader lingkungan yang telah
dibentuk. Dimulai dengan mengadakan sosialisasi di empat RT yang telah ditunjuk
oleh lurah setempat. Hasil
yang disepakati bersama warga dan kader lingkungan, yang pertama tentang pengolahan
sampah yakni pemisahan antara sampah organik dan anorganik. Untuk
penanggulangan sampah ini, tidak dilakukan di semua dusun, tetapi mengambil
beberapa RT sebagai percontohan. RT yang diambil adalah RT 16, 17, 18, dan 19.
Sebagai RT percontohan diharapkan dapat merangsang RT lain untuk melakukan hal
yang sama. Pengambilan sampah dilakukan tiga hari untuk permulaan, jika dirasa
tiga hari belum memenuhi kuota maka dilakukan empat hari sekali oleh tim (kader
lingkungan).
Untuk
sampah organik ditaruh dalam kantong plastik hitam, untuk sampah anorganik
dibungkus dengan plastik warna merah, dan untuk sampah jenis barang pecah belah
(beling) diletakkan dalam karung (sak). Kemudian oleh tim pengambil dibawa ke
TPA. Karena TPA yang lama sangat tidak layak pakai, maka dibuat TPA baru. Untuk
pengolahan sampah anorganik yang masih layak diolah, yang biasanya oleh warga dijual
atau ditukar pada rombeng keliling, oleh tim akan diolah sendiri.
Setiap satu bulan sekali diadakan kerja bakti lingkungan.
Untuk meningkatkan motivasi warga tentang kebersihan diberikan penghargaan dan
reward untuk lingkungan yang paling bersih, setiap tahun untuk daerah yang
paling bersih digratiskan MCK.
Sampah tidak selamanya berupa
limbah yang tidak memiliki nilai sama sekali, sampah juga bisa menghasilkan
nilai ekonomi bagi masyarakat apabila diolah menjadi produk bermanfaat.
Program ini hampir mirip
dengan program bank sampah yang biasanya dilakukan di kota-kota besar dalam
pengelolaan sampah. Merupakan salah satu bagian terjemahan dari Gerakan 3R
(Reduce, Reuse, dan Recycle). Namun untuk menuju pada program bank sampah ini kami
rasa masih terlalu jauh, hal yang paling sederhana dan mudah dilaksanakan
sebagai awal pembentukan kebiasaan masyarakat adalah seperti yang telah
dipaparkan di atas.
B.
Dinamisasi
Pendidikan Non Formal Keagamaan
Salah satu permasalahan yang kami
temukan di desa Pajeng adalah tidak terkondisikannya pendidikan non formal
keagamaan. Dulu permasalahannya adalah belum terbentuknya lembaga pendidikan
non formal pada lingkup pendidikan Al Qur’an atau TPQ (Taman Pendidikan
Qur’an). Seiring perkembangan zaman dan berjalannya waktu, setiap dukuhan di
desa Pajeng sudah terbentuk yang namanya TPQ, yang bertempat di masjid atau
mushola yang ada di tiap dukuhan. Pada tahun 2010 ada mahasiswa KKN dari IAIN
Sunan Ampel Surabaya membentuk suatu wadah untuk mempererat silaturahmi antar
TPQ dengan nama FKK TPQ (Forum Komunikasi Kepala TPQ) se desa Pajeng.
FKK
TPQ tersebut diketuai oleh Pak Yus dari dusun Bulu. Setelah terbentuknya FKK
TPQ tersebut, ada beberapa program yang berjalan tetapi hanya beberapa minggu
saja, setelah mahasiswa KKN pulang, forum tersebut stagnan. Penyebabnya adalah rendahnya
komunikasi pengurus yang sudah terbentuk. Akibatnya terjadi kesenjangan sosial
dan golongan antar TPQ, karena dari masing-masing TPQ ingin menonjolkan diri,
lembaga TPQ dijadikan wahana untuk persaingan kepentingan pribadi. Hal tersebut
diperoleh dari hasil diskusi salah seorang warga Dusun bulu, Yaitu Mbak Lina
salah satu guru TPQ yang tinggal di dusun Bulu. Salah satu hal mendasar yang
menjadi penyebab persaingan adalah faktor biaya.
Setelah
mencari informasi lebih lanjut, kurang berkembangnya lembaga pendidikan non
formal keagamaan khusunya TPQ adalah karena tidak adanya motivasi. Berdasarkan
penuturan dari Bapak Samiyo salah satu pengasuh TPQ di dukuh muthukan, minat
anak mengaji sangat minim, hal tersebut karena kurangnya dorongan dari orang
tua, apalagi anak seusia SMP atau MTs karena SMP di Pajeng hanya ada satu dan
proses pembelajarannya dilakukan pada waktu sore hari bersamaan dengan jam
belajar mengaji. Sudah dilakukan langkah untuk mengantisipasi hal tersebut,
yakni untuk yang SMP belajar mengajinya bisa pada malam hari ba’da maghrib,
akan tetapi hal tersebut juga tidak berjalan dengan lancar. Karena yang
berangkat juga hanya ada dua atau tiga orang saja.
Dari
keterangan warga tersebut, kelompok ini menyimpulkan bahwa salah satu masalah utama yang ada
di desa Pajeng terletak pada sektor pendidikan non formal.
Untuk memunculkan kembali
semangat para ustad ustadzah TPQ, serta menjalin silaturrahim yang terhenti
antar pengurus TPQ, maka kelompok kami berinisiatif memfasilitasi pertemuan
antar guru-guru TPQ se desa Pajeng untuk merencanakan kembali program-program yang
terhenti. Harapan dari kelompok kami adalah dengan adanya pertemuan tersebut
bisa menampung aspirasi para guru TPQ yang sebelumnya terjadi miskomunikasi
serta memperbaiki manajemen dari struktur yang sudah terbentuk.
C.
Merintis
Masyarakat Gemar Membaca
Dari
berbagai masalah yang telah disebutkan di atas, yang tidak kalah penting adalah
masalah pengetahuan. Mayoritas penduduk desa Pajeng usia 40 tahun ke atas, buta
huruf atau tidak bisa membaca. Secara umum pengetahuan masyarakat desa Pajeng
tentang segala perkembangan informasi hanya bersumber pada perlengkapan
elektronik berupa televisi. Dapat dikatakan minat dan keinginan masyarakat desa
untuk mendapatkan informasi dari sumber-sumber lain sangat kurang. Masyarakat
Desa Pajeng, sebagai masyarakat area pegunungan memang memiliki etos kerja
serta kegiatan di persawahan atau ladang yang cukup tinggi. Dimana waktu pagi
dan sore hari masyarakat sebagian besar berada di persawahan atau tegalan untuk
mengurusi serta bercocok tanam. Itulah mengapa televisi menjadi satu-satunya
sumber informasi yang dapat masyarakat gunakan.
Tidak
salah memang jika masyarakat memanfaatkan televisi sebagai sumber informasi,
tetapi perlu adanya sumber informasi tambahan yang dapat meningkatkan
pengetahuan sekaligus meningkatkan kegiatan dan kebiasaan positif bagi
masyarakat, terutama bagi kalangan remaja yang masih bersekolah dan menuntut
ilmu. Sehingga nantinya diharapkan pengaruh-pengaruh negatif dari televisi
tidak terlalu banyak berpengaruh bagi perkembangan keilmuan dan pengetahuan
masyarakat pelajar.
Minimnya
minat membaca masyarakat disebabkan oleh belum ada yang memfasilitasi terkait
hal tersebut. Hal ini terbukti dengan
tingkat pendidikan formal yang ada di desa Pajeng. Jenjang pendidikan formal
terakhir yang ada di desa Pajeng adalah tingkat SMP, itupun swasta dan
gedungnya masih jadi satu dengan SDN Pajeng I. Ketika masyarakat Pajeng ingin
melanjutkan studinya ke jenjang SMA atau yang sederajat, mereka harus pergi ke Gondang
atau bahkan Nganjuk.
Untuk
meminimalisir masalah kurangnya pengetahuan tersebut, maka kelompok kami
berencana memunculkan TBM (Taman Bacaan Masyarakat) guna memfasilitasi
masyarakat dalam memperoleh pengetahuan dan informasi. Program ini menindak
lanjuti kegiatan masyarakat yakni gerakan pemberantasan buta aksara. Selain
itu, program ini juga bertujuan untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya
budaya membaca.
Setelah
melakukan konsolidasi dengan kepala desa dan ibu-ibu PKK, kelompok kami
mendapat persetujuan mengenai program TBM ini. Rencana awal kami adalah
mengumpulkan tokoh masyarakat bersama kepala desa dan ibu-ibu PKK untuk
menyusun struktur kepengurusan TBM, setelah itu kita mensosialisasikan program
pada masyarakat dan mengumpulkan berbagai buku bekas yang masih layak pakai
dari masyarakat untuk perbendaharaan buku di TBM. Kemudian, kami berencana
mengajukan proposal pada pihak terkait dan nanti setelah disetujui, langsung di
adakan launching TBM serta tindak lanjut program.
Tim
KKN IAIN Sunan Ampel Surabaya kelompok 45 berorientasi pada pengembangan
kebiasaan positif yang tidak memiliki pengaruh negatif bagi masyarakat dengan
mendirikan Taman Baca Masyarakat (TBM) Cahaya Ilmu yang berlokasi di gedung PKK
desa Pajeng. Buku-buku yang disediakan meliputi buku-buku pengetahuan umum,
serta pengetahuan keagamaan sejumlah kurang lebih 100 buku, yang diharapkan
dapat bermanfaat dalam perkembangan keilmuan dan pengetahuan keagamaan
masyarakat.
D.
Membidik
Perkembangan Ekstrakurikuler Pendidikan Formal
Salah
satu masalah terkait pendidikan yang ada
di desa Pajeng menurut kami bisa kami selesaikan
adalah kegiatan ekstrakurikuler di MI Islamiyah Pajeng yakni ekstra Pramuka. Masalah-masalah terkait pendidikan di Pajeng ada
beberapa, tetapi yang dapat kami jangkau dan mungkin bisa terselesaikan adalah
permasalahan terdaftarnya dan diakuinya Gudep Pramuka yang ada di MI Al-Islamiyah,
beberapa faktor yang menyebabkan itu semua adalah kurangnya SDM dari pembinanya
yang terlalu banyak kegiatan sehingga tidak terfokuskan dalam masalah
pendaftaran Gudep tersebut, kemudian kurangnya informasi yang masuk ke MI terkait
masalah Gudep tersebut.
Sebagai langkah awal kami bermusyawarah dengan Kepala sekolah dan guru-guru
di MI terkait pendaftaran Gudep dan kegiatan ekstrakurikuler kepramukaan. Ternyata
inisiatif dari kita disambut hangat oleh pihak sekolah. Setelah disetujui kami langsung
mengadakan observasi ke Gudep SMA di kecamatan mencari informasi terkait
masalah tersebut. Setelah mendapat berbagai informasi kami berencana membantu
mendaftarkan Gudep tersebut dan mendiskusikan dengan KA Kwarran. Nanti setelah
disetujui, segera kami persiapkan dan menyelesaikan berbagai administrasi untuk
pendaftaran Gudep.
BAB III
DINAMIKA PROSES
PELAKSANAAN HASIL PEMECAHAN MASALAH
Dari uraian beberapa masalah dan perencanaan di bab dua,
terdapat empat masalah akan tetapi yang menjadi fokus atau masalah yang sentral di
desa Pajeng terletak pada kotoran atau sampah. Masalah tersebut merupakan
pedoman bagi kami untuk action di
lapangan bersama warga desa Pajeng khususnya dukuhan Dodol. Adapun action
dari masing-masing problem tersebut adalah
:[1]
A.
Tidak Ada Satupun Ciptaan-Nya Yang Tidak Bermanfaat
Dari observasi lapangan, transect dan mapping
bersama perangakat desa Pajeng khususnya warga dukuhan Dodol yang kami
(kelompok KKN PAR) lakukan, ternyata ada problem yang sangat penting untuk
dibidik bersama warga dukuhan dodol yaitu masalah sampah. “Kenapa sampah
lebih penting dibanding masalah yang lainnya?”. Karena letak geografis desa
dekat dengan sungai, sehingga warga dengan mudah membuang segala macam kotoran
ke sungai yang berakibat sungai menjadi kotor dan menjadi sarang penyakit.
Disamping itu bisa berakibat banjir pada
desa yang berada di bawahnya karena desa Pajeng berada di dataran tinggi.
Sering kali masyarakat yang berada di dataran rendah
mengkritik masyarakat Pajeng akibat sampah yang ikut aliran sungai di desa
mereka.
Program penanggulangan sampah sudah dicanangkan oleh kelompok KKN
tahun 2011. Akan tetapi, hasilnya kurang maksimal dan tidak ada perubahan.
Oleh karena itu, kelompok KKN 2013 di desa lanjutan
berkeinginan untuk mengevaluasi dan merevitalisasi masalah sampah.[2]
Sebagai langkah awal bagi kami untuk mengetahui masalah
sampah, kami melakukan evaluasi dengan warga dukuhan Dodol dan perangkat desa Pajeng
untuk meneruskan dan merevitalisasi masalah sampah, agar sampah bisa menjadi
ekonomis bagi warga Pajeng khususnya dukuhan Dodol. Akhirnya
disepakati untuk memilah sampah organik dan anorganik serta membentuk struktur
kepengurusan baru.
Setelah memilih dan membentuk pengurus atau tim pengelola
sampah organik dan non organik bersama perangkat dan warga desa Pajeng,
akhirnya disepakati untuk sementara mengambil sample di dusun Dodol RT, 16-19, agar menjadi cerminan bagi
warga desa Pajeng. Setelah menemukan fokus sample, kami
juga mengadakan sosialisasi bersama tim
pengelola sampah ke empat RT tersebut yang kemudian memberikan penyadaran akan
pentingnya hidup sehat dan terbebas dari segala macam penyakit.
Langkah selanjutnya, kami
menggerakkan masyarakat untuk membangun Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) yang permanen dan mendapat dana dari kepala desa.
Sambil menunggu pembangunan TPA, kami juga membuat
pengumuman di tiap pintu
masuk RT 16-19 yaitu Pemulung Dilarang Masuk. Fungsinya adalah agar
sampah bisa dikelola oleh warga dukuhan Dodol sendiri, sekaligus memberikan
penyadaran bagi mereka bahwa sampah pun bisa bernilai ekonomis. Di sisi lain
TPA juga berfungsi untuk mengurangi pengangguran para pemuda desa Pajeng
khususnya warga dukuhan Dodol RT 16-19, sebab petugas pengelola sampah akan
diberi uang keringat, ujar Bapak Kades.[3]
Demi
memperlancar penanganan atau pengambilan sampah di
setiap rumah warga dukuhan Dodol, kami dan tim pengelola
sampah membagi-bagikan plastik ke tiap warga dengan dua warna,
yakni warna hitam dan merah. Warna hitam
untuk tempat sampah organik
dan merah untuk tempat sampah anorganik, masing-masing sekitar 400 biji. Setiap seminggu
sekali plastik tersebut akan diambil oleh petugas untuk dibawa ke TPA dan
dikelola serta dipilah kembali antara yang organik dan non-organik, agar
menjadi ekonomis dan hasilnya dimasukkan ke kas kebersihan, separuh atau
sebagian hasilnya untuk ganti keringat bagi petugas kebersihan, agar ada rasa
tanggung jawab dan berkesinambungan.[4]
B.
Revitalisasi
Semangat Pendidikan Non Formal Keagamaan
Masalah pendidikan non formal yang bersifat ke-Islaman
salah satunya adalah Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ)
yang sebenarnya masalah ini sudah pernah ditangani
kelompok KKN PAR tahun 2010. Sebagai bentuk aksinya dibentuk sebuah organisasi
yang diberi nama Forum Komonikasi Kepala Taman Pendidikan Al-Qur’an (FKK TPQ)
se-Desa Pajeng. Fungsinya adalah untuk mempererat ikatan tali silaturrahmi
sekaligus menaungi TPQ se-desa Pajeng, agar kegiatan dan masalah yang ada pada
TPQ bisa terorganisir dengan baik.
Namun, seiring berjalannya waktu FKK TPQ ini hanya
tinggal sebuah nama, sehingga kami kelompok KKN PAR tahun 2013 berkeinginan
untuk me-review kembali dengan mengundang
seluruh kepala TPQ dan tokoh masyarakat desa Pajeng yang di tempatkan di Masjid
Al-Akbar dengan jumlah peserta undangan 35 orang dengan rincian 17 kepala TPQ
dan selebihnya adalah para tokoh masyarakat desa Pajeng dengan tujuan agar FKK
TPQ dan TPQ yang ada di desa Pajeng hidup dan lebih maju kembali.
Dari pertemuan antar kepala TPQ dan tokoh masyarakat
se-Desa Pajeng membuahkan
hasil. Untuk aksi yang selanjutnya adalah mengundang semua wali santri yang
dikemas dalam acara silaturrahmi antar wali santri yang bertujuan agar ada
ikatan emosional antar Ustadz / Ustadzah dengan wali santri yang
nantinya untuk menumbuhkan rasa simpati antar keduannya (Guru dan wali santri).
Dari hasil pertemuan tersebut adalah membentuk iuran bulanan sebesar 2000 rupiah, untuk kebutuhan TPQ dan Ustadz /
Ustadzahnya.[5]
C.
Penyelenggaraan
Taman Baca Masyarakat (TBM)
Pada minggu pertama, kami fokus untuk mencari
tahu tentang pendidikan masyarakat Pajeng. Berbagai hal kami
lakukan, mulai dari wawancara ke rumah warga hingga warung kopi. Dari survei
dan wawancara tersebut, kami mengetahui bahwa sebagian besar masyarakat adalah
masyarakat buta aksara. Kesadaran mereka pada pendidikan masih sangat rendah, hal
itu dapat dibuktikan dengan minimnya
pendidikan di desa
Pajeng.
Jumlah Sekolah Dasar ada tiga, yaitu SDN I Pajeng,
SDN II Pajeng, dan SDN III Pajeng
dan terdapat satu Madrasah Islamiyah
(MI). Untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) hanya ada satu
yaitu SMP PGRI Pajeng
yang berlokasi di depan Balai Desa dan berdampingan dengan SDN I Pajeng. Untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) tidak
ada di Pajeng.
Pendidikan anak desa Pajeng kebanyakan
hanya berhenti di tingkat SD/MI, hanya sedikit
sekali yang meneruskan ke tingkat SMP dan SMA, apalagi meneruskan sampai
Perguruan Tinggi (PT). Dari
permasalahan tersebut maka muncullah ide dari kami untuk mendirikan Taman
Bacaan Masyarakat (TBM) yang tujuannya untuk mencerdaskan masyarakat Pajeng.
Hal itu kami lakukan untuk memancing masyarakat Pajeng agar sadar tentang
pentingnya budaya baca khususnya pendidikan di desa Pajeng. Alhamdulillah,
desa Pajeng diakui oleh
UPT Dinas Pendidikan kecamatan Gondang sebagai desa yang mengawali TBM
se-kecamatan Gondang secara resmi[6].
Ketika kami usulkan hal
tersebut kepada kepala desa (Kades) Pajeng, beliau sangat antusias bahkan
beliau mengusulkan agar sisa dana PNPM sekitar Rp 200.000.000,- (dua ratus
juta rupiah) dialokasikan untuk perkembangan TBM. Kemudian kami
mensosialisasikannya kepada tokoh masyarakat Pajeng, Alhamdulillah, mereka juga sangat
menyambut baik terkait penyelenggaraan TBM bahkan mereka juga langsung
menyumbangkan sebagian buku mereka pada TBM.
Masyarakat Desa Pajeng sangat welcome
mulai dari masyarakat kalangan bawah sampai kalangan atas – birokrasi
kecamatan, kabupaten dan tokoh masyarakat Pajeng serta para pendidik. Hal itu dibuktikan oleh hadirnya kepala Dinas UPT,
kepala sekolah, semua ketua RT dan pak lurah pada launching TBM.
TBM
bertempat di Gedung PKK atas
usulan bapak lurah, beliau
berpendapat tempat itu sangat strategis karena berdampingan dengan TK, SDN I Pajeng, dan SMP PGRI Pajeng.
Di samping itu ibu-ibu
bisa sambil baca buku ketika menunggu anaknya sekolah di TK.[7]
D.
Mengawal
Semangat Ekstrakurikuler Pendidikan Formal
Di desa Pajeng hanya terdapat
satu Madrasah Ibtida’iyah dan tiga Sekolah Dasar Negeri (SDN). Kegiatan Mengajar
dan Belajar (KMB) berjalan dengan lancar. Untuk permasalahan di SDN tidak
begitu ada masalah. Oleh karena itu, kami fokus pada permasalahan di MI.
Terdapat dua kegiatan ekstra
kurikuler di MI, yaitu pramuka dan Peraturan Baris Berbaris (PBB). Pramuka
dibina oleh pak Mulyadi selaku guru olah raga dan PBB dibina oleh Pak
Agus. Kedua kegiatan ektra tersebut
berjalan dengan lancar. Pramuka terjadwal hari Sabtu dan PBB terjadwal hari
Jum’at.
Kegiatan PBB tidak ada masalah, kegiatan
tersebut berjalan dengan lancar. Hasilnya pun cukup memuaskan.
Hal itu dibuktikan ketika upacara Paskibra tertata rapi dan teratur. Kegiatan kepramukaan pun terbilang bagus, hanya saja
kepramukaan di MI masih belum terdaftar di Gugus Depan (Gudep) sehingga tidak
ada perhatian dari pusat dan berakibat kurangnya informasi yang berhubungan
dengan kepramukaan[8].
Maka
dari itu, muncullah ide dari Penanggung Jawab (PJ) untuk mengusahakan agar
Pramuka MI bisa tefdaftar di Gudep[9].
Alhamdulillah pada akhirnya, dengan usaha
yang keras Pramuka MI Islamiyah
terdaftar di Gudep dan
mendapatkan nomor Gudep 25.068 / 25.069.
Tim PJ tidak berhenti disitu
saja, karena mereka berpikir agar Pramuka di MI bisa berkelanjutan pasca mereka
kembali ke Surabaya, untuk
itu mereka mengkomunikasikan MI Islamiyah dengan SMAN I Gondang. Setelah
mengadakan pertemuan
dengan Dewan Ambalan (DA) melalui pengurus Orientasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
di SMAN I Gondang maka didapatkan sebuah kesepakatan Dewan Ambalan SMAN I
Gondang siap berproses dan membina pramuka di MI Islamiyah dua kali dalam
sebulan.
BAB IV
CATATAN REFLEKSI
TENTANG KESADARAN MASYARAKAT
TERHADAP KEBERSIHAN
LINGKUNGAN DAN PENDIDIKAN
Kebersihan lingkungan
merupakan hal yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia dan merupakan unsur
yang fundamental dalam ilmu kesehatan dan pencegahan. Yang dimaksud dengan
kebersihan lingkungan adalah menciptakan lingkungan yang sehat sehingga tidak
mudah terserang berbagai penyakit seperti demam berdarah, muntaber dan lainnya.
Ini dapat dicapai dengan menciptakan suatu lingkungan yang bersih indah dan
nyaman.
Agama Islam juga mengajarkan mengenai
kebersihan lingkungan mencangkup kebersihan makan, kebersihan minum, kebersihan
rumah, kebersihan sumber air, pekarangan dan jalan. Ini semua sesuai dengan
hadits Nabi Muhammad SAW yaitu kebersihan adalah sebagian dari pada iman.
Bila sudah terbiasa menjaga
kebersihan maka jika melihat tempat yang tidak bersih perlu segera kita
bersihkan agar hilang dari pandangan mata. Semakin banyak kotoran yang
dibiarkan menumpuk semakin tidak baik untuk dilihat yang lebih bahaya lagi akan
mendatangkan berbagai penyakit atau wabah di sekitarnya.
Kebersihan dan keindahan
lingkungan selalu diidam-idamkan oleh penduduk di suatu tempat, khususnya yang
ada di desa Pajeng. Masyarakat Pjeng mempunyai peran penting dalam pelaksanaan
proses penanggulangan sampah. Dalam hal ini terfokus pada pemilahan sampah,
antara sampah organik dan sampah non organik. Meskipun telah disediakan TPA,
namun pada kenyataaanya masyarakat sekitar masih kurang memaksimalkannya dan
cenderung membuang sampah ke sungai karena mengambil gampangnya saja tanpa
memperdulikan dampaknya di masa mendatang. Karena dampaknya adalah banjir yang
dirasakan oleh daerah Sugihan dan Puguhrejo.
Kondisi yang sedemikian itu
karena kurang adanya greget dari para penduduk yang peduli terhadap
kelangsungan kebersihan lingkungan. Meskipun telah ada himbauan-himbauan yang
menegaskan tentang kebersihan lingkungan, namun nyatanya belum ada realisasi
yang menanggapi himbauan tersebut. Maka menindak lanjuti masalah ini dibentuklah
team yang menangani masalah sampah dan membangun TPA permanen guna
pemilahan antara sampah organik dan non organik, dimulai dari 4 RT yaitu dari
RT 16-19, berawal dari yang sedikit ini diharapkan mampu mempengaruhi RT lain
agar timbul kesadaran tentang peduli lingkungan.
Selain masalah sampah, di
Desa Pajeng ini terdapat beberapa TPQ yang
berjumlah 17, tetapi dari itu yang aktif hanya 8 TPQ dan ada persaingan
antar TPQ tersebut. Masih kurang adanya kualitas dari pihak pengajar
murid-murid TPQ dikarenakan adanya kendala pembagian waktu untuk mengajar, dan
yang tak kalah pentingnya ketika orang tua yang kurang mendukung anak-anak
untuk belajar mengaji dan mengajarkan shalat, maka dengan ini diadakanlah
pertemuan antar guru TPQ yang terbentuk dalam Forum Komunikasi Kepala TPQ yang
diadakan pada hari Sabtu, 09 Februari 2013 guna musyawarah antar mereka demi
kemaslahatan murid-murid yang belajar membaca Alquran dan menghilangkan persepsi
tentang persaingan tersebut.
Lain halnya dengan
peramasalahan yang ada di TPQ, di Pajeng masih terlihat minimnya minat baca masyarakat dikarenakan kurangnya fasilitas
yang menunjang dan tingginya tingkat buta aksara.
Dari TBM ini diharapkan bisa membuka jendela ilmu pengetahuan dan wawasan yang
akan memberi jalan terang dari ketidaktahuan akan pentingnya ilmu. Dengan ilmu
diharapkan bisa memecahkan permasalahan yang ada di Desa Pajeng khususnya
permasalahan sampah. Melihat permasalahan tentang pentingnya minat baca
masyarakat maka disediakanlah sarana dan
prasarana sesuai kebutuhan TBM dan masyarakat.
Kemudian Pramuka di MI Islamiyah
belum terdaftar gugus depannya dikarenakan kurangnya inisiatif untuk
mendaftarkan gugus depan di kwaran Gondang. Mengatasi permasalahan ini maka
kami membantu mendaftarkannya. Dalam proses mendapatkan nomor Gudep ini
terbilang sangatlah cepat karena bisa dilakukan dalam kurun waktu tiga hari.
Agar kegiatan ini berlanjut dalam jangka panjang maka kami mengkomunikasikan
kepada pihak Dewan Ambalan SMAN 1 Gondang menyepakati untuk membina dan
berproses di MI Islamiyah dua kali dalam sebulan.
Dengan peran teman-teman KKN
IAIN Sunan Ampel 2013, masyarakat Desa Pajeng bisa berubah seperti yang di
harapkan menjadi lebih baik. Karena sesungguhnya masalah terbesar yang ada
hanyalah kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya perubahan menjadi lebih
baik.
BAB V
CATATAN AKHIR
PROSES PENDAMPINGAN
MASYARAKAT
DALAM MENYELESAIKAN
PERMASALAHAN DI DESA PAJENG
Selama satu bulan tertanggal
22 Januari hingga 21 Februari 2013, kami peserta KKN PAR 2013 berperan serta
untuk memberdayakan masyarakat di Desa Pajeng Kecamatan Gondang Kabupaten
Bojonegoro. Di desa ini kami bersama masyarakat belajar bersama menjadikan desa
Pajeng agar lebih baik dari sebelumnya dan mencari problem solving akan
masalah-masalah yang ada di desa Pajeng. Dalam hal ini kami bersama masyarakat
saling berinteraksi untuk mencanangkan program yang sesuai dengan masalah dan
kebutuhan masyarakat Pajeng.
Kami selaku peserta KKN PAR
2013 di desa lanjutan telah mengevaluasi dan merevitalisasi masalah sampah yang
ada di desa Pajeng yang sebenarnya sudah terprogram sejak tahun 2011, akan
tetapi belum membuahkan hasil yang maksimal. Oleh karena itu kami melanjutkan
program untuk masalah sampah di desa Pajeng dan masalah sampah tersebut
merupakan fokus utama kami dalam tugas KKN PAR 2013 Kelompok 45 di desa Pajeng.
Selain masalah sampah, terdapat juga beberapa masalah lainnya, diantaranya
tentang Pendidikan Non Formal (TPQ), Taman Bacaan Masyarakat (TBM), dan Pramuka
di MI Islamiyah Pajeng.
Pajeng merupakan salah satu
desa yang terletak di kecamatan Gondang kabupaten Bojonegoro, dimana
pemandangan di sana sangat indah sekali. Dengan dikelilingi gunung-gunung yang
menjulang ke langit dan pepohonan yang elok dan menawan. Sungguh istimewa hidup
diantara keindahan alam itu. Akan tetapi, keindahan alam yang teristimewa itu
tidak diimbangi dengan kebersihan lingkungan di sekitar desa Pajeng. Hal ini
terbukti dengan banyaknya sampah dan kotoran yang berserakan di sungai-sungai,
selokan, lahan kosong, dan gunung-gunung.
Masyarakat belum menyadari
akan pentingnya kebersihan lingkungan dan dampak yang terjadi akibat pembuangan
sampah secara liar. Mereka menganggap bahwa membuang sampah di sungai merupakan
sesuatu yang sangat lumrah, bahkan sungai menjadi tempat pembuangan akhir dari
sampah di desa Pajeng. Masyarakat juga beranggapan bahwa membuang sampah di
sungai bukanlah suatu persoalan yang merugikan, malah itu menguntungkan bagi
masyarakat desa Pajeng karena menghemat waktu dan tenaga.
Permasalahan sampah menjadi
permasalahan utama di desa Pajeng. Oleh karena itu, kami bermaksud untuk
menjadikan desa Pajeng sebagai Desa yang sangat indah itu menjadi lebih indah,
lebih bersih, dan istimewa. Sebagai tahap awal, kami melakukan evaluasi bersama
masyarakat dan perangkat desa akan sampah yang menggunung di sungai serta
merevitalisasi kepengurusan atau tim pengelola sampah organik dan sampah
anorganik. Selanjutnya mengambil sampel yaitu RT 16-19 di dusun Dodol untuk
mencanangkan aksi dan melakukan sosialisasi masalah sampah bersama perangkat
desa (Kades) terhadap masyarakat. Berawal dari sampel yang sedikit ini diharapkan
dapat menjadi cermin bagi RT (masyarakat) lainnya untuk memberikan kesadaran
kepada masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan.
Sebagai aksi, kami bersama
perangkat desa menggerakkan masyarakat untuk membangun Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) sampah yang permanen dan mudah untuk dijangkau. Kami membantu masyarakat
dalam pembangunan TPA tersebut. Di samping itu kami juga membuat papan
pengumuman di tiap pintu masuk RT 16-19 yang bertuliskan Pemulung Dilarang
Masuk dengan tujuan agar sampah dikelola oleh masyarakat dusun Dodol dan
tidak di ambil oleh pemulung. Selain itu bertujuan untuk mengurangi
pengangguran pemuda yang ada di desa Pajeng khususnya masyarakat di dusun
Dodol. Dan setiap 1 bulan sekali diadakan kerja bakti untuk membersihkan lingkungan.
Semoga dengan adanya TPA yang
permanen ini masyarakat termotivasi untuk membuang sampah pada tempat yang
benar-benar tepat, menyadarkan bahwa pentingnya hidup bersih dari sampah, serta
terbebas dari banjir dan penyakit. Sesuai dengan tema perpisahan KKN PAR 2013
yaitu Pajeng ASRI (Aman, Sehat, Rapi, Indah).
Selain masalah sampah,
terdapat pula permasalahan mengenai TPQ.
Permasalahan yang ada di TPQ itu muncul dikarenakan tidak adanya dana
untuk kelangsungan berjalannya TPQ, minimnya tenaga kependidikan untuk TPQ,
Kurangnya kesadaran atau dukungan dari wali santri terhadap santrinya dan
kelangsungan TPQ, kurang adanya pertemuan antar TPQ dan antar tokoh agama.
Sebagai aksi, kami menghidupkan kembali FKK TPQ yang selama ini telah vakum
dengan mengundang seluruh kepala TPQ yang ada di Desa Pajeng untuk mencari
problem solving akan permasalahan tersebut yang diadakan pada hari Sabtu,
tanggal 09 Februari 2013 yang bertempat di Masjid Sabilul Mustaqim.
Dari pertemuan antar kepala
TPQ dan tokoh masyarakat se-Desa Pajeng membuahkan hasil untuk aksi yang
selanjutnya, yaitu mengundang semua wali santri yang dikemas dalam acara
silaturrahmi antar wali santri yang bertujuan, agar ada ikatan emosional antar
Ustadz / Ustadzah dengan wali santri yang nantinya untuk menumbuhkan rasa
simpati antar keduannya (Guru dan wali santri), dan hasil dari pertemuan
tersebut adalah membentuk iuran bulanan sebesar 2000 perbulan, untuk kebutuhan
TPQ dan Ustadz dan Ustadzahnya. Sedangkan untuk mengatasi minimnya tenaga kependidikan,
sesuai musyawarah antar kepala TPQ yaitu memanfaatkan tenaga yang ada yakni
meminta santri yang sudah lulus untuk membantu mengajar di TPQ.
Mengenai TBM, Sebagian besar
dari masyarakat di Desa Pajeng adalah masyarakat buta aksara. Hal ini
dikarenakan minimnya kesadaran masyarakat akan pentingya pendidikan dalam
kehidupan. Mayoritas pendidikan anak di Desa Pajeng hanya sampai SD, sedikit
yang melanjutkan pendidikannya ke SMP dan SMA apalagi melanjutkan ke Perguruan
Tinggi. Setelah lulus SMP biasanya mereka ada yang menjadi pengangguran, ada
yang menikah di usia dini, ada yang bertani. Hal ini dikarenakan tidak adanya
minat anak untuk melanjutkan sekolah lagi.
Dari permasalahan tersebut
kami (peserta KKN PAR 2013), perangkat desa, serta masyarakat sepakat untuk
mendirikan TBM (Taman Baca Masyarakat) di Desa Pajeng guna meningkatkan minat
anak untuk selalu belajar terutama membaca, dan yang paling penting adalah
untuk mencerdaskan masyarakat Desa Pajeng. Alhamdulillah, dengan waktu yang
singkat TBM tersebut didirikan secara resmi dengan nama TBM (Taman Bacaan
Masyarakat) Cahaya Ilmu yang bertempat di gedung PKK dengan terkumpulnya lebih
dari 100 judul buku. TBM tersebut launching (diresmikan) pada hari Rabu,
tanggal 20 Februari 2013. Desa Pajeng diakui oleh UPT Dinas Pendidikan
kecamatan Gondang sebagai desa yang mengawali TBM se-kecamatan Gondang secara
resmi.
Untuk permasalahan Pramuka di
MI Islamiyah Pajeng yakni belum terdaftarnya gugus depan. Padahal antusias
murid-murid MI Islamiyah Pajeng untuk mengikuti Pramuka sangatlah baik. Hal ini
dikarenakan tidak adanya inisiatif dari Dewan Guru dan Kepala Sekolah untuk
mendaftarkan gugus depan Pramuka. Sehingga kami membantu agar Pramuka di MI Islamiyah
terdaftar di Gudep dan juga membantu mencarikan pembina Pramuka agar dapat
terrealisasi dengan baik setelah kepulangan kami. Akhirnya dengan usaha yang
keras, Pramuka di MI Islamiyah terdaftar di Gudep dengan nomor Gudep 25.068 /
25.069 dan mendapatkan pembina yang siap membina Pramuka di MI Islamiyah
sebanyak 2 kali dalam 1 bulan.
Alhamdulillah, program dan
aksi dari penyelesaian masalah yang ada di Desa Pajeng telah berjalan dengan
lancar. Semoga semua yang telah kami bangun di sini bersama masyarakat dapat
terealisasi dengan baik dan di manfaatkan dengan baik pula, meskipun masa KKN
kami di desa Pajeng telah usai. Amin... amin... ya Rabbal ‘Alamin.....
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Isian Potensi dan Tingkat
Perkembangan Desa Pajeng Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro Tahun 2012.
Hasil observasi, transect, dan
evaluasi dengan warga dukuhan Dodol Minggu - Rabu tanggal 27-30 Februari 2013.
Hasil musyawarah bersama kepala desa dan
perangkatnya beserta warga dukuhan Dodol sebagai percontohan di dukuhan Dodol
tempat rumah Bapak Sutomo Senin tanggal 05 Februari 2013.
Hasil musyawarah bersama kepala Desa dan
perangkatnya beserta warga dukuhan Dodol sebagai percontohan.
Hasil transect dan FGD bersama
perangkat desa Pajeng dan warga dukuhan dodol senin sampai selasa tanggal 28-29
Januari 2013.
Koordinator TPQ kecamatan Gondang (Bapak
Ahmad Nuri), Tokoh masyarakat dan kepala TPQ se-Desa Pajeng di Masjid Al Akbar
(Sabilul Mustaqim) dusun Dodol Sabtu 09-02-2013 ba’da Isya’ jam 20:00 WIB Hasil
evaluasi bersama perangkat desa.
M.N. Taufiq, kepala UPT Dinas Pendidikan
Kec. Gondang, disampaikan pada launching TBM Tanggal 20 Februari 2013.
Wawancara
dengan Mbah mantan Lurah (65 tahun) pada hari Jum’at tanggal 01 Februari 2013, pukul 09.30.
Wawancara
dengan Bapak Muhsini (67 Tahun) pada hari Jum’at tanggal 01 Februari 2013 pukul
19.45.
Wawancara dengan Bapak Samiyo (50 tahun)
di dusun Dodol.
Wawancara dengan Bapak Shofwan di desa
Tegalan.
Wawancara dengan Bapak Sutomo di dukuhan
Dodol Senin 05 Februari 2013.
Wawancara dengan Kepala
Sekolah MI,
M Romadlon,
S. Pd. I
pada tanggal 13 Februari 2013.
Lampiran 1
POHON
MASALAH UTAMA
Lampiran 2
POHON
HARAPAN MASALAH UTAMA
Lampiran 3
Gambar 1.3 Kondisi
Geografi Dusun Bulu Jiwo
Lampiran 4
Gambar 1.4 Kondisi
Geografi Dusun Pajeng
Lampiran 5
Gambar 1.5 Kondisi Geografi Dusun Dodol
Lampiran 6
Hasil Wawancara
Semi Terstruktur Tentang Kebersihan Lingkungan
Identitas
:
1.
Nama :
Nunik
2.
Umur
: 28 tahun
3.
Tempat
tinggal : Dsn Dodol, Desa Pajeng,
Kec. Gondang
4.
Pekerjaan :
Petani
Informasi
Tentang Lingkungan:
-
Tidak
tersedianya tempat sampah umum sehingga warga disekitar membuang sampah pada
kali.
-
Pembakaran
sampah juga sering dilakukan warga
-
Pemisahan
sampah tidak dilakukan
-
Minimalnya
MCK dikarenakan warga sudah terbiasa buang air besar di kali
Harapan:
-
Sampah-
sampah dapat dikelola dengan baik
-
Ada
pengelola yang mengorganisasi sampah secara struktur
-
Ingin
punya MCK secara perk
Lampiran
7
Gambar 1.6 Sampah Berserakan
dimana-mana
Gambar
1.7 Proses pembangunan TPA di desa Pajeng
Lampiran 8
Gambar 1.8 Pertemuan
FKK TPQ yang Sempat Mati Suri
Gambar 1.9 Gerakan
Pramuka saat Lintas Medan
Gambar 1.10 Launching
TBM ( Taman Baca Masyarakat) Cahaya Ilmu
Lampiran 9
Pemanfaatan
Limbah Organik dan Anorganik
Bila tidak dikelola dengan
baik, sampah akan berbahaya bagi kesehatan manusia. Seperti kita ketahui,
tempat sampah sering menjadi tempat yang menyenangkan bagi hewan penyebar
penyakit, seperti lalat, nyamuk, tikus, dan kecoa. Selain itu, sampah yang
dibuang sembarangan, misalnya ke dalam selokan atau sungai, akan menghambat
jalannya aliran air. Sampah tersebut bertumpuk sehingga aliran air selokan atau
sungai tersumbat. Ketika curah hujan tinggi dan berlangsung lama, akan
mengakibatkan banjir.
Dalam istilah lingkungan,
sampah diartikan sebagai bahan yang terbuang atau dibuang dari hasil kegiatan
manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Namun, tidak
semua sampah tidak berguna. Beberapa jenis sampah masih dapat diolah sehingga
memiliki nilai ekonomi atau kegunaan lain bagi manusia. Untuk itu, kita perlu
memiliki pemahaman tentang sampah dan bagaimana pemanfaatan sampah organik yang ada di lingkungan.
Salah satu bentuk pengelolaan sampah adalah pembuatan pupuk kompos. Pembuatan
pupuk kompos dapat mengurangi masalah sampah sekaligus menciptakan nilai
ekonomi dari sampah.
Ø Jenis Sampah
Berdasarkan sifatnya, sampah dibagi menjadi
:
-
Sampah
organik : dapat diurai (degradable)
-
Sampah
anorganik : tidak terurai (undegradable)
Berdasarkan sumbernya, jenis sampah dibagi
menjadi :
-
Sampah
alam
-
Sampah
manusia
-
Sampah
konsumsi /dapur
-
Sampah
nuklir
-
Sampah
industri
-
Sampah
pertambangan
Cara Menangani Sampah
:
1.
Dipilah,
yaitu memisahkan antara sampah yang mudah membusuk dan sampah yang tidak mudah
atau sulit membusuk.
2.
Dibuat
kompos, setelah dipilah, sampah yang mudah busuk seperti bekas makanan dan
sayur-sayuran dapat diolah menjadi pupuk kompos. Didaur ulang, adapun sampah
yang tidak mudah membusuk, seperti plastik atau kertas, dapat diolah menjadi
barang yang dapat digunakan kembali atau dijual.
Ø Pemanfaatan Limbah Anorganik
Limbah atau sampah merupakan bahan buangan sebagai dampak dari eksploitasi
lingkungan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Ø Menurut golongannya sampah terbagi empat
kelompok, yaitu:
1.
Human
secreta, yaitu bahan buangan yang dikeluarkan dari dalam tubuh manusia dan
hewan, seperti keringat, feses ( kotoran zat padat ), dan urine ( kotoran zat
cair ).
3.
Refuse,
yaitu bahan sisa proses industri atau hasil sampingan kegiatan rumah tangga,
misalnya plastik, logam, botol, kayu bangunan, sisa sayuran, nasi bekas, daun
tanaman atau barang-barang buangan.
4.
Industri
waste, merupakan bahan buangan dari sisa-sisa proses industri seperti zat
pewarna, pelarut, limbah injeksi, dan lain-lain.
Sampah atau limbah yang kita hasilkan setiap hari, biasanya kita buang begitu
saja tanpa kita pilah-pilah. Hal ini mungkin karena kita tidak tahu atau
mungkin tidak mau tahu bahwa sampah tersebut dapat kita pilah-pilahkan menjadi
limbah organik dan anorganik yang dapat kita manfaatkan menjadi barang yang
berguna.
Limbah anorganik adalah
limbah yang berasal bukan dari makhluk hidup. Limbah anorganik ini memerlukan
waktu yang lama atau bahkan tidak dapat terdegradasi secara alami. Beberapa
limbah anorganik diantaranya styrofoam, plastik, kaleng, dan bahan gelas atau
beling. Salah satu pemanfaatan limbah anorganik adalah dengan cara proses daur
ulang (recycle). Daur ulang merupakan upaya untuk mengolah barang atau benda yang
sudah tidak dipakai agar dapat dipakai kembali. Beberapa limbah anorganik yang
dapat dimanfaatkan melalui proses daur ulang, misalnya plastik, gelas, logam,
dan kertas.
1.
Limbah
Plastik
Limbah plastik biasanya digunakan sebagai
pembungkus barang. Plastik juga digunakan sebagai perabotan rumah tangga
seperti ember, piring, gelas, dan lain sebagainya. Keunggulan barang-barang
yang terbuat dari plastik yaitu tidak berkarat dan tahan lama. Banyaknya
pemanfaatan plastik berdampak pada banyaknya sampah plastik. Padahal untuk
hancur secara alami jika dikubur dalam tanah memerlukan waktu yang sangat lama.
Cobalah kalian kubur sampah plastik selama beberapa bulan, kemudian gali lagi
penutup tanahnya dapat dipastikan bahwa plastik tersebut akan tetap utuh.
Karena itu, upaya yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan limbah plastik untuk
didaur ulang menjadi barang yang sama fungsinya dengan fungsi semula maupun
digunakan untuk fungsi yang berbeda. Misalnya ember plastik bekas dapat didaur
ulang dan hasil daur ulangnya setelah dihancurkan dapat berupa ember kembali
atau dibuat produk lain seperti sendok plastik, tempat sampah, atau pot bunga.
Plastik dari bekas makanan ringan atau sabun deterjen dapat didaur ulang menjadi
kerajinan misalnya kantong, dompet, tas laptop, tas belanja, sandal, atau
payung. Botol bekas minuman bisa dimanfaatkan untuk membuat mainan anak-anak.
Sedotan minuman dapat dibuat bunga-bungaan, bingkai foto, taplak meja, hiasan
dinding atau hiasan-hiasan lainnya.
2.
Limbah
Logam
Sampah atau limbah dari bahan logam seperti
besi, kaleng, alumunium, timah, dan lain sebagainya dapat dengan mudah
ditemukan di lingkungan sekitar kita. Sampah dari bahan kaleng biasanya yang
paling banyak kita temukan dan yang paling mudah kita manfaatkan menjadi barang
lain yang bermanfaat. Sampah dari bahan kaleng dapat dijadikan berbagai jenis
barang kerajinan yang bermanfaat. Berbagai produk yang dapat dihasilkan dari
limbah kaleng di antaranya tempat sampah, vas bunga, gantungan kunci, celengan,
gift box, dan lain-lain.
3.
Limbah
Gelas atau Kaca
Limbah gelas atau kaca yang sudah pecah
dapat didaur ulang menjadi barang-barang sama seperti barang semula atau
menjadi barang lainseperti botol yang baru, vas bunga, cindera mata, atau
hiasan-hiasan lainnya yang mempunyai nilai artistik dan ekonomis.
4.
Limbah
Kertas
Sampah kertas kelihatannya memang mudah
hancur dan tidak berbahaya seperti sampah plastik. Namun walau bagaimanapun
yang namanya sampah pasti menimbulkan masalah jika berserakan begitu saja.
Sampah dari kertas dapat didaur ulang baik secara langsung ataupun tak
langsung. Secara langsung artinya kertas tersebut langsung dibuat kerajinan
atau barang yang berguna lainnya. Sedangkan secara tak langsung artinya kertas
tersebut dapat dilebur terlebih dahulu menjadi kertas bubur, kemudian dibuat
berbagai kerajinan.
Hasil daur ulang kertas banyak sekali
ragamnya seperti kotak hiasan, sampul buku, bingkai photo, tempat pinsil, dan
lain sebagainya.
[1]Hasil transec dan FGD bersama perangkat desa Pajeng dan warga dukuhan dodol
senin sampai selasa 28-29 Februari 2013
[2]Hasil observasi, Transect, dan evaluasi dengan warga dukuhan Dodol Minggu -
Rabu 27-30 Februari 2013.
[3]Hasil musyawarah bersama kepala Desa dan perangkatnya beserta warga dukuhan
Dodol sebagai percontohan. Di dukuhan Dodol temapt rumah Bapak sutomo Senin , 05 Februari 2013.
[4]Ibid.
[5]Hasil evaluasi bersama perangkat desa, koordinator TPQ kecamatan Gondang
(Bapak Ahmad Nuri), Tokoh masyarakat dan kepala TPQ se-Desa Pajeng di Masjid Al
Akbar (Sabilul Mustaim) dusun Dodol sabtu 09-02-2013 ba’da Isya’ jam 20:00 WIB
[6]M.N. Taufiq, kepala UPT Dinas Pendidikan Kec. Gondang,
disampaikan pada Launching TBM Tgl 20
Februari 2013.
[7]Disampaikan ketika launching TBM Tgl 20 Februari 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar