Rabu, 06 Maret 2013

MENYINGKAP PROBLEMATIKA DESA PAJENG KECAMATAN GONDANG KABUPATEN BOJONEGORO


BAB I
MENYINGKAP PROBLEMATIKA DESA PAJENG

A.    Selayang Pandang Kondisi Geografis dan Sosial Desa Pajeng
Pajeng merupakan sebuah desa yang terletak di kecamatan Gondang yang berada di wilayah kabupaten Bojonegoro propinsi Jawa Timur. Wilayah ini berbatasan dengan kabupaten Nganjuk di bagian selatan tepatnya berada di dataran tinggi sekitar 700 meter di atas permukaan laut.
Kecamatan Gondang terbagi menjadi tujuh desa yang salah satunya adalah desa Pajeng. Luas wilayah desa Pajeng sekitar 262.850 m2 yang terdiri dari tanah pemukiman, pekarangan, persawahan, hutan, dan sarana lainnya. Desa ini mempunyai kondisi alam yang sangat indah  dan dikelilingi gunung, hutan, dan persawahan. Namun, desa ini masih ada kekurangan dalam hal estetika lingkungan misalnya tempat pembuangan sampah atau limbah dari rumah tangga yang kurang efektif.
Secara administratif, desa Pajeng kecamatan Gondang terdiri dari tiga dusun yang terbagi dalam 30 RT dan 7 RW, sebagai berikut:

  1. Dusun Dodol
Dusun ini merupakan dusun pusat dan paling padat pemukimannya di desa Pajeng karena merupakan jalan utama dari kabupaten Nganjuk menuju kabupaten Bojonegoro. Dusun ini terdiri dari 7 RT dan 4 RW di pimpin oleh Kepala Dusun atau biasa disebut Kamituwa. Dusun ini terbagi lagi dalam beberapa dukuhan antara lain Brendo, Bringasan, Tegalan, Muthu’an dan Dodol.
  1. Dusun Pajeng
Dusun ini berada sekitar 2 km dari jalan utama dusun Dodol, jalan menuju dusun ini telah dipaving sekitar 1 km sedangkan sisanya masih Makadaman. Dusun Pajeng yang dipimpin oleh seorang Kamituwa yang terdiri dari 1 RW dan 7 RT yang terbagi atas dukuhan Pajeng yang terdaftar secara administratif serta dukuhan Muthu’an Pajeng dan Tegalsari yang belum terdaftar secara administratif.
  1. Dusun Bulu - Jiwo
Dusun Bulu - Jiwo terdiri dari 5 RT dan 2 RW yakni RT 25 hingga RT 30 yang diketuai oleh kepala dusun Sunyoto. Dusun Bulu terdiri dari 2 pedukuhan yaitu dukuh Bulu dan dukuh Jiwo. Letak geografis dusun Bulu berbatasan dengan desa Soko kecamatan Temayang tepatnya di sebelah timur. Dusun Bulu memiliki kekayaan alam yang indah, yaitu gunung yang mengelilingi dusun Bulu, dengan batas sebelah utara gunung Mujo, sebelah selatan gunung Ngonga’, dan gunung Kol.

B.     Demografi
  1. Data Penduduk desa Pajeng
a)      Jumlah penduduk secara keseluruhan yakni 3879 orang dengan total jumlah laki-laki 1919, jumlah perempuan 1960 dengan jumlah kepala keluarga 1112, penduduk dengan umur 0-12 bulan berjumlah 35 orang, 1-9 tahun berjumlah 156 orang. Dan yang berumur > 56 tahun berjumlah 636 orang.
b)      Taraf pendidikan rata-rata masyarakat Pajeng adalah berhenti sampai tingkat SLTP, walaupun ada beberapa yang melanjutkan ke jenjang SLTA, dan perguruan tinggi.
c)      Sebagian besar masyarakat desa Pajeng adalah petani, dan sebagian kecil jumlah masyarakat yang berternak, mountir, TNI dan sebagian pegawai negeri sipil. Penduduk desa Pajeng rata-rata sudah bekerja sejak usia 18- 56 tahun.
d)     Untuk agama yang dominan di sini adalah agama Islam walaupun ada beberapa yang beragama non muslim, yakni beragama Kristen yang berjumlah 6 orang.
e)      Untuk pendidikan formal di desa Pajeng ini terdapat 3 SD, 1 MI, 1 SMP, dan 1 Paud di setiap pedukuhan. Dan terdapat 8 TPQ sebagai bentuk dari pendidikan non formal desa Pajeng.
f)       Untuk sarana prasarana bidang kesehatan di desa Pajeng terdapat 1 puskesmas, 1 klinik bidan dan 6 posyandu.
Gambar 1.1 Diagram Rekapitulasi Usia Penduduk Desa Pajeng
  1. Sosial Masyarakat
Di desa Pajeng terdapat kegiatan sosial masyarakat yang masih jarang diterapkan oleh desa lain. Salah satunya yaitu Rukun Kematian. Rukun kematian adalah suatu organisasi yang dibentuk oleh salah satu dari RT pada tahun 1985 dan saat ini kegiatan tersebut semakin berkembang. Bentuk dari kegiatan rukun kematian tersebut diantaranya yaitu terwujudnya sikap tenggang rasa warga desa Pajeng untuk berbela sungkawa terhadap warga yang terkena musibah keluarganya meninggal dunia. Tujuan dari rukun kematian adalah meringankan beban pada warga desa Pajeng dalam merawat jenazah yang dalam pengkhususannya pada warga masyarakat yang kurang mampu.


           







Gambar 1.2 Diagram Venn Sosial Masyarakat Desa Pajeng
Dari Diagram Venn sosial masyarakat ini dapat disimpulkan bahwa pekerjaan utama masyarakat di desa Pajeng adalah bertani, karena masyarakat lebih mengandalkan lahan sawah sendiri maupun lahan sewa dari milik perhutani. Untuk aliran keagamaan di desa Pajeng, NU sangatlah kental dan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, sedangkan untuk aliran muhammadiyah jumlahnya tidak terlalu banyak. Hal tersebut tidak berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat di desa Pajeng.
Selanjutnya di desa Pajeng terdapat LDII (lembaga Dakwah Islam Indonesia), akan tetapi lembaga tersebut kurang berpengaruh terhadap desa Pajeng. Selain dari agama Islam di desa Pajeng, terdapat agama non muslim, yaitu kristen yang dianut hanya segelintir warga dan bisa dihitung dengan tangan serta tak berpengaruh terhadap pemikiran warga disekitar dusun Dodol.
Untuk kegiatan sosial warga di desa Pajeng yaitu adanya kegiatan keagamaan TPQ  (Taman Pembelajaran Al-Qur’an) di masjid dan mushola setelah sholat Ashar hingga sebelum Magrib. Mayoritas yang mengikuti TPQ adalah anak-anak umur  7 tahun hingga 14 tahun. Setelah khatam dari TPQ, para santri tersebut kurang berminat menjadi tenaga pengajar. Sehingga untuk perkembangan TPQ di desa Pajeng masih pasang surut, disamping itu dari wali santri di TPQ kurang mendukung, khususnya untuk masalah finansial. Terkadang ada wali murid yang mendukung untuk finansial akan tetapi itupun menjadi bahan sindiran dari masyarakat. Sehingga perkembangan di TPQ banyak yang mengalami pasang surut.
Di desa Pajeng terdapat Remas, Karang taruna dan Pencak silat, kegiatan tersebut di desa Pajeng masih kurang aktif, karena kegiatan tersebut akan terlihat bila adanya hari-hari besar seperti hari besar Islam dan 17 Agustusan. Dan untuk pengaruh  sosial keagamaan di desa Pajeng khususnya pada aparatur desa Pajeng semua kegiatan sosial yang dilakukan oleh masyarakat akan ditangani oleh aparatur desa agar semua kegiatan berjalan dengan kondusif dan lancar.

C.    Problematika Desa Pajeng
Kami dari tim KKN yang ditugaskan untuk belajar bersama dan berpartisipasi dengan masyarakat desa Pajeng, banyak menemukan berbagai macam permasalahan yang perlu diselesaikan bersama.
Dari permasalahan-permasalahan yang ditemukan, tidak semua masalah bisa kami selesaikan dalam waktu yang singkat. Namun setelah kita bermusyawarah bersama masyarakat dan perangkat desa tentang masalah-masalah yang kita temukan bersama, kami mempunyai kesepakatan bersama masyarakat untuk menanggulangi beberapa masalah yang diantaranya adalah masalah sampah yang mana permasalahan tersebut sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat desa Pajeng.
Menurut penuturan dari bapak Dedi Kristiawan ketika bermusyawarah bersama kami tim KKN, masyarakat desa Pajeng rata-rata dalam pembuangan sampah sembarangan, terutama pada masalah yang paling diresahkan yakni mereka membuang sampah di sungai yang sungai tersebut mengalir menuju desa yang berada di bawah desa Pajeng, yakni desa Sugihan dan Poka’ Puguh Rejo. Dari masalah inilah masyarakat desa Pajeng mendapatkan teguran dan peringatan dari desa-desa yang berada di dataran rendah, terutama desa sugihan yang paling besar menerima dampak dari sampah yang disebabkan oleh masyarakat desa Pajeng.
Selain dari inti masalah sampah tersebut di atas kami dari tim KKN juga bersama masyarakat bermusyawarah dan menyelesaikan permasalahan FKK TPQ  yang dulu pernah dibentuk tim KKN tahun 2010 yang fakum dan tidak berkembang, maka kami pun berupaya dan menghidupkan kembali FKK TPQ yang sudah terbentuk dan berjalan seperti yang diinginkan. Vakumnya FKK TPQ menyebabkan program yang sudah pernah dibentuk tidak berjalan, kegiatan di masing-masing TPQ juga statis, hal ini menyebabkan minat mengaji dari masing-masing santri menurun, sehingga sangat sedikit sekali anak-anak atau masyarakat desa Pajeng yang masih mau mengaji.
Masalah-masalah yang ada di desa Pajeng begitu banyaknya, selain permasalahan yang sudah disebutkan di atas masih banyak lagi problem yang menurut kami perlu kami selesaikan yaitu lemahnya para generasi penerus di desa Pajeng untuk membiasakan membaca. Minimnya pengetahuan dalam segala hal akan berdampak negatif pada perkembangan suatu masyarakat, baik dalam aspek perekonomian, budaya, agama maupun pendidikan tidak akan berkembang tanpa pengetahuan. Salah satu cara memperoleh pengetahuan adalah dengan membaca. Tetapi kenyataannya, tidak ada sama sekali fasilitas yang mendukung tercapainya suatu kegiatan membaca tersebut di desa Pajeng.
Di desa Pajeng, untuk melanjutkan tingkat pendidikan yang lebih tinggi (SMA sederajat) harus pergi ke kecamatan yang jaraknya berkilo-kilo atau bahkah ke kabupaten Nganjuk, apalagi untuk akses buku atau internet, sangat jauh sekali jarak yang harus ditempuh. Hal ini menyebabkan minat baca dari masyarakat sangat kurang. Hal pertama yang mendasari adalah kurangnya fasilitas, kemudian akses masuknya pengetetahuan juga sangat sulit, padahal masyarakat desa Pajeng sangat berpotensi. Sayang sekali ketika potensi tersebut tidak dikembangkan.
Sehingga kami dari tim KKN berinisiatif untuk mengajak dan bermusyawarah bersama masyarakat untuk membangun para generasi penerus di desa Pajeng yang cerdas dan berwawasan tinggi dalam segala hal terutama pada aspek SDM, membentuk SDM masyarakat Pajeng yang berkualitas. Akhirnya kami dan masyarakat bekerjasama berinisiatif untuk membentuk Taman Baca Masyarakat (TBM).
Dari berbagai masalah yang ada di desa Pajeng, kami tidak lupa berpartisipasi dan belajar bersama di bidang pendidikan. Kami dari tim KKN bermusyawarah dan bekerjasama untuk kemajuan ekstrakurikuler yang berada di tingkat pendidikan dasar, kemudian kami pun berfokus pada salah satu sekolah pendidikan dasar yakni di MI nya. Karena di MI Islamiyah Pajeng ini, muridnya sangat antusias terhadap kegiatan pramuka namun belum terdaftarnya gugus depan kepramukaan di MI ini menyebabkan kegiatan ekstra pramuka di MI kurang berkembang.


Matrik Rangking Masalah Utama

TOPIK UTAMA
KEBERSIHAN LINGKUNGAN
FKK TPQ
TBM
PRAMUKA MI
Masalah
Sampah
Kesejahteraan guru
Kebutaan masyarakat terhadap aksara
Tidak terdaftarnya Gudep MI
Potensi
-          Sungai
-          Pekarangan
-          Ilmu
-          Murid
-          Adanya dana
-          Tempat yang tersedia
-          Semangat siswa untuk berpramuka
Sebab
-          Tingkat kesadaran masyarakat
-          Kurang dan rusaknya sarana
-          Tingkat kesadaran walimurid
-          Jarak tempuh yang jauh
-          Minimnya tingkat pendidikan
-          Kurang sadarnya masyarakat untuk membaca
-          Minimnya pengetahuan adminitratif sekolah terhadap kepramukaan
Akibat
-          Lingkungan yang kurang sehat dan kotor
-          Rawan penyakit
-          Tempat sarang nyamuk
-          Kenakalan diusia dini
-          Kerepotan ulama’ dalam membimbing
-          Tidakbisa membaca
-          Redupnya kondisi masyarakat terhadap informasi dunia
-          Tidak terdaftar ditingkat Kwaran
Manfaat
-          Lingkungan bersih dan sehat
-          Mensejahterakan guru TPQ
-          Mengurangi Kenakalan Remaja
-          TerbangkitnyaSDM masyarakat desa Pajeng
-          Mencerdaskan masyarakat
-          Mendapatkan langsung dari pusat untuk hal kepramukaan
Harapan
-          Adanya sarana pengolahan sampah organik dan anorganik
-          TPA yang memadai
-          Menjadi masyarakat yang berakhlakul karimah
-          Membangun Dan Mencerdaskan SDM Putra-Putri Penerus Desa Pajeng
-          Meningkatkan SDM yang tinggi
-          Kedisiplinan tertanam pada usia dini

Tabel. 1.1 Matrik Rangking Masalah Utama



BAB II
DINAMIKA PROSES PERENCANAAN
PEMECAHAN PROBLEM

A.      Membangun Kesadaran Perilaku Sehat dan Bersih
                   Kebersihan lingkungan merupakan permasalahan utama di desa Pajeng. Hal ini terbukti dengan banyaknya sampah yang berserakan serta tidak adanya tempat sampah yang tersedia pada tiap rumah warga. Tidak ada sarana yang mendukung warga untuk terbiasa hidup dalam lingkungan bersih menjadikan warga tidak termotivasi untuk hidup bersih dan sehat.
                   Membuang sampah di sembarang tempat khususnya di sungai merupakan suatu tradisi bagi masyarakat yang sulit dihilangkan. Warga menganggap bahwa dengan cara tersebut bisa menyelesaikan masalah sampah yang menumpuk di rumahnya, tetapi mereka tidak tahu bahwa hal tersebut sangat berbahaya bagi warga sekitar sungai. Pencemaran dari limbah sampah yang di buang warga dapat mengakibatkan penyakit bahkan banjir.
                   Penyebab dari permasalahan tentang kesehatan yang terjadi di desa Pajeng adalah tingkat kesadaran masyarakat yang masih kurang terhadap lingkungan sekitar baik dalam kegiatan sehari-hari misalkan membuang sampah di sungai-sungai maupun di lahan kosong. Hal ini berakar pada minimnya masyarakat terhadap pola hidup bersih dan sehat, fakta tersebut didukung oleh fakta dimana masyarakat kurang sadar akan bahaya yang dimunculkan dari kebiasaan buruk tersebut.
                   Penyebab selanjutnya adalah kurang aktifnya aparat desa dalam menanggapi masalah kebersihan lingkungan di desa Pajeng. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya instruksi langsung terkait dengan kebersihan lingkungan, misalnya diadakannya kerja bakti bulanan untuk membersihkan lingkungan. Vakumnya kader lingkungan yang sudah terbentuk oleh peserta KKN tahun sebelumnya juga menambah khazanah penyebab permasalahan.
                   Penyebab terakhir yang menjadi masalah terhadap kebersihan lingkungan adalah kurang dan rusaknya sarana maupun prasarana yang mendukung mereka untuk hidup bersih dan sehat. Adanya TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang dibuat oleh peserta KKN tahun lalu, tidak termanfaatkan dan tidak terawat, karena lokasi TPA yang cukup jauh dari rumah warga, sehingga warga lebih suka membuang sampah ke sungai atau lahan kosong dekat rumahnya. Alasannya selain menghemat waktu juga menghemat tenaga.
                   Dari beberapa penyebab permasalahan tersebut dapat digambarkan suatu akibat yang ditimbulkan oleh perilaku tidak peduli lingkungan, yang pertama berdasarkan informasi dari bidan Dian, yakni wabah hydrocepallus akibat dari tercemarnya lingkungan, yang kedua sarang nyamuk merupakan efek dari pembuangan sampah secara sembarangan di sungai yang berakibat pada tumbuhnya penyakit DBD. Memang warga desa Pajeng tidak merasakan langsung dampak dari aktifitas tersebut, karena letak desa Pajeng di atas pegunungan sehingga yang mendapatkan efek langsung adalah daerah di bawahnya. Misalkan daerah Puguhrejo (Poka’) pernah terjangkit DBD, hal tersebut juga dikarenakan banyaknya sampah yang menggenang di aliran sungai mereka sehingga menjadi sarang nyamuk.
                   Yang menjadi pusat masalah dari segala permasalahan adalah sampah, baik dari jenis organik maupun anorganik. Penyebab utamanya adalah dari kebiasaan masyarakat itu sendiri, kurang aktifnya aparatur desa dalam menyikapi masalah kebersihan lingkungan, serta tidak adanya sarana prasarana, kalaupun ada kondisinya sangat tidak layak. Akibatnya, pencemaran lingkunganlah yang terjadi dan munculnya berbagai penyakit. Dari realitas penyebab dan akibat permasalahan sampah di desa Pajeng, maka harapan yang diinginkan oleh masyarakat agar permasalahan tentang sampah bisa teratasi adalah dengan mengolah dan memanajemen sampah sedemikian hingga menjadi sampah yang bermanfaat.
                   Ketersediaan tempat sampah di tiap rumah menjadi indikasi bahwa lingkungan tersebut bersih dan sehat. Lingkungan dikatakan bersih dan sehat jika tidak ada sampah yang berserakan, hal ini terwujud jika masyarakat sadar diri akan lingkungan, dan aktifnya aparat desa dalam memantau warganya untuk menjaga lingkungan bersama, juga mendukungnya sarana prasarana yang memadai serta memaksimalkan kader lingkungan yang telah terbentuk.
                   Untuk memecahkan masalah tersebut kelompok KKN bersama warga melakukan diskusi, di rumah salah satu RW di dukuhan muthuk. Keinginan mewujudkan lingkungan bersih dengan pengolahan sampah yang teratur dan terbangunnya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Desa Pajeng, tentunya kami masih harus merundingkan degan tokoh masyarakat dan kader lingkungan yang telah dibentuk. Dimulai dengan mengadakan sosialisasi di empat RT yang telah ditunjuk oleh lurah setempat. Hasil yang disepakati bersama warga dan kader lingkungan, yang pertama tentang pengolahan sampah yakni pemisahan antara sampah organik dan anorganik. Untuk penanggulangan sampah ini, tidak dilakukan di semua dusun, tetapi mengambil beberapa RT sebagai percontohan. RT yang diambil adalah RT 16, 17, 18, dan 19. Sebagai RT percontohan diharapkan dapat merangsang RT lain untuk melakukan hal yang sama. Pengambilan sampah dilakukan tiga hari untuk permulaan, jika dirasa tiga hari belum memenuhi kuota maka dilakukan empat hari sekali oleh tim (kader lingkungan).
                   Untuk sampah organik ditaruh dalam kantong plastik hitam, untuk sampah anorganik dibungkus dengan plastik warna merah, dan untuk sampah jenis barang pecah belah (beling) diletakkan dalam karung (sak). Kemudian oleh tim pengambil dibawa ke TPA. Karena TPA yang lama sangat tidak layak pakai, maka dibuat TPA baru. Untuk pengolahan sampah anorganik yang masih layak diolah, yang biasanya oleh warga dijual atau ditukar pada rombeng keliling, oleh tim akan diolah sendiri.
                   Setiap satu bulan sekali diadakan kerja bakti lingkungan. Untuk meningkatkan motivasi warga tentang kebersihan diberikan penghargaan dan reward untuk lingkungan yang paling bersih, setiap tahun untuk daerah yang paling bersih digratiskan MCK.
                   Sampah tidak selamanya berupa limbah yang tidak memiliki nilai sama sekali, sampah juga bisa menghasilkan nilai ekonomi bagi masyarakat apabila diolah menjadi produk bermanfaat.
                   Program ini hampir mirip dengan program bank sampah yang biasanya dilakukan di kota-kota besar dalam pengelolaan sampah. Merupakan salah satu bagian terjemahan dari Gerakan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle). Namun untuk menuju pada program bank sampah ini kami rasa masih terlalu jauh, hal yang paling sederhana dan mudah dilaksanakan sebagai awal pembentukan kebiasaan masyarakat adalah seperti yang telah dipaparkan di atas.

B.       Dinamisasi Pendidikan Non Formal Keagamaan
                   Salah satu permasalahan yang kami temukan di desa Pajeng adalah tidak terkondisikannya pendidikan non formal keagamaan. Dulu permasalahannya adalah belum terbentuknya lembaga pendidikan non formal pada lingkup pendidikan Al Qur’an atau TPQ (Taman Pendidikan Qur’an). Seiring perkembangan zaman dan berjalannya waktu, setiap dukuhan di desa Pajeng sudah terbentuk yang namanya TPQ, yang bertempat di masjid atau mushola yang ada di tiap dukuhan. Pada tahun 2010 ada mahasiswa KKN dari IAIN Sunan Ampel Surabaya membentuk suatu wadah untuk mempererat silaturahmi antar TPQ dengan nama FKK TPQ (Forum Komunikasi Kepala TPQ) se desa Pajeng.
                   FKK TPQ tersebut diketuai oleh Pak Yus dari dusun Bulu. Setelah terbentuknya FKK TPQ tersebut, ada beberapa program yang berjalan tetapi hanya beberapa minggu saja, setelah mahasiswa KKN pulang, forum tersebut stagnan. Penyebabnya adalah rendahnya komunikasi pengurus yang sudah terbentuk. Akibatnya terjadi kesenjangan sosial dan golongan antar TPQ, karena dari masing-masing TPQ ingin menonjolkan diri, lembaga TPQ dijadikan wahana untuk persaingan kepentingan pribadi. Hal tersebut diperoleh dari hasil diskusi salah seorang warga Dusun bulu, Yaitu Mbak Lina salah satu guru TPQ yang tinggal di dusun Bulu. Salah satu hal mendasar yang menjadi penyebab persaingan adalah faktor biaya.
                   Setelah mencari informasi lebih lanjut, kurang berkembangnya lembaga pendidikan non formal keagamaan khusunya TPQ adalah karena tidak adanya motivasi. Berdasarkan penuturan dari Bapak Samiyo salah satu pengasuh TPQ di dukuh muthukan, minat anak mengaji sangat minim, hal tersebut karena kurangnya dorongan dari orang tua, apalagi anak seusia SMP atau MTs karena SMP di Pajeng hanya ada satu dan proses pembelajarannya dilakukan pada waktu sore hari bersamaan dengan jam belajar mengaji. Sudah dilakukan langkah untuk mengantisipasi hal tersebut, yakni untuk yang SMP belajar mengajinya bisa pada malam hari ba’da maghrib, akan tetapi hal tersebut juga tidak berjalan dengan lancar. Karena yang berangkat juga hanya ada dua atau tiga orang saja.
                   Dari keterangan warga tersebut, kelompok ini menyimpulkan bahwa salah satu masalah utama yang ada di desa Pajeng terletak pada sektor pendidikan non formal.
                   Untuk memunculkan kembali semangat para ustad ustadzah TPQ, serta menjalin silaturrahim yang terhenti antar pengurus TPQ, maka kelompok kami berinisiatif memfasilitasi pertemuan antar guru-guru TPQ se desa Pajeng untuk merencanakan kembali program-program yang terhenti. Harapan dari kelompok kami adalah dengan adanya pertemuan tersebut bisa menampung aspirasi para guru TPQ yang sebelumnya terjadi miskomunikasi serta memperbaiki manajemen dari struktur yang sudah terbentuk.
                  
C.      Merintis Masyarakat Gemar Membaca
Dari berbagai masalah yang telah disebutkan di atas, yang tidak kalah penting adalah masalah pengetahuan. Mayoritas penduduk desa Pajeng usia 40 tahun ke atas, buta huruf atau tidak bisa membaca. Secara umum pengetahuan masyarakat desa Pajeng tentang segala perkembangan informasi hanya bersumber pada perlengkapan elektronik berupa televisi. Dapat dikatakan minat dan keinginan masyarakat desa untuk mendapatkan informasi dari sumber-sumber lain sangat kurang. Masyarakat Desa Pajeng, sebagai masyarakat area pegunungan memang memiliki etos kerja serta kegiatan di persawahan atau ladang yang cukup tinggi. Dimana waktu pagi dan sore hari masyarakat sebagian besar berada di persawahan atau tegalan untuk mengurusi serta bercocok tanam. Itulah mengapa televisi menjadi satu-satunya sumber informasi yang dapat masyarakat gunakan.
Tidak salah memang jika masyarakat memanfaatkan televisi sebagai sumber informasi, tetapi perlu adanya sumber informasi tambahan yang dapat meningkatkan pengetahuan sekaligus meningkatkan kegiatan dan kebiasaan positif bagi masyarakat, terutama bagi kalangan remaja yang masih bersekolah dan menuntut ilmu. Sehingga nantinya diharapkan pengaruh-pengaruh negatif dari televisi tidak terlalu banyak berpengaruh bagi perkembangan keilmuan dan pengetahuan masyarakat pelajar.
Minimnya minat membaca masyarakat disebabkan oleh belum ada yang memfasilitasi terkait hal tersebut. Hal ini terbukti dengan tingkat pendidikan formal yang ada di desa Pajeng. Jenjang pendidikan formal terakhir yang ada di desa Pajeng adalah tingkat SMP, itupun swasta dan gedungnya masih jadi satu dengan SDN Pajeng I. Ketika masyarakat Pajeng ingin melanjutkan studinya ke jenjang SMA atau yang sederajat, mereka harus pergi ke Gondang atau bahkan Nganjuk.
Untuk meminimalisir masalah kurangnya pengetahuan tersebut, maka kelompok kami berencana memunculkan TBM (Taman Bacaan Masyarakat) guna memfasilitasi masyarakat dalam memperoleh pengetahuan dan informasi. Program ini menindak lanjuti kegiatan masyarakat yakni gerakan pemberantasan buta aksara. Selain itu, program ini juga bertujuan untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya budaya membaca.
Setelah melakukan konsolidasi dengan kepala desa dan ibu-ibu PKK, kelompok kami mendapat persetujuan mengenai program TBM ini. Rencana awal kami adalah mengumpulkan tokoh masyarakat bersama kepala desa dan ibu-ibu PKK untuk menyusun struktur kepengurusan TBM, setelah itu kita mensosialisasikan program pada masyarakat dan mengumpulkan berbagai buku bekas yang masih layak pakai dari masyarakat untuk perbendaharaan buku di TBM. Kemudian, kami berencana mengajukan proposal pada pihak terkait dan nanti setelah disetujui, langsung di adakan launching TBM serta tindak lanjut program.
Tim KKN IAIN Sunan Ampel Surabaya kelompok 45 berorientasi pada pengembangan kebiasaan positif yang tidak memiliki pengaruh negatif bagi masyarakat dengan mendirikan Taman Baca Masyarakat (TBM) Cahaya Ilmu yang berlokasi di gedung PKK desa Pajeng. Buku-buku yang disediakan meliputi buku-buku pengetahuan umum, serta pengetahuan keagamaan sejumlah kurang lebih 100 buku, yang diharapkan dapat bermanfaat dalam perkembangan keilmuan dan pengetahuan keagamaan masyarakat.

D.      Membidik Perkembangan Ekstrakurikuler Pendidikan Formal
Salah satu masalah terkait pendidikan yang ada di desa Pajeng menurut kami bisa kami selesaikan adalah kegiatan ekstrakurikuler di MI Islamiyah Pajeng yakni ekstra Pramuka. Masalah-masalah terkait pendidikan di Pajeng ada beberapa, tetapi yang dapat kami jangkau dan mungkin bisa terselesaikan adalah permasalahan terdaftarnya dan diakuinya Gudep Pramuka yang ada di MI Al-Islamiyah, beberapa faktor yang menyebabkan itu semua adalah kurangnya SDM dari pembinanya yang terlalu banyak kegiatan sehingga tidak terfokuskan dalam masalah pendaftaran Gudep tersebut, kemudian kurangnya informasi yang masuk ke MI terkait masalah Gudep tersebut.
Sebagai langkah awal kami bermusyawarah dengan Kepala sekolah dan guru-guru di MI terkait pendaftaran Gudep dan kegiatan ekstrakurikuler kepramukaan. Ternyata inisiatif dari kita disambut hangat oleh pihak sekolah. Setelah disetujui kami langsung mengadakan observasi ke Gudep SMA di kecamatan mencari informasi terkait masalah tersebut. Setelah mendapat berbagai informasi kami berencana membantu mendaftarkan Gudep tersebut dan mendiskusikan dengan KA Kwarran. Nanti setelah disetujui, segera kami persiapkan dan menyelesaikan berbagai administrasi untuk pendaftaran Gudep.


BAB III
DINAMIKA PROSES
PELAKSANAAN HASIL PEMECAHAN MASALAH

                   Dari uraian beberapa masalah dan perencanaan di bab dua, terdapat empat masalah akan tetapi yang menjadi fokus atau masalah yang sentral di desa Pajeng terletak pada kotoran atau sampah. Masalah tersebut merupakan pedoman bagi kami untuk action di  lapangan bersama warga desa Pajeng khususnya dukuhan Dodol. Adapun action dari masing-masing problem tersebut adalah :[1]

A.    Tidak Ada Satupun Ciptaan-Nya Yang Tidak Bermanfaat
                   Dari observasi lapangan, transect dan mapping bersama perangakat desa Pajeng khususnya warga dukuhan Dodol yang kami (kelompok KKN PAR) lakukan, ternyata ada problem yang sangat penting untuk dibidik bersama warga dukuhan dodol yaitu masalah sampah. “Kenapa sampah lebih penting dibanding masalah yang lainnya?”. Karena letak geografis desa dekat dengan sungai, sehingga warga dengan mudah membuang segala macam kotoran ke sungai yang berakibat sungai menjadi kotor dan menjadi sarang penyakit. Disamping itu bisa berakibat banjir  pada desa yang berada di bawahnya karena desa Pajeng berada di dataran tinggi. Sering kali masyarakat yang berada di dataran rendah mengkritik masyarakat Pajeng akibat sampah yang ikut aliran sungai di desa mereka.
                   Program penanggulangan sampah sudah dicanangkan oleh kelompok KKN tahun 2011. Akan tetapi, hasilnya kurang maksimal dan tidak ada perubahan. Oleh karena itu, kelompok KKN 2013 di desa lanjutan berkeinginan untuk mengevaluasi dan merevitalisasi masalah sampah.[2]
                   Sebagai langkah awal bagi kami untuk mengetahui masalah sampah, kami melakukan evaluasi dengan warga dukuhan Dodol dan perangkat desa Pajeng untuk meneruskan dan merevitalisasi masalah sampah, agar sampah bisa menjadi ekonomis bagi warga Pajeng khususnya dukuhan Dodol. Akhirnya disepakati untuk memilah sampah organik dan anorganik serta membentuk struktur kepengurusan baru.  
                   Setelah memilih dan membentuk pengurus atau tim pengelola sampah organik dan non organik bersama perangkat dan warga desa Pajeng, akhirnya disepakati untuk sementara mengambil sample di dusun Dodol RT, 16-19, agar menjadi cerminan bagi warga desa Pajeng. Setelah menemukan fokus sample, kami juga  mengadakan sosialisasi bersama tim pengelola sampah ke empat RT tersebut yang kemudian memberikan penyadaran akan pentingnya hidup sehat dan terbebas dari segala macam penyakit. Langkah selanjutnya, kami menggerakkan masyarakat untuk membangun Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang permanen dan mendapat dana dari kepala desa.
                   Sambil menunggu pembangunan TPA, kami juga membuat pengumuman di tiap pintu masuk RT 16-19 yaitu Pemulung Dilarang Masuk. Fungsinya adalah agar sampah bisa dikelola oleh warga dukuhan Dodol sendiri, sekaligus memberikan penyadaran bagi mereka bahwa sampah pun bisa bernilai ekonomis. Di sisi lain TPA juga berfungsi untuk mengurangi pengangguran para pemuda desa Pajeng khususnya warga dukuhan Dodol RT 16-19, sebab petugas pengelola sampah akan diberi uang keringat, ujar Bapak Kades.[3]
                   Demi memperlancar penanganan atau pengambilan sampah di setiap rumah warga dukuhan Dodol, kami dan tim pengelola sampah membagi-bagikan plastik ke tiap warga dengan dua warna, yakni warna hitam dan merah. Warna hitam untuk tempat sampah organik dan merah untuk tempat sampah anorganik, masing-masing sekitar 400 biji. Setiap seminggu sekali plastik tersebut akan diambil oleh petugas untuk dibawa ke TPA dan dikelola serta dipilah kembali antara yang organik dan non-organik, agar menjadi ekonomis dan hasilnya dimasukkan ke kas kebersihan, separuh atau sebagian hasilnya untuk ganti keringat bagi petugas kebersihan, agar ada rasa tanggung jawab dan berkesinambungan.[4]

B.     Revitalisasi Semangat Pendidikan Non Formal Keagamaan
                   Masalah pendidikan non formal yang bersifat ke-Islaman salah satunya adalah Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) yang sebenarnya masalah ini sudah pernah ditangani kelompok KKN PAR tahun 2010. Sebagai bentuk aksinya dibentuk sebuah organisasi yang diberi nama Forum Komonikasi Kepala Taman Pendidikan Al-Qur’an (FKK TPQ) se-Desa Pajeng. Fungsinya adalah untuk mempererat ikatan tali silaturrahmi sekaligus menaungi TPQ se-desa Pajeng, agar kegiatan dan masalah yang ada pada TPQ bisa terorganisir dengan baik.
                   Namun, seiring berjalannya waktu FKK TPQ ini hanya tinggal sebuah nama, sehingga kami kelompok KKN PAR tahun 2013 berkeinginan untuk me-review kembali dengan mengundang seluruh kepala TPQ dan tokoh masyarakat desa Pajeng yang di tempatkan di Masjid Al-Akbar dengan jumlah peserta undangan 35 orang dengan rincian 17 kepala TPQ dan selebihnya adalah para tokoh masyarakat desa Pajeng dengan tujuan agar FKK TPQ dan TPQ yang ada di desa Pajeng hidup dan lebih maju kembali.
                   Dari pertemuan antar kepala TPQ dan tokoh masyarakat se-Desa Pajeng membuahkan hasil. Untuk aksi yang selanjutnya adalah mengundang semua wali santri yang dikemas dalam acara silaturrahmi antar wali santri yang bertujuan agar ada ikatan emosional antar Ustadz / Ustadzah dengan wali santri yang nantinya untuk menumbuhkan rasa simpati antar keduannya (Guru dan wali santri). Dari hasil pertemuan tersebut adalah membentuk iuran bulanan sebesar 2000 rupiah, untuk kebutuhan TPQ dan Ustadz / Ustadzahnya.[5]

C.    Penyelenggaraan Taman Baca Masyarakat (TBM)
                   Pada minggu pertama, kami fokus untuk mencari tahu tentang pendidikan masyarakat Pajeng. Berbagai hal kami lakukan, mulai dari wawancara ke rumah warga hingga warung kopi. Dari survei dan wawancara tersebut, kami mengetahui bahwa sebagian besar masyarakat adalah masyarakat buta aksara. Kesadaran mereka pada pendidikan masih sangat rendah, hal itu dapat dibuktikan dengan minimnya pendidikan di desa Pajeng.
                   Jumlah Sekolah Dasar ada tiga, yaitu SDN I Pajeng, SDN II Pajeng, dan SDN III Pajeng dan terdapat satu Madrasah Islamiyah (MI). Untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) hanya ada satu yaitu SMP PGRI Pajeng yang berlokasi di depan Balai Desa dan berdampingan dengan SDN I Pajeng. Untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) tidak ada di Pajeng.
                   Pendidikan anak desa Pajeng kebanyakan hanya berhenti di tingkat SD/MI, hanya sedikit sekali yang meneruskan ke tingkat SMP dan SMA, apalagi meneruskan sampai Perguruan Tinggi (PT). Dari permasalahan tersebut maka muncullah ide dari kami untuk mendirikan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang tujuannya untuk mencerdaskan masyarakat Pajeng. Hal itu kami lakukan untuk memancing masyarakat Pajeng agar sadar tentang pentingnya budaya baca khususnya pendidikan di desa Pajeng. Alhamdulillah, desa Pajeng diakui oleh UPT Dinas Pendidikan kecamatan Gondang sebagai desa yang mengawali TBM se-kecamatan Gondang secara resmi[6].
                   Ketika kami usulkan hal tersebut kepada kepala desa (Kades) Pajeng, beliau sangat antusias bahkan beliau mengusulkan agar sisa dana PNPM sekitar Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dialokasikan untuk perkembangan TBM. Kemudian kami mensosialisasikannya kepada tokoh masyarakat Pajeng, Alhamdulillah, mereka juga sangat menyambut baik terkait penyelenggaraan TBM bahkan mereka juga langsung menyumbangkan sebagian buku mereka pada TBM.
                   Masyarakat Desa Pajeng sangat welcome mulai dari masyarakat kalangan bawah sampai kalangan atas – birokrasi kecamatan, kabupaten dan tokoh masyarakat Pajeng serta para pendidik. Hal itu dibuktikan oleh hadirnya kepala Dinas UPT, kepala sekolah, semua ketua RT dan pak lurah pada launching TBM.
                   TBM bertempat di Gedung PKK atas usulan bapak lurah, beliau berpendapat tempat itu sangat strategis karena berdampingan dengan TK, SDN I Pajeng, dan SMP PGRI Pajeng. Di samping itu ibu-ibu bisa sambil baca buku ketika menunggu anaknya sekolah di TK.[7]

D.    Mengawal Semangat Ekstrakurikuler Pendidikan Formal
                   Di desa Pajeng hanya terdapat satu Madrasah Ibtida’iyah dan tiga Sekolah Dasar Negeri (SDN). Kegiatan Mengajar dan Belajar (KMB) berjalan dengan lancar. Untuk permasalahan di SDN tidak begitu ada masalah. Oleh karena itu, kami fokus pada permasalahan di MI. 
                   Terdapat dua kegiatan ekstra kurikuler di MI, yaitu pramuka dan Peraturan Baris Berbaris (PBB). Pramuka dibina oleh pak Mulyadi selaku guru olah raga dan PBB dibina oleh Pak Agus.  Kedua kegiatan ektra tersebut berjalan dengan lancar. Pramuka terjadwal hari Sabtu dan PBB terjadwal hari Jum’at.
                   Kegiatan PBB tidak ada masalah, kegiatan tersebut berjalan dengan lancar. Hasilnya pun cukup memuaskan. Hal itu dibuktikan ketika upacara Paskibra tertata rapi dan teratur. Kegiatan kepramukaan pun terbilang bagus, hanya saja kepramukaan di MI masih belum terdaftar di Gugus Depan (Gudep) sehingga tidak ada perhatian dari pusat dan berakibat kurangnya informasi yang berhubungan dengan kepramukaan[8].
                   Maka dari itu, muncullah ide dari Penanggung Jawab (PJ) untuk mengusahakan agar Pramuka MI bisa tefdaftar di Gudep[9]. Alhamdulillah pada akhirnya, dengan usaha yang keras Pramuka MI Islamiyah  terdaftar  di Gudep dan mendapatkan nomor Gudep 25.068 / 25.069.
                   Tim PJ tidak berhenti disitu saja, karena mereka berpikir agar Pramuka di MI bisa berkelanjutan pasca mereka kembali ke Surabaya, untuk itu mereka mengkomunikasikan MI Islamiyah dengan SMAN I Gondang. Setelah mengadakan pertemuan dengan Dewan Ambalan (DA) melalui pengurus Orientasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di SMAN I Gondang maka didapatkan sebuah kesepakatan Dewan Ambalan SMAN I Gondang siap berproses dan membina pramuka di MI Islamiyah dua kali dalam sebulan.



BAB IV
CATATAN REFLEKSI
TENTANG KESADARAN MASYARAKAT
TERHADAP KEBERSIHAN LINGKUNGAN DAN PENDIDIKAN

                   Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia dan merupakan unsur yang fundamental dalam ilmu kesehatan dan pencegahan. Yang dimaksud dengan kebersihan lingkungan adalah menciptakan lingkungan yang sehat sehingga tidak mudah terserang berbagai penyakit seperti demam berdarah, muntaber dan lainnya. Ini dapat dicapai dengan menciptakan suatu lingkungan yang bersih indah dan nyaman.
                   Agama Islam juga mengajarkan mengenai kebersihan lingkungan mencangkup kebersihan makan, kebersihan minum, kebersihan rumah, kebersihan sumber air, pekarangan dan jalan. Ini semua sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW yaitu kebersihan adalah sebagian dari pada iman.
                   Bila sudah terbiasa menjaga kebersihan maka jika melihat tempat yang tidak bersih perlu segera kita bersihkan agar hilang dari pandangan mata. Semakin banyak kotoran yang dibiarkan menumpuk semakin tidak baik untuk dilihat yang lebih bahaya lagi akan mendatangkan berbagai penyakit atau wabah di sekitarnya.
                   Kebersihan dan keindahan lingkungan selalu diidam-idamkan oleh penduduk di suatu tempat, khususnya yang ada di desa Pajeng. Masyarakat Pjeng mempunyai peran penting dalam pelaksanaan proses penanggulangan sampah. Dalam hal ini terfokus pada pemilahan sampah, antara sampah organik dan sampah non organik. Meskipun telah disediakan TPA, namun pada kenyataaanya masyarakat sekitar masih kurang memaksimalkannya dan cenderung membuang sampah ke sungai karena mengambil gampangnya saja tanpa memperdulikan dampaknya di masa mendatang. Karena dampaknya adalah banjir yang dirasakan oleh daerah Sugihan dan Puguhrejo.
                   Kondisi yang sedemikian itu karena kurang adanya greget dari para penduduk yang peduli terhadap kelangsungan kebersihan lingkungan. Meskipun telah ada himbauan-himbauan yang menegaskan tentang kebersihan lingkungan, namun nyatanya belum ada realisasi yang menanggapi himbauan tersebut. Maka menindak lanjuti masalah ini dibentuklah team yang menangani masalah sampah dan membangun TPA permanen guna pemilahan antara sampah organik dan non organik, dimulai dari 4 RT yaitu dari RT 16-19, berawal dari yang sedikit ini diharapkan mampu mempengaruhi RT lain agar timbul kesadaran tentang peduli lingkungan.
                   Selain masalah sampah, di Desa Pajeng ini terdapat beberapa TPQ yang  berjumlah 17, tetapi dari itu yang aktif hanya 8 TPQ dan ada persaingan antar TPQ tersebut. Masih kurang adanya kualitas dari pihak pengajar murid-murid TPQ dikarenakan adanya kendala pembagian waktu untuk mengajar, dan yang tak kalah pentingnya ketika orang tua yang kurang mendukung anak-anak untuk belajar mengaji dan mengajarkan shalat, maka dengan ini diadakanlah pertemuan antar guru TPQ yang terbentuk dalam Forum Komunikasi Kepala TPQ yang diadakan pada hari Sabtu, 09 Februari 2013 guna musyawarah antar mereka demi kemaslahatan murid-murid yang belajar membaca Alquran dan menghilangkan persepsi tentang persaingan tersebut.
                   Lain halnya dengan peramasalahan yang ada di TPQ, di Pajeng masih terlihat minimnya minat baca masyarakat dikarenakan kurangnya fasilitas yang menunjang dan tingginya tingkat buta aksara. Dari TBM ini diharapkan bisa membuka jendela ilmu pengetahuan dan wawasan yang akan memberi jalan terang dari ketidaktahuan akan pentingnya ilmu. Dengan ilmu diharapkan bisa memecahkan permasalahan yang ada di Desa Pajeng khususnya permasalahan sampah. Melihat permasalahan tentang pentingnya minat baca masyarakat maka disediakanlah sarana dan prasarana sesuai kebutuhan TBM dan masyarakat.
                   Kemudian Pramuka di MI Islamiyah belum terdaftar gugus depannya dikarenakan kurangnya inisiatif untuk mendaftarkan gugus depan di kwaran Gondang. Mengatasi permasalahan ini maka kami membantu mendaftarkannya. Dalam proses mendapatkan nomor Gudep ini terbilang sangatlah cepat karena bisa dilakukan dalam kurun waktu tiga hari. Agar kegiatan ini berlanjut dalam jangka panjang maka kami mengkomunikasikan kepada pihak Dewan Ambalan SMAN 1 Gondang menyepakati untuk membina dan berproses di MI Islamiyah dua kali dalam sebulan.
                   Dengan peran teman-teman KKN IAIN Sunan Ampel 2013, masyarakat Desa Pajeng bisa berubah seperti yang di harapkan menjadi lebih baik. Karena sesungguhnya masalah terbesar yang ada hanyalah kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya perubahan menjadi lebih baik.



BAB V
CATATAN AKHIR
PROSES PENDAMPINGAN MASYARAKAT
DALAM MENYELESAIKAN PERMASALAHAN DI DESA PAJENG

                   Selama satu bulan tertanggal 22 Januari hingga 21 Februari 2013, kami peserta KKN PAR 2013 berperan serta untuk memberdayakan masyarakat di Desa Pajeng Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro. Di desa ini kami bersama masyarakat belajar bersama menjadikan desa Pajeng agar lebih baik dari sebelumnya dan mencari problem solving akan masalah-masalah yang ada di desa Pajeng. Dalam hal ini kami bersama masyarakat saling berinteraksi untuk mencanangkan program yang sesuai dengan masalah dan kebutuhan masyarakat Pajeng.
                   Kami selaku peserta KKN PAR 2013 di desa lanjutan telah mengevaluasi dan merevitalisasi masalah sampah yang ada di desa Pajeng yang sebenarnya sudah terprogram sejak tahun 2011, akan tetapi belum membuahkan hasil yang maksimal. Oleh karena itu kami melanjutkan program untuk masalah sampah di desa Pajeng dan masalah sampah tersebut merupakan fokus utama kami dalam tugas KKN PAR 2013 Kelompok 45 di desa Pajeng. Selain masalah sampah, terdapat juga beberapa masalah lainnya, diantaranya tentang Pendidikan Non Formal (TPQ), Taman Bacaan Masyarakat (TBM), dan Pramuka di MI Islamiyah Pajeng.
                   Pajeng merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan Gondang kabupaten Bojonegoro, dimana pemandangan di sana sangat indah sekali. Dengan dikelilingi gunung-gunung yang menjulang ke langit dan pepohonan yang elok dan menawan. Sungguh istimewa hidup diantara keindahan alam itu. Akan tetapi, keindahan alam yang teristimewa itu tidak diimbangi dengan kebersihan lingkungan di sekitar desa Pajeng. Hal ini terbukti dengan banyaknya sampah dan kotoran yang berserakan di sungai-sungai, selokan, lahan kosong, dan gunung-gunung.
                   Masyarakat belum menyadari akan pentingnya kebersihan lingkungan dan dampak yang terjadi akibat pembuangan sampah secara liar. Mereka menganggap bahwa membuang sampah di sungai merupakan sesuatu yang sangat lumrah, bahkan sungai menjadi tempat pembuangan akhir dari sampah di desa Pajeng. Masyarakat juga beranggapan bahwa membuang sampah di sungai bukanlah suatu persoalan yang merugikan, malah itu menguntungkan bagi masyarakat desa Pajeng karena menghemat waktu dan tenaga.
                   Permasalahan sampah menjadi permasalahan utama di desa Pajeng. Oleh karena itu, kami bermaksud untuk menjadikan desa Pajeng sebagai Desa yang sangat indah itu menjadi lebih indah, lebih bersih, dan istimewa. Sebagai tahap awal, kami melakukan evaluasi bersama masyarakat dan perangkat desa akan sampah yang menggunung di sungai serta merevitalisasi kepengurusan atau tim pengelola sampah organik dan sampah anorganik. Selanjutnya mengambil sampel yaitu RT 16-19 di dusun Dodol untuk mencanangkan aksi dan melakukan sosialisasi masalah sampah bersama perangkat desa (Kades) terhadap masyarakat. Berawal dari sampel yang sedikit ini diharapkan dapat menjadi cermin bagi RT (masyarakat) lainnya untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan.
                   Sebagai aksi, kami bersama perangkat desa menggerakkan masyarakat untuk membangun Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang permanen dan mudah untuk dijangkau. Kami membantu masyarakat dalam pembangunan TPA tersebut. Di samping itu kami juga membuat papan pengumuman di tiap pintu masuk RT 16-19 yang bertuliskan Pemulung Dilarang Masuk dengan tujuan agar sampah dikelola oleh masyarakat dusun Dodol dan tidak di ambil oleh pemulung. Selain itu bertujuan untuk mengurangi pengangguran pemuda yang ada di desa Pajeng khususnya masyarakat di dusun Dodol. Dan setiap 1 bulan sekali diadakan kerja bakti untuk membersihkan lingkungan.
                   Semoga dengan adanya TPA yang permanen ini masyarakat termotivasi untuk membuang sampah pada tempat yang benar-benar tepat, menyadarkan bahwa pentingnya hidup bersih dari sampah, serta terbebas dari banjir dan penyakit. Sesuai dengan tema perpisahan KKN PAR 2013 yaitu Pajeng ASRI (Aman, Sehat, Rapi, Indah).
                   Selain masalah sampah, terdapat pula permasalahan mengenai TPQ.  Permasalahan yang ada di TPQ itu muncul dikarenakan tidak adanya dana untuk kelangsungan berjalannya TPQ, minimnya tenaga kependidikan untuk TPQ, Kurangnya kesadaran atau dukungan dari wali santri terhadap santrinya dan kelangsungan TPQ, kurang adanya pertemuan antar TPQ dan antar tokoh agama. Sebagai aksi, kami menghidupkan kembali FKK TPQ yang selama ini telah vakum dengan mengundang seluruh kepala TPQ yang ada di Desa Pajeng untuk mencari problem solving akan permasalahan tersebut yang diadakan pada hari Sabtu, tanggal 09 Februari 2013 yang bertempat di Masjid Sabilul Mustaqim.
                   Dari pertemuan antar kepala TPQ dan tokoh masyarakat se-Desa Pajeng membuahkan hasil untuk aksi yang selanjutnya, yaitu mengundang semua wali santri yang dikemas dalam acara silaturrahmi antar wali santri yang bertujuan, agar ada ikatan emosional antar Ustadz / Ustadzah dengan wali santri yang nantinya untuk menumbuhkan rasa simpati antar keduannya (Guru dan wali santri), dan hasil dari pertemuan tersebut adalah membentuk iuran bulanan sebesar 2000 perbulan, untuk kebutuhan TPQ dan Ustadz dan Ustadzahnya. Sedangkan untuk mengatasi minimnya tenaga kependidikan, sesuai musyawarah antar kepala TPQ yaitu memanfaatkan tenaga yang ada yakni meminta santri yang sudah lulus untuk membantu mengajar di TPQ.
                   Mengenai TBM, Sebagian besar dari masyarakat di Desa Pajeng adalah masyarakat buta aksara. Hal ini dikarenakan minimnya kesadaran masyarakat akan pentingya pendidikan dalam kehidupan. Mayoritas pendidikan anak di Desa Pajeng hanya sampai SD, sedikit yang melanjutkan pendidikannya ke SMP dan SMA apalagi melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Setelah lulus SMP biasanya mereka ada yang menjadi pengangguran, ada yang menikah di usia dini, ada yang bertani. Hal ini dikarenakan tidak adanya minat anak untuk melanjutkan sekolah lagi.
                   Dari permasalahan tersebut kami (peserta KKN PAR 2013), perangkat desa, serta masyarakat sepakat untuk mendirikan TBM (Taman Baca Masyarakat) di Desa Pajeng guna meningkatkan minat anak untuk selalu belajar terutama membaca, dan yang paling penting adalah untuk mencerdaskan masyarakat Desa Pajeng. Alhamdulillah, dengan waktu yang singkat TBM tersebut didirikan secara resmi dengan nama TBM (Taman Bacaan Masyarakat) Cahaya Ilmu yang bertempat di gedung PKK dengan terkumpulnya lebih dari 100 judul buku. TBM tersebut launching (diresmikan) pada hari Rabu, tanggal 20 Februari 2013. Desa Pajeng diakui oleh UPT Dinas Pendidikan kecamatan Gondang sebagai desa yang mengawali TBM se-kecamatan Gondang secara resmi.
                   Untuk permasalahan Pramuka di MI Islamiyah Pajeng yakni belum terdaftarnya gugus depan. Padahal antusias murid-murid MI Islamiyah Pajeng untuk mengikuti Pramuka sangatlah baik. Hal ini dikarenakan tidak adanya inisiatif dari Dewan Guru dan Kepala Sekolah untuk mendaftarkan gugus depan Pramuka. Sehingga kami membantu agar Pramuka di MI Islamiyah terdaftar di Gudep dan juga membantu mencarikan pembina Pramuka agar dapat terrealisasi dengan baik setelah kepulangan kami. Akhirnya dengan usaha yang keras, Pramuka di MI Islamiyah terdaftar di Gudep dengan nomor Gudep 25.068 / 25.069 dan mendapatkan pembina yang siap membina Pramuka di MI Islamiyah sebanyak 2 kali dalam 1 bulan.
                   Alhamdulillah, program dan aksi dari penyelesaian masalah yang ada di Desa Pajeng telah berjalan dengan lancar. Semoga semua yang telah kami bangun di sini bersama masyarakat dapat terealisasi dengan baik dan di manfaatkan dengan baik pula, meskipun masa KKN kami di desa Pajeng telah usai. Amin... amin... ya Rabbal ‘Alamin.....
DAFTAR PUSTAKA

Daftar Isian Potensi dan Tingkat Perkembangan Desa Pajeng Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro Tahun 2012.
Hasil observasi, transect, dan evaluasi dengan warga dukuhan Dodol Minggu - Rabu tanggal 27-30 Februari 2013.
Hasil musyawarah bersama kepala desa dan perangkatnya beserta warga dukuhan Dodol sebagai percontohan di dukuhan Dodol tempat rumah Bapak Sutomo Senin tanggal 05 Februari 2013.
Hasil musyawarah bersama kepala Desa dan perangkatnya beserta warga dukuhan Dodol sebagai percontohan.
Hasil transect dan FGD bersama perangkat desa Pajeng dan warga dukuhan dodol senin sampai selasa tanggal 28-29 Januari 2013.
Koordinator TPQ kecamatan Gondang (Bapak Ahmad Nuri), Tokoh masyarakat dan kepala TPQ se-Desa Pajeng di Masjid Al Akbar (Sabilul Mustaqim) dusun Dodol Sabtu 09-02-2013 ba’da Isya’ jam 20:00 WIB Hasil evaluasi bersama perangkat desa.
M.N. Taufiq, kepala UPT Dinas Pendidikan Kec. Gondang, disampaikan pada launching TBM Tanggal 20 Februari 2013.
Wawancara dengan Mbah mantan Lurah (65 tahun) pada hari Jum’at  tanggal 01 Februari 2013, pukul 09.30.
Wawancara dengan Bapak Muhsini (67 Tahun) pada hari Jum’at tanggal 01 Februari 2013 pukul 19.45.
Wawancara dengan Bapak Samiyo (50 tahun) di dusun Dodol.
Wawancara dengan Bapak Shofwan di desa Tegalan.
Wawancara dengan Bapak Sutomo di dukuhan Dodol Senin 05 Februari 2013.
Wawancara dengan Kepala Sekolah MI, M Romadlon, S. Pd. I pada tanggal 13 Februari 2013.



Lampiran 1
POHON MASALAH UTAMA
 




Lampiran 2
POHON HARAPAN MASALAH UTAMA
Lampiran 3















 















Gambar 1.3 Kondisi Geografi Dusun Bulu Jiwo




Lampiran 4











 
















Gambar 1.4 Kondisi Geografi Dusun Pajeng



Lampiran 5






 














 







Gambar 1.5 Kondisi Geografi Dusun Dodol



Lampiran 6
Hasil Wawancara
Semi Terstruktur Tentang Kebersihan Lingkungan
Identitas :
1.      Nama                           : Nunik
2.      Umur                           : 28 tahun
3.      Tempat tinggal            : Dsn Dodol, Desa Pajeng, Kec. Gondang
4.      Pekerjaan                     : Petani
Informasi Tentang Lingkungan:
-          Tidak tersedianya tempat sampah umum sehingga warga disekitar membuang sampah pada kali.
-          Pembakaran sampah juga sering dilakukan warga
-          Pemisahan sampah tidak dilakukan
-          Minimalnya MCK dikarenakan warga sudah terbiasa buang air besar di kali
Harapan:
-          Sampah- sampah dapat dikelola dengan baik
-          Ada pengelola yang mengorganisasi sampah secara struktur
-          Ingin punya MCK secara perk



Lampiran 7







 







                                                                                                                                                                          
DSCI2002.JPG
Gambar 1.6 Sampah Berserakan dimana-mana







 








Gambar 1.7 Proses pembangunan TPA di desa Pajeng



Lampiran 8






 







Gambar 1.8 Pertemuan FKK TPQ yang Sempat Mati Suri






 








Gambar 1.9 Gerakan Pramuka saat Lintas Medan







 







Gambar 1.10 Launching TBM ( Taman Baca Masyarakat) Cahaya Ilmu


Lampiran 9
Pemanfaatan Limbah Organik dan Anorganik
Bila tidak dikelola dengan baik, sampah akan berbahaya bagi kesehatan manusia. Seperti kita ketahui, tempat sampah sering menjadi tempat yang menyenangkan bagi hewan penyebar penyakit, seperti lalat, nyamuk, tikus, dan kecoa. Selain itu, sampah yang dibuang sembarangan, misalnya ke dalam selokan atau sungai, akan menghambat jalannya aliran air. Sampah tersebut bertumpuk sehingga aliran air selokan atau sungai tersumbat. Ketika curah hujan tinggi dan berlangsung lama, akan mengakibatkan banjir.
Dalam istilah lingkungan, sampah diartikan sebagai bahan yang terbuang atau dibuang dari hasil kegiatan manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Namun, tidak semua sampah tidak berguna. Beberapa jenis sampah masih dapat diolah sehingga memiliki nilai ekonomi atau kegunaan lain bagi manusia. Untuk itu, kita perlu memiliki pemahaman tentang sampah dan bagaimana pemanfaatan sampah organik yang ada di lingkungan. Salah satu bentuk pengelolaan sampah adalah pembuatan pupuk kompos. Pembuatan pupuk kompos dapat mengurangi masalah sampah sekaligus menciptakan nilai ekonomi dari sampah.
Ø  Jenis Sampah
Berdasarkan sifatnya, sampah dibagi menjadi :
-          Sampah organik : dapat diurai (degradable)
-          Sampah anorganik : tidak terurai (undegradable)
Berdasarkan sumbernya, jenis sampah dibagi menjadi :
-          Sampah alam
-          Sampah manusia
-          Sampah konsumsi /dapur
-          Sampah nuklir
-          Sampah industri
-          Sampah pertambangan

Cara Menangani Sampah :
1.      Dipilah, yaitu memisahkan antara sampah yang mudah membusuk dan sampah yang tidak mudah atau sulit membusuk.
2.      Dibuat kompos, setelah dipilah, sampah yang mudah busuk seperti bekas makanan dan sayur-sayuran dapat diolah menjadi pupuk kompos. Didaur ulang, adapun sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik atau kertas, dapat diolah menjadi barang yang dapat digunakan kembali atau dijual.
Ø  Pemanfaatan Limbah Anorganik
Limbah atau sampah merupakan bahan buangan sebagai dampak dari eksploitasi lingkungan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Ø  Menurut golongannya sampah terbagi empat kelompok, yaitu:
1.      Human secreta, yaitu bahan buangan yang dikeluarkan dari dalam tubuh manusia dan hewan, seperti keringat, feses ( kotoran zat padat ), dan urine ( kotoran zat cair ).
2.      Sawage, yaitu air limbah cair yang dibuang oleh industri atau rumah tangga, seperti detergen.
3.      Refuse, yaitu bahan sisa proses industri atau hasil sampingan kegiatan rumah tangga, misalnya plastik, logam, botol, kayu bangunan, sisa sayuran, nasi bekas, daun tanaman atau barang-barang buangan.
4.      Industri waste, merupakan bahan buangan dari sisa-sisa proses industri seperti zat pewarna, pelarut, limbah injeksi, dan lain-lain.

     Sampah atau limbah yang kita hasilkan setiap hari, biasanya kita buang begitu saja tanpa kita pilah-pilah. Hal ini mungkin karena kita tidak tahu atau mungkin tidak mau tahu bahwa sampah tersebut dapat kita pilah-pilahkan menjadi limbah organik dan anorganik yang dapat kita manfaatkan menjadi barang yang berguna.
Limbah anorganik adalah limbah yang berasal bukan dari makhluk hidup. Limbah anorganik ini memerlukan waktu yang lama atau bahkan tidak dapat terdegradasi secara alami. Beberapa limbah anorganik diantaranya styrofoam, plastik, kaleng, dan bahan gelas atau beling. Salah satu pemanfaatan limbah anorganik adalah dengan cara proses daur ulang (recycle). Daur ulang merupakan upaya untuk mengolah barang atau benda yang sudah tidak dipakai agar dapat dipakai kembali. Beberapa limbah anorganik yang dapat dimanfaatkan melalui proses daur ulang, misalnya plastik, gelas, logam, dan kertas.
1.      Limbah Plastik
Limbah plastik biasanya digunakan sebagai pembungkus barang. Plastik juga digunakan sebagai perabotan rumah tangga seperti ember, piring, gelas, dan lain sebagainya. Keunggulan barang-barang yang terbuat dari plastik yaitu tidak berkarat dan tahan lama. Banyaknya pemanfaatan plastik berdampak pada banyaknya sampah plastik. Padahal untuk hancur secara alami jika dikubur dalam tanah memerlukan waktu yang sangat lama. Cobalah kalian kubur sampah plastik selama beberapa bulan, kemudian gali lagi penutup tanahnya dapat dipastikan bahwa plastik tersebut akan tetap utuh. Karena itu, upaya yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan limbah plastik untuk didaur ulang menjadi barang yang sama fungsinya dengan fungsi semula maupun digunakan untuk fungsi yang berbeda. Misalnya ember plastik bekas dapat didaur ulang dan hasil daur ulangnya setelah dihancurkan dapat berupa ember kembali atau dibuat produk lain seperti sendok plastik, tempat sampah, atau pot bunga. Plastik dari bekas makanan ringan atau sabun deterjen dapat didaur ulang menjadi kerajinan misalnya kantong, dompet, tas laptop, tas belanja, sandal, atau payung. Botol bekas minuman bisa dimanfaatkan untuk membuat mainan anak-anak. Sedotan minuman dapat dibuat bunga-bungaan, bingkai foto, taplak meja, hiasan dinding atau hiasan-hiasan lainnya.

2.      Limbah Logam
Sampah atau limbah dari bahan logam seperti besi, kaleng, alumunium, timah, dan lain sebagainya dapat dengan mudah ditemukan di lingkungan sekitar kita. Sampah dari bahan kaleng biasanya yang paling banyak kita temukan dan yang paling mudah kita manfaatkan menjadi barang lain yang bermanfaat. Sampah dari bahan kaleng dapat dijadikan berbagai jenis barang kerajinan yang bermanfaat. Berbagai produk yang dapat dihasilkan dari limbah kaleng di antaranya tempat sampah, vas bunga, gantungan kunci, celengan, gift box, dan lain-lain.
3.      Limbah Gelas atau Kaca
Limbah gelas atau kaca yang sudah pecah dapat didaur ulang menjadi barang-barang sama seperti barang semula atau menjadi barang lainseperti botol yang baru, vas bunga, cindera mata, atau hiasan-hiasan lainnya yang mempunyai nilai artistik dan ekonomis.
4.      Limbah Kertas
Sampah kertas kelihatannya memang mudah hancur dan tidak berbahaya seperti sampah plastik. Namun walau bagaimanapun yang namanya sampah pasti menimbulkan masalah jika berserakan begitu saja. Sampah dari kertas dapat didaur ulang baik secara langsung ataupun tak langsung. Secara langsung artinya kertas tersebut langsung dibuat kerajinan atau barang yang berguna lainnya. Sedangkan secara tak langsung artinya kertas tersebut dapat dilebur terlebih dahulu menjadi kertas bubur, kemudian dibuat berbagai kerajinan.
Hasil daur ulang kertas banyak sekali ragamnya seperti kotak hiasan, sampul buku, bingkai photo, tempat pinsil, dan lain sebagainya.


[1]Hasil transec dan FGD bersama perangkat desa Pajeng dan warga dukuhan dodol senin sampai selasa 28-29 Februari 2013
[2]Hasil observasi, Transect, dan evaluasi dengan warga dukuhan Dodol Minggu - Rabu 27-30 Februari 2013.
[3]Hasil musyawarah bersama kepala Desa dan perangkatnya beserta warga dukuhan Dodol sebagai percontohan. Di dukuhan Dodol temapt rumah Bapak sutomo Senin , 05 Februari 2013.
[4]Ibid.
[5]Hasil evaluasi bersama perangkat desa, koordinator TPQ kecamatan Gondang (Bapak Ahmad Nuri), Tokoh masyarakat dan kepala TPQ se-Desa Pajeng di Masjid Al Akbar (Sabilul Mustaim) dusun Dodol sabtu 09-02-2013 ba’da Isya’ jam 20:00 WIB
[6]M.N. Taufiq, kepala UPT Dinas Pendidikan Kec. Gondang, disampaikan  pada Launching TBM Tgl 20 Februari 2013.
[7]Disampaikan ketika launching TBM Tgl  20 Februari 2013.
[8] Dikutip dari Kepala Sekolah MI, Much Romadlon, S. Pd.I pada tgl 13-Februari 2013.
[9] Ifa Ratnasari dan Muhyiddin

BAB I
MENYINGKAP PROBLEMATIKA DESA PAJENG

A.    Selayang Pandang Kondisi Geografis dan Sosial Desa Pajeng
Pajeng merupakan sebuah desa yang terletak di kecamatan Gondang yang berada di wilayah kabupaten Bojonegoro propinsi Jawa Timur. Wilayah ini berbatasan dengan kabupaten Nganjuk di bagian selatan tepatnya berada di dataran tinggi sekitar 700 meter di atas permukaan laut.
Kecamatan Gondang terbagi menjadi tujuh desa yang salah satunya adalah desa Pajeng. Luas wilayah desa Pajeng sekitar 262.850 m2 yang terdiri dari tanah pemukiman, pekarangan, persawahan, hutan, dan sarana lainnya. Desa ini mempunyai kondisi alam yang sangat indah  dan dikelilingi gunung, hutan, dan persawahan. Namun, desa ini masih ada kekurangan dalam hal estetika lingkungan misalnya tempat pembuangan sampah atau limbah dari rumah tangga yang kurang efektif.
Secara administratif, desa Pajeng kecamatan Gondang terdiri dari tiga dusun yang terbagi dalam 30 RT dan 7 RW, sebagai berikut:
  1. Dusun Dodol
Dusun ini merupakan dusun pusat dan paling padat pemukimannya di desa Pajeng karena merupakan jalan utama dari kabupaten Nganjuk menuju kabupaten Bojonegoro. Dusun ini terdiri dari 7 RT dan 4 RW di pimpin oleh Kepala Dusun atau biasa disebut Kamituwa. Dusun ini terbagi lagi dalam beberapa dukuhan antara lain Brendo, Bringasan, Tegalan, Muthu’an dan Dodol.
  1. Dusun Pajeng
Dusun ini berada sekitar 2 km dari jalan utama dusun Dodol, jalan menuju dusun ini telah dipaving sekitar 1 km sedangkan sisanya masih Makadaman. Dusun Pajeng yang dipimpin oleh seorang Kamituwa yang terdiri dari 1 RW dan 7 RT yang terbagi atas dukuhan Pajeng yang terdaftar secara administratif serta dukuhan Muthu’an Pajeng dan Tegalsari yang belum terdaftar secara administratif.
  1. Dusun Bulu - Jiwo
Dusun Bulu - Jiwo terdiri dari 5 RT dan 2 RW yakni RT 25 hingga RT 30 yang diketuai oleh kepala dusun Sunyoto. Dusun Bulu terdiri dari 2 pedukuhan yaitu dukuh Bulu dan dukuh Jiwo. Letak geografis dusun Bulu berbatasan dengan desa Soko kecamatan Temayang tepatnya di sebelah timur. Dusun Bulu memiliki kekayaan alam yang indah, yaitu gunung yang mengelilingi dusun Bulu, dengan batas sebelah utara gunung Mujo, sebelah selatan gunung Ngonga’, dan gunung Kol.

B.     Demografi
  1. Data Penduduk desa Pajeng
a)      Jumlah penduduk secara keseluruhan yakni 3879 orang dengan total jumlah laki-laki 1919, jumlah perempuan 1960 dengan jumlah kepala keluarga 1112, penduduk dengan umur 0-12 bulan berjumlah 35 orang, 1-9 tahun berjumlah 156 orang. Dan yang berumur > 56 tahun berjumlah 636 orang.
b)      Taraf pendidikan rata-rata masyarakat Pajeng adalah berhenti sampai tingkat SLTP, walaupun ada beberapa yang melanjutkan ke jenjang SLTA, dan perguruan tinggi.
c)      Sebagian besar masyarakat desa Pajeng adalah petani, dan sebagian kecil jumlah masyarakat yang berternak, mountir, TNI dan sebagian pegawai negeri sipil. Penduduk desa Pajeng rata-rata sudah bekerja sejak usia 18- 56 tahun.
d)     Untuk agama yang dominan di sini adalah agama Islam walaupun ada beberapa yang beragama non muslim, yakni beragama Kristen yang berjumlah 6 orang.
e)      Untuk pendidikan formal di desa Pajeng ini terdapat 3 SD, 1 MI, 1 SMP, dan 1 Paud di setiap pedukuhan. Dan terdapat 8 TPQ sebagai bentuk dari pendidikan non formal desa Pajeng.
f)       Untuk sarana prasarana bidang kesehatan di desa Pajeng terdapat 1 puskesmas, 1 klinik bidan dan 6 posyandu.
Gambar 1.1 Diagram Rekapitulasi Usia Penduduk Desa Pajeng
  1. Sosial Masyarakat
Di desa Pajeng terdapat kegiatan sosial masyarakat yang masih jarang diterapkan oleh desa lain. Salah satunya yaitu Rukun Kematian. Rukun kematian adalah suatu organisasi yang dibentuk oleh salah satu dari RT pada tahun 1985 dan saat ini kegiatan tersebut semakin berkembang. Bentuk dari kegiatan rukun kematian tersebut diantaranya yaitu terwujudnya sikap tenggang rasa warga desa Pajeng untuk berbela sungkawa terhadap warga yang terkena musibah keluarganya meninggal dunia. Tujuan dari rukun kematian adalah meringankan beban pada warga desa Pajeng dalam merawat jenazah yang dalam pengkhususannya pada warga masyarakat yang kurang mampu.


           







Gambar 1.2 Diagram Venn Sosial Masyarakat Desa Pajeng
Dari Diagram Venn sosial masyarakat ini dapat disimpulkan bahwa pekerjaan utama masyarakat di desa Pajeng adalah bertani, karena masyarakat lebih mengandalkan lahan sawah sendiri maupun lahan sewa dari milik perhutani. Untuk aliran keagamaan di desa Pajeng, NU sangatlah kental dan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, sedangkan untuk aliran muhammadiyah jumlahnya tidak terlalu banyak. Hal tersebut tidak berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat di desa Pajeng.
Selanjutnya di desa Pajeng terdapat LDII (lembaga Dakwah Islam Indonesia), akan tetapi lembaga tersebut kurang berpengaruh terhadap desa Pajeng. Selain dari agama Islam di desa Pajeng, terdapat agama non muslim, yaitu kristen yang dianut hanya segelintir warga dan bisa dihitung dengan tangan serta tak berpengaruh terhadap pemikiran warga disekitar dusun Dodol.
Untuk kegiatan sosial warga di desa Pajeng yaitu adanya kegiatan keagamaan TPQ  (Taman Pembelajaran Al-Qur’an) di masjid dan mushola setelah sholat Ashar hingga sebelum Magrib. Mayoritas yang mengikuti TPQ adalah anak-anak umur  7 tahun hingga 14 tahun. Setelah khatam dari TPQ, para santri tersebut kurang berminat menjadi tenaga pengajar. Sehingga untuk perkembangan TPQ di desa Pajeng masih pasang surut, disamping itu dari wali santri di TPQ kurang mendukung, khususnya untuk masalah finansial. Terkadang ada wali murid yang mendukung untuk finansial akan tetapi itupun menjadi bahan sindiran dari masyarakat. Sehingga perkembangan di TPQ banyak yang mengalami pasang surut.
Di desa Pajeng terdapat Remas, Karang taruna dan Pencak silat, kegiatan tersebut di desa Pajeng masih kurang aktif, karena kegiatan tersebut akan terlihat bila adanya hari-hari besar seperti hari besar Islam dan 17 Agustusan. Dan untuk pengaruh  sosial keagamaan di desa Pajeng khususnya pada aparatur desa Pajeng semua kegiatan sosial yang dilakukan oleh masyarakat akan ditangani oleh aparatur desa agar semua kegiatan berjalan dengan kondusif dan lancar.

C.    Problematika Desa Pajeng
Kami dari tim KKN yang ditugaskan untuk belajar bersama dan berpartisipasi dengan masyarakat desa Pajeng, banyak menemukan berbagai macam permasalahan yang perlu diselesaikan bersama.
Dari permasalahan-permasalahan yang ditemukan, tidak semua masalah bisa kami selesaikan dalam waktu yang singkat. Namun setelah kita bermusyawarah bersama masyarakat dan perangkat desa tentang masalah-masalah yang kita temukan bersama, kami mempunyai kesepakatan bersama masyarakat untuk menanggulangi beberapa masalah yang diantaranya adalah masalah sampah yang mana permasalahan tersebut sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat desa Pajeng.
Menurut penuturan dari bapak Dedi Kristiawan ketika bermusyawarah bersama kami tim KKN, masyarakat desa Pajeng rata-rata dalam pembuangan sampah sembarangan, terutama pada masalah yang paling diresahkan yakni mereka membuang sampah di sungai yang sungai tersebut mengalir menuju desa yang berada di bawah desa Pajeng, yakni desa Sugihan dan Poka’ Puguh Rejo. Dari masalah inilah masyarakat desa Pajeng mendapatkan teguran dan peringatan dari desa-desa yang berada di dataran rendah, terutama desa sugihan yang paling besar menerima dampak dari sampah yang disebabkan oleh masyarakat desa Pajeng.
Selain dari inti masalah sampah tersebut di atas kami dari tim KKN juga bersama masyarakat bermusyawarah dan menyelesaikan permasalahan FKK TPQ  yang dulu pernah dibentuk tim KKN tahun 2010 yang fakum dan tidak berkembang, maka kami pun berupaya dan menghidupkan kembali FKK TPQ yang sudah terbentuk dan berjalan seperti yang diinginkan. Vakumnya FKK TPQ menyebabkan program yang sudah pernah dibentuk tidak berjalan, kegiatan di masing-masing TPQ juga statis, hal ini menyebabkan minat mengaji dari masing-masing santri menurun, sehingga sangat sedikit sekali anak-anak atau masyarakat desa Pajeng yang masih mau mengaji.
Masalah-masalah yang ada di desa Pajeng begitu banyaknya, selain permasalahan yang sudah disebutkan di atas masih banyak lagi problem yang menurut kami perlu kami selesaikan yaitu lemahnya para generasi penerus di desa Pajeng untuk membiasakan membaca. Minimnya pengetahuan dalam segala hal akan berdampak negatif pada perkembangan suatu masyarakat, baik dalam aspek perekonomian, budaya, agama maupun pendidikan tidak akan berkembang tanpa pengetahuan. Salah satu cara memperoleh pengetahuan adalah dengan membaca. Tetapi kenyataannya, tidak ada sama sekali fasilitas yang mendukung tercapainya suatu kegiatan membaca tersebut di desa Pajeng.
Di desa Pajeng, untuk melanjutkan tingkat pendidikan yang lebih tinggi (SMA sederajat) harus pergi ke kecamatan yang jaraknya berkilo-kilo atau bahkah ke kabupaten Nganjuk, apalagi untuk akses buku atau internet, sangat jauh sekali jarak yang harus ditempuh. Hal ini menyebabkan minat baca dari masyarakat sangat kurang. Hal pertama yang mendasari adalah kurangnya fasilitas, kemudian akses masuknya pengetetahuan juga sangat sulit, padahal masyarakat desa Pajeng sangat berpotensi. Sayang sekali ketika potensi tersebut tidak dikembangkan.
Sehingga kami dari tim KKN berinisiatif untuk mengajak dan bermusyawarah bersama masyarakat untuk membangun para generasi penerus di desa Pajeng yang cerdas dan berwawasan tinggi dalam segala hal terutama pada aspek SDM, membentuk SDM masyarakat Pajeng yang berkualitas. Akhirnya kami dan masyarakat bekerjasama berinisiatif untuk membentuk Taman Baca Masyarakat (TBM).
Dari berbagai masalah yang ada di desa Pajeng, kami tidak lupa berpartisipasi dan belajar bersama di bidang pendidikan. Kami dari tim KKN bermusyawarah dan bekerjasama untuk kemajuan ekstrakurikuler yang berada di tingkat pendidikan dasar, kemudian kami pun berfokus pada salah satu sekolah pendidikan dasar yakni di MI nya. Karena di MI Islamiyah Pajeng ini, muridnya sangat antusias terhadap kegiatan pramuka namun belum terdaftarnya gugus depan kepramukaan di MI ini menyebabkan kegiatan ekstra pramuka di MI kurang berkembang.


Matrik Rangking Masalah Utama

TOPIK UTAMA
KEBERSIHAN LINGKUNGAN
FKK TPQ
TBM
PRAMUKA MI
Masalah
Sampah
Kesejahteraan guru
Kebutaan masyarakat terhadap aksara
Tidak terdaftarnya Gudep MI
Potensi
-          Sungai
-          Pekarangan
-          Ilmu
-          Murid
-          Adanya dana
-          Tempat yang tersedia
-          Semangat siswa untuk berpramuka
Sebab
-          Tingkat kesadaran masyarakat
-          Kurang dan rusaknya sarana
-          Tingkat kesadaran walimurid
-          Jarak tempuh yang jauh
-          Minimnya tingkat pendidikan
-          Kurang sadarnya masyarakat untuk membaca
-          Minimnya pengetahuan adminitratif sekolah terhadap kepramukaan
Akibat
-          Lingkungan yang kurang sehat dan kotor
-          Rawan penyakit
-          Tempat sarang nyamuk
-          Kenakalan diusia dini
-          Kerepotan ulama’ dalam membimbing
-          Tidakbisa membaca
-          Redupnya kondisi masyarakat terhadap informasi dunia
-          Tidak terdaftar ditingkat Kwaran
Manfaat
-          Lingkungan bersih dan sehat
-          Mensejahterakan guru TPQ
-          Mengurangi Kenakalan Remaja
-          TerbangkitnyaSDM masyarakat desa Pajeng
-          Mencerdaskan masyarakat
-          Mendapatkan langsung dari pusat untuk hal kepramukaan
Harapan
-          Adanya sarana pengolahan sampah organik dan anorganik
-          TPA yang memadai
-          Menjadi masyarakat yang berakhlakul karimah
-          Membangun Dan Mencerdaskan SDM Putra-Putri Penerus Desa Pajeng
-          Meningkatkan SDM yang tinggi
-          Kedisiplinan tertanam pada usia dini

Tabel. 1.1 Matrik Rangking Masalah Utama



BAB II
DINAMIKA PROSES PERENCANAAN
PEMECAHAN PROBLEM

A.      Membangun Kesadaran Perilaku Sehat dan Bersih
                   Kebersihan lingkungan merupakan permasalahan utama di desa Pajeng. Hal ini terbukti dengan banyaknya sampah yang berserakan serta tidak adanya tempat sampah yang tersedia pada tiap rumah warga. Tidak ada sarana yang mendukung warga untuk terbiasa hidup dalam lingkungan bersih menjadikan warga tidak termotivasi untuk hidup bersih dan sehat.
                   Membuang sampah di sembarang tempat khususnya di sungai merupakan suatu tradisi bagi masyarakat yang sulit dihilangkan. Warga menganggap bahwa dengan cara tersebut bisa menyelesaikan masalah sampah yang menumpuk di rumahnya, tetapi mereka tidak tahu bahwa hal tersebut sangat berbahaya bagi warga sekitar sungai. Pencemaran dari limbah sampah yang di buang warga dapat mengakibatkan penyakit bahkan banjir.
                   Penyebab dari permasalahan tentang kesehatan yang terjadi di desa Pajeng adalah tingkat kesadaran masyarakat yang masih kurang terhadap lingkungan sekitar baik dalam kegiatan sehari-hari misalkan membuang sampah di sungai-sungai maupun di lahan kosong. Hal ini berakar pada minimnya masyarakat terhadap pola hidup bersih dan sehat, fakta tersebut didukung oleh fakta dimana masyarakat kurang sadar akan bahaya yang dimunculkan dari kebiasaan buruk tersebut.
                   Penyebab selanjutnya adalah kurang aktifnya aparat desa dalam menanggapi masalah kebersihan lingkungan di desa Pajeng. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya instruksi langsung terkait dengan kebersihan lingkungan, misalnya diadakannya kerja bakti bulanan untuk membersihkan lingkungan. Vakumnya kader lingkungan yang sudah terbentuk oleh peserta KKN tahun sebelumnya juga menambah khazanah penyebab permasalahan.
                   Penyebab terakhir yang menjadi masalah terhadap kebersihan lingkungan adalah kurang dan rusaknya sarana maupun prasarana yang mendukung mereka untuk hidup bersih dan sehat. Adanya TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang dibuat oleh peserta KKN tahun lalu, tidak termanfaatkan dan tidak terawat, karena lokasi TPA yang cukup jauh dari rumah warga, sehingga warga lebih suka membuang sampah ke sungai atau lahan kosong dekat rumahnya. Alasannya selain menghemat waktu juga menghemat tenaga.
                   Dari beberapa penyebab permasalahan tersebut dapat digambarkan suatu akibat yang ditimbulkan oleh perilaku tidak peduli lingkungan, yang pertama berdasarkan informasi dari bidan Dian, yakni wabah hydrocepallus akibat dari tercemarnya lingkungan, yang kedua sarang nyamuk merupakan efek dari pembuangan sampah secara sembarangan di sungai yang berakibat pada tumbuhnya penyakit DBD. Memang warga desa Pajeng tidak merasakan langsung dampak dari aktifitas tersebut, karena letak desa Pajeng di atas pegunungan sehingga yang mendapatkan efek langsung adalah daerah di bawahnya. Misalkan daerah Puguhrejo (Poka’) pernah terjangkit DBD, hal tersebut juga dikarenakan banyaknya sampah yang menggenang di aliran sungai mereka sehingga menjadi sarang nyamuk.
                   Yang menjadi pusat masalah dari segala permasalahan adalah sampah, baik dari jenis organik maupun anorganik. Penyebab utamanya adalah dari kebiasaan masyarakat itu sendiri, kurang aktifnya aparatur desa dalam menyikapi masalah kebersihan lingkungan, serta tidak adanya sarana prasarana, kalaupun ada kondisinya sangat tidak layak. Akibatnya, pencemaran lingkunganlah yang terjadi dan munculnya berbagai penyakit. Dari realitas penyebab dan akibat permasalahan sampah di desa Pajeng, maka harapan yang diinginkan oleh masyarakat agar permasalahan tentang sampah bisa teratasi adalah dengan mengolah dan memanajemen sampah sedemikian hingga menjadi sampah yang bermanfaat.
                   Ketersediaan tempat sampah di tiap rumah menjadi indikasi bahwa lingkungan tersebut bersih dan sehat. Lingkungan dikatakan bersih dan sehat jika tidak ada sampah yang berserakan, hal ini terwujud jika masyarakat sadar diri akan lingkungan, dan aktifnya aparat desa dalam memantau warganya untuk menjaga lingkungan bersama, juga mendukungnya sarana prasarana yang memadai serta memaksimalkan kader lingkungan yang telah terbentuk.
                   Untuk memecahkan masalah tersebut kelompok KKN bersama warga melakukan diskusi, di rumah salah satu RW di dukuhan muthuk. Keinginan mewujudkan lingkungan bersih dengan pengolahan sampah yang teratur dan terbangunnya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Desa Pajeng, tentunya kami masih harus merundingkan degan tokoh masyarakat dan kader lingkungan yang telah dibentuk. Dimulai dengan mengadakan sosialisasi di empat RT yang telah ditunjuk oleh lurah setempat. Hasil yang disepakati bersama warga dan kader lingkungan, yang pertama tentang pengolahan sampah yakni pemisahan antara sampah organik dan anorganik. Untuk penanggulangan sampah ini, tidak dilakukan di semua dusun, tetapi mengambil beberapa RT sebagai percontohan. RT yang diambil adalah RT 16, 17, 18, dan 19. Sebagai RT percontohan diharapkan dapat merangsang RT lain untuk melakukan hal yang sama. Pengambilan sampah dilakukan tiga hari untuk permulaan, jika dirasa tiga hari belum memenuhi kuota maka dilakukan empat hari sekali oleh tim (kader lingkungan).
                   Untuk sampah organik ditaruh dalam kantong plastik hitam, untuk sampah anorganik dibungkus dengan plastik warna merah, dan untuk sampah jenis barang pecah belah (beling) diletakkan dalam karung (sak). Kemudian oleh tim pengambil dibawa ke TPA. Karena TPA yang lama sangat tidak layak pakai, maka dibuat TPA baru. Untuk pengolahan sampah anorganik yang masih layak diolah, yang biasanya oleh warga dijual atau ditukar pada rombeng keliling, oleh tim akan diolah sendiri.
                   Setiap satu bulan sekali diadakan kerja bakti lingkungan. Untuk meningkatkan motivasi warga tentang kebersihan diberikan penghargaan dan reward untuk lingkungan yang paling bersih, setiap tahun untuk daerah yang paling bersih digratiskan MCK.
                   Sampah tidak selamanya berupa limbah yang tidak memiliki nilai sama sekali, sampah juga bisa menghasilkan nilai ekonomi bagi masyarakat apabila diolah menjadi produk bermanfaat.
                   Program ini hampir mirip dengan program bank sampah yang biasanya dilakukan di kota-kota besar dalam pengelolaan sampah. Merupakan salah satu bagian terjemahan dari Gerakan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle). Namun untuk menuju pada program bank sampah ini kami rasa masih terlalu jauh, hal yang paling sederhana dan mudah dilaksanakan sebagai awal pembentukan kebiasaan masyarakat adalah seperti yang telah dipaparkan di atas.

B.       Dinamisasi Pendidikan Non Formal Keagamaan
                   Salah satu permasalahan yang kami temukan di desa Pajeng adalah tidak terkondisikannya pendidikan non formal keagamaan. Dulu permasalahannya adalah belum terbentuknya lembaga pendidikan non formal pada lingkup pendidikan Al Qur’an atau TPQ (Taman Pendidikan Qur’an). Seiring perkembangan zaman dan berjalannya waktu, setiap dukuhan di desa Pajeng sudah terbentuk yang namanya TPQ, yang bertempat di masjid atau mushola yang ada di tiap dukuhan. Pada tahun 2010 ada mahasiswa KKN dari IAIN Sunan Ampel Surabaya membentuk suatu wadah untuk mempererat silaturahmi antar TPQ dengan nama FKK TPQ (Forum Komunikasi Kepala TPQ) se desa Pajeng.
                   FKK TPQ tersebut diketuai oleh Pak Yus dari dusun Bulu. Setelah terbentuknya FKK TPQ tersebut, ada beberapa program yang berjalan tetapi hanya beberapa minggu saja, setelah mahasiswa KKN pulang, forum tersebut stagnan. Penyebabnya adalah rendahnya komunikasi pengurus yang sudah terbentuk. Akibatnya terjadi kesenjangan sosial dan golongan antar TPQ, karena dari masing-masing TPQ ingin menonjolkan diri, lembaga TPQ dijadikan wahana untuk persaingan kepentingan pribadi. Hal tersebut diperoleh dari hasil diskusi salah seorang warga Dusun bulu, Yaitu Mbak Lina salah satu guru TPQ yang tinggal di dusun Bulu. Salah satu hal mendasar yang menjadi penyebab persaingan adalah faktor biaya.
                   Setelah mencari informasi lebih lanjut, kurang berkembangnya lembaga pendidikan non formal keagamaan khusunya TPQ adalah karena tidak adanya motivasi. Berdasarkan penuturan dari Bapak Samiyo salah satu pengasuh TPQ di dukuh muthukan, minat anak mengaji sangat minim, hal tersebut karena kurangnya dorongan dari orang tua, apalagi anak seusia SMP atau MTs karena SMP di Pajeng hanya ada satu dan proses pembelajarannya dilakukan pada waktu sore hari bersamaan dengan jam belajar mengaji. Sudah dilakukan langkah untuk mengantisipasi hal tersebut, yakni untuk yang SMP belajar mengajinya bisa pada malam hari ba’da maghrib, akan tetapi hal tersebut juga tidak berjalan dengan lancar. Karena yang berangkat juga hanya ada dua atau tiga orang saja.
                   Dari keterangan warga tersebut, kelompok ini menyimpulkan bahwa salah satu masalah utama yang ada di desa Pajeng terletak pada sektor pendidikan non formal.
                   Untuk memunculkan kembali semangat para ustad ustadzah TPQ, serta menjalin silaturrahim yang terhenti antar pengurus TPQ, maka kelompok kami berinisiatif memfasilitasi pertemuan antar guru-guru TPQ se desa Pajeng untuk merencanakan kembali program-program yang terhenti. Harapan dari kelompok kami adalah dengan adanya pertemuan tersebut bisa menampung aspirasi para guru TPQ yang sebelumnya terjadi miskomunikasi serta memperbaiki manajemen dari struktur yang sudah terbentuk.
                  
C.      Merintis Masyarakat Gemar Membaca
Dari berbagai masalah yang telah disebutkan di atas, yang tidak kalah penting adalah masalah pengetahuan. Mayoritas penduduk desa Pajeng usia 40 tahun ke atas, buta huruf atau tidak bisa membaca. Secara umum pengetahuan masyarakat desa Pajeng tentang segala perkembangan informasi hanya bersumber pada perlengkapan elektronik berupa televisi. Dapat dikatakan minat dan keinginan masyarakat desa untuk mendapatkan informasi dari sumber-sumber lain sangat kurang. Masyarakat Desa Pajeng, sebagai masyarakat area pegunungan memang memiliki etos kerja serta kegiatan di persawahan atau ladang yang cukup tinggi. Dimana waktu pagi dan sore hari masyarakat sebagian besar berada di persawahan atau tegalan untuk mengurusi serta bercocok tanam. Itulah mengapa televisi menjadi satu-satunya sumber informasi yang dapat masyarakat gunakan.
Tidak salah memang jika masyarakat memanfaatkan televisi sebagai sumber informasi, tetapi perlu adanya sumber informasi tambahan yang dapat meningkatkan pengetahuan sekaligus meningkatkan kegiatan dan kebiasaan positif bagi masyarakat, terutama bagi kalangan remaja yang masih bersekolah dan menuntut ilmu. Sehingga nantinya diharapkan pengaruh-pengaruh negatif dari televisi tidak terlalu banyak berpengaruh bagi perkembangan keilmuan dan pengetahuan masyarakat pelajar.
Minimnya minat membaca masyarakat disebabkan oleh belum ada yang memfasilitasi terkait hal tersebut. Hal ini terbukti dengan tingkat pendidikan formal yang ada di desa Pajeng. Jenjang pendidikan formal terakhir yang ada di desa Pajeng adalah tingkat SMP, itupun swasta dan gedungnya masih jadi satu dengan SDN Pajeng I. Ketika masyarakat Pajeng ingin melanjutkan studinya ke jenjang SMA atau yang sederajat, mereka harus pergi ke Gondang atau bahkan Nganjuk.
Untuk meminimalisir masalah kurangnya pengetahuan tersebut, maka kelompok kami berencana memunculkan TBM (Taman Bacaan Masyarakat) guna memfasilitasi masyarakat dalam memperoleh pengetahuan dan informasi. Program ini menindak lanjuti kegiatan masyarakat yakni gerakan pemberantasan buta aksara. Selain itu, program ini juga bertujuan untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya budaya membaca.
Setelah melakukan konsolidasi dengan kepala desa dan ibu-ibu PKK, kelompok kami mendapat persetujuan mengenai program TBM ini. Rencana awal kami adalah mengumpulkan tokoh masyarakat bersama kepala desa dan ibu-ibu PKK untuk menyusun struktur kepengurusan TBM, setelah itu kita mensosialisasikan program pada masyarakat dan mengumpulkan berbagai buku bekas yang masih layak pakai dari masyarakat untuk perbendaharaan buku di TBM. Kemudian, kami berencana mengajukan proposal pada pihak terkait dan nanti setelah disetujui, langsung di adakan launching TBM serta tindak lanjut program.
Tim KKN IAIN Sunan Ampel Surabaya kelompok 45 berorientasi pada pengembangan kebiasaan positif yang tidak memiliki pengaruh negatif bagi masyarakat dengan mendirikan Taman Baca Masyarakat (TBM) Cahaya Ilmu yang berlokasi di gedung PKK desa Pajeng. Buku-buku yang disediakan meliputi buku-buku pengetahuan umum, serta pengetahuan keagamaan sejumlah kurang lebih 100 buku, yang diharapkan dapat bermanfaat dalam perkembangan keilmuan dan pengetahuan keagamaan masyarakat.

D.      Membidik Perkembangan Ekstrakurikuler Pendidikan Formal
Salah satu masalah terkait pendidikan yang ada di desa Pajeng menurut kami bisa kami selesaikan adalah kegiatan ekstrakurikuler di MI Islamiyah Pajeng yakni ekstra Pramuka. Masalah-masalah terkait pendidikan di Pajeng ada beberapa, tetapi yang dapat kami jangkau dan mungkin bisa terselesaikan adalah permasalahan terdaftarnya dan diakuinya Gudep Pramuka yang ada di MI Al-Islamiyah, beberapa faktor yang menyebabkan itu semua adalah kurangnya SDM dari pembinanya yang terlalu banyak kegiatan sehingga tidak terfokuskan dalam masalah pendaftaran Gudep tersebut, kemudian kurangnya informasi yang masuk ke MI terkait masalah Gudep tersebut.
Sebagai langkah awal kami bermusyawarah dengan Kepala sekolah dan guru-guru di MI terkait pendaftaran Gudep dan kegiatan ekstrakurikuler kepramukaan. Ternyata inisiatif dari kita disambut hangat oleh pihak sekolah. Setelah disetujui kami langsung mengadakan observasi ke Gudep SMA di kecamatan mencari informasi terkait masalah tersebut. Setelah mendapat berbagai informasi kami berencana membantu mendaftarkan Gudep tersebut dan mendiskusikan dengan KA Kwarran. Nanti setelah disetujui, segera kami persiapkan dan menyelesaikan berbagai administrasi untuk pendaftaran Gudep.


BAB III
DINAMIKA PROSES
PELAKSANAAN HASIL PEMECAHAN MASALAH

                   Dari uraian beberapa masalah dan perencanaan di bab dua, terdapat empat masalah akan tetapi yang menjadi fokus atau masalah yang sentral di desa Pajeng terletak pada kotoran atau sampah. Masalah tersebut merupakan pedoman bagi kami untuk action di  lapangan bersama warga desa Pajeng khususnya dukuhan Dodol. Adapun action dari masing-masing problem tersebut adalah :[1]

A.    Tidak Ada Satupun Ciptaan-Nya Yang Tidak Bermanfaat
                   Dari observasi lapangan, transect dan mapping bersama perangakat desa Pajeng khususnya warga dukuhan Dodol yang kami (kelompok KKN PAR) lakukan, ternyata ada problem yang sangat penting untuk dibidik bersama warga dukuhan dodol yaitu masalah sampah. “Kenapa sampah lebih penting dibanding masalah yang lainnya?”. Karena letak geografis desa dekat dengan sungai, sehingga warga dengan mudah membuang segala macam kotoran ke sungai yang berakibat sungai menjadi kotor dan menjadi sarang penyakit. Disamping itu bisa berakibat banjir  pada desa yang berada di bawahnya karena desa Pajeng berada di dataran tinggi. Sering kali masyarakat yang berada di dataran rendah mengkritik masyarakat Pajeng akibat sampah yang ikut aliran sungai di desa mereka.
                   Program penanggulangan sampah sudah dicanangkan oleh kelompok KKN tahun 2011. Akan tetapi, hasilnya kurang maksimal dan tidak ada perubahan. Oleh karena itu, kelompok KKN 2013 di desa lanjutan berkeinginan untuk mengevaluasi dan merevitalisasi masalah sampah.[2]
                   Sebagai langkah awal bagi kami untuk mengetahui masalah sampah, kami melakukan evaluasi dengan warga dukuhan Dodol dan perangkat desa Pajeng untuk meneruskan dan merevitalisasi masalah sampah, agar sampah bisa menjadi ekonomis bagi warga Pajeng khususnya dukuhan Dodol. Akhirnya disepakati untuk memilah sampah organik dan anorganik serta membentuk struktur kepengurusan baru.  
                   Setelah memilih dan membentuk pengurus atau tim pengelola sampah organik dan non organik bersama perangkat dan warga desa Pajeng, akhirnya disepakati untuk sementara mengambil sample di dusun Dodol RT, 16-19, agar menjadi cerminan bagi warga desa Pajeng. Setelah menemukan fokus sample, kami juga  mengadakan sosialisasi bersama tim pengelola sampah ke empat RT tersebut yang kemudian memberikan penyadaran akan pentingnya hidup sehat dan terbebas dari segala macam penyakit. Langkah selanjutnya, kami menggerakkan masyarakat untuk membangun Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang permanen dan mendapat dana dari kepala desa.
                   Sambil menunggu pembangunan TPA, kami juga membuat pengumuman di tiap pintu masuk RT 16-19 yaitu Pemulung Dilarang Masuk. Fungsinya adalah agar sampah bisa dikelola oleh warga dukuhan Dodol sendiri, sekaligus memberikan penyadaran bagi mereka bahwa sampah pun bisa bernilai ekonomis. Di sisi lain TPA juga berfungsi untuk mengurangi pengangguran para pemuda desa Pajeng khususnya warga dukuhan Dodol RT 16-19, sebab petugas pengelola sampah akan diberi uang keringat, ujar Bapak Kades.[3]
                   Demi memperlancar penanganan atau pengambilan sampah di setiap rumah warga dukuhan Dodol, kami dan tim pengelola sampah membagi-bagikan plastik ke tiap warga dengan dua warna, yakni warna hitam dan merah. Warna hitam untuk tempat sampah organik dan merah untuk tempat sampah anorganik, masing-masing sekitar 400 biji. Setiap seminggu sekali plastik tersebut akan diambil oleh petugas untuk dibawa ke TPA dan dikelola serta dipilah kembali antara yang organik dan non-organik, agar menjadi ekonomis dan hasilnya dimasukkan ke kas kebersihan, separuh atau sebagian hasilnya untuk ganti keringat bagi petugas kebersihan, agar ada rasa tanggung jawab dan berkesinambungan.[4]

B.     Revitalisasi Semangat Pendidikan Non Formal Keagamaan
                   Masalah pendidikan non formal yang bersifat ke-Islaman salah satunya adalah Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) yang sebenarnya masalah ini sudah pernah ditangani kelompok KKN PAR tahun 2010. Sebagai bentuk aksinya dibentuk sebuah organisasi yang diberi nama Forum Komonikasi Kepala Taman Pendidikan Al-Qur’an (FKK TPQ) se-Desa Pajeng. Fungsinya adalah untuk mempererat ikatan tali silaturrahmi sekaligus menaungi TPQ se-desa Pajeng, agar kegiatan dan masalah yang ada pada TPQ bisa terorganisir dengan baik.
                   Namun, seiring berjalannya waktu FKK TPQ ini hanya tinggal sebuah nama, sehingga kami kelompok KKN PAR tahun 2013 berkeinginan untuk me-review kembali dengan mengundang seluruh kepala TPQ dan tokoh masyarakat desa Pajeng yang di tempatkan di Masjid Al-Akbar dengan jumlah peserta undangan 35 orang dengan rincian 17 kepala TPQ dan selebihnya adalah para tokoh masyarakat desa Pajeng dengan tujuan agar FKK TPQ dan TPQ yang ada di desa Pajeng hidup dan lebih maju kembali.
                   Dari pertemuan antar kepala TPQ dan tokoh masyarakat se-Desa Pajeng membuahkan hasil. Untuk aksi yang selanjutnya adalah mengundang semua wali santri yang dikemas dalam acara silaturrahmi antar wali santri yang bertujuan agar ada ikatan emosional antar Ustadz / Ustadzah dengan wali santri yang nantinya untuk menumbuhkan rasa simpati antar keduannya (Guru dan wali santri). Dari hasil pertemuan tersebut adalah membentuk iuran bulanan sebesar 2000 rupiah, untuk kebutuhan TPQ dan Ustadz / Ustadzahnya.[5]

C.    Penyelenggaraan Taman Baca Masyarakat (TBM)
                   Pada minggu pertama, kami fokus untuk mencari tahu tentang pendidikan masyarakat Pajeng. Berbagai hal kami lakukan, mulai dari wawancara ke rumah warga hingga warung kopi. Dari survei dan wawancara tersebut, kami mengetahui bahwa sebagian besar masyarakat adalah masyarakat buta aksara. Kesadaran mereka pada pendidikan masih sangat rendah, hal itu dapat dibuktikan dengan minimnya pendidikan di desa Pajeng.
                   Jumlah Sekolah Dasar ada tiga, yaitu SDN I Pajeng, SDN II Pajeng, dan SDN III Pajeng dan terdapat satu Madrasah Islamiyah (MI). Untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) hanya ada satu yaitu SMP PGRI Pajeng yang berlokasi di depan Balai Desa dan berdampingan dengan SDN I Pajeng. Untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) tidak ada di Pajeng.
                   Pendidikan anak desa Pajeng kebanyakan hanya berhenti di tingkat SD/MI, hanya sedikit sekali yang meneruskan ke tingkat SMP dan SMA, apalagi meneruskan sampai Perguruan Tinggi (PT). Dari permasalahan tersebut maka muncullah ide dari kami untuk mendirikan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang tujuannya untuk mencerdaskan masyarakat Pajeng. Hal itu kami lakukan untuk memancing masyarakat Pajeng agar sadar tentang pentingnya budaya baca khususnya pendidikan di desa Pajeng. Alhamdulillah, desa Pajeng diakui oleh UPT Dinas Pendidikan kecamatan Gondang sebagai desa yang mengawali TBM se-kecamatan Gondang secara resmi[6].
                   Ketika kami usulkan hal tersebut kepada kepala desa (Kades) Pajeng, beliau sangat antusias bahkan beliau mengusulkan agar sisa dana PNPM sekitar Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dialokasikan untuk perkembangan TBM. Kemudian kami mensosialisasikannya kepada tokoh masyarakat Pajeng, Alhamdulillah, mereka juga sangat menyambut baik terkait penyelenggaraan TBM bahkan mereka juga langsung menyumbangkan sebagian buku mereka pada TBM.
                   Masyarakat Desa Pajeng sangat welcome mulai dari masyarakat kalangan bawah sampai kalangan atas – birokrasi kecamatan, kabupaten dan tokoh masyarakat Pajeng serta para pendidik. Hal itu dibuktikan oleh hadirnya kepala Dinas UPT, kepala sekolah, semua ketua RT dan pak lurah pada launching TBM.
                   TBM bertempat di Gedung PKK atas usulan bapak lurah, beliau berpendapat tempat itu sangat strategis karena berdampingan dengan TK, SDN I Pajeng, dan SMP PGRI Pajeng. Di samping itu ibu-ibu bisa sambil baca buku ketika menunggu anaknya sekolah di TK.[7]

D.    Mengawal Semangat Ekstrakurikuler Pendidikan Formal
                   Di desa Pajeng hanya terdapat satu Madrasah Ibtida’iyah dan tiga Sekolah Dasar Negeri (SDN). Kegiatan Mengajar dan Belajar (KMB) berjalan dengan lancar. Untuk permasalahan di SDN tidak begitu ada masalah. Oleh karena itu, kami fokus pada permasalahan di MI. 
                   Terdapat dua kegiatan ekstra kurikuler di MI, yaitu pramuka dan Peraturan Baris Berbaris (PBB). Pramuka dibina oleh pak Mulyadi selaku guru olah raga dan PBB dibina oleh Pak Agus.  Kedua kegiatan ektra tersebut berjalan dengan lancar. Pramuka terjadwal hari Sabtu dan PBB terjadwal hari Jum’at.
                   Kegiatan PBB tidak ada masalah, kegiatan tersebut berjalan dengan lancar. Hasilnya pun cukup memuaskan. Hal itu dibuktikan ketika upacara Paskibra tertata rapi dan teratur. Kegiatan kepramukaan pun terbilang bagus, hanya saja kepramukaan di MI masih belum terdaftar di Gugus Depan (Gudep) sehingga tidak ada perhatian dari pusat dan berakibat kurangnya informasi yang berhubungan dengan kepramukaan[8].
                   Maka dari itu, muncullah ide dari Penanggung Jawab (PJ) untuk mengusahakan agar Pramuka MI bisa tefdaftar di Gudep[9]. Alhamdulillah pada akhirnya, dengan usaha yang keras Pramuka MI Islamiyah  terdaftar  di Gudep dan mendapatkan nomor Gudep 25.068 / 25.069.
                   Tim PJ tidak berhenti disitu saja, karena mereka berpikir agar Pramuka di MI bisa berkelanjutan pasca mereka kembali ke Surabaya, untuk itu mereka mengkomunikasikan MI Islamiyah dengan SMAN I Gondang. Setelah mengadakan pertemuan dengan Dewan Ambalan (DA) melalui pengurus Orientasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di SMAN I Gondang maka didapatkan sebuah kesepakatan Dewan Ambalan SMAN I Gondang siap berproses dan membina pramuka di MI Islamiyah dua kali dalam sebulan.



BAB IV
CATATAN REFLEKSI
TENTANG KESADARAN MASYARAKAT
TERHADAP KEBERSIHAN LINGKUNGAN DAN PENDIDIKAN

                   Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia dan merupakan unsur yang fundamental dalam ilmu kesehatan dan pencegahan. Yang dimaksud dengan kebersihan lingkungan adalah menciptakan lingkungan yang sehat sehingga tidak mudah terserang berbagai penyakit seperti demam berdarah, muntaber dan lainnya. Ini dapat dicapai dengan menciptakan suatu lingkungan yang bersih indah dan nyaman.
                   Agama Islam juga mengajarkan mengenai kebersihan lingkungan mencangkup kebersihan makan, kebersihan minum, kebersihan rumah, kebersihan sumber air, pekarangan dan jalan. Ini semua sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW yaitu kebersihan adalah sebagian dari pada iman.
                   Bila sudah terbiasa menjaga kebersihan maka jika melihat tempat yang tidak bersih perlu segera kita bersihkan agar hilang dari pandangan mata. Semakin banyak kotoran yang dibiarkan menumpuk semakin tidak baik untuk dilihat yang lebih bahaya lagi akan mendatangkan berbagai penyakit atau wabah di sekitarnya.
                   Kebersihan dan keindahan lingkungan selalu diidam-idamkan oleh penduduk di suatu tempat, khususnya yang ada di desa Pajeng. Masyarakat Pjeng mempunyai peran penting dalam pelaksanaan proses penanggulangan sampah. Dalam hal ini terfokus pada pemilahan sampah, antara sampah organik dan sampah non organik. Meskipun telah disediakan TPA, namun pada kenyataaanya masyarakat sekitar masih kurang memaksimalkannya dan cenderung membuang sampah ke sungai karena mengambil gampangnya saja tanpa memperdulikan dampaknya di masa mendatang. Karena dampaknya adalah banjir yang dirasakan oleh daerah Sugihan dan Puguhrejo.
                   Kondisi yang sedemikian itu karena kurang adanya greget dari para penduduk yang peduli terhadap kelangsungan kebersihan lingkungan. Meskipun telah ada himbauan-himbauan yang menegaskan tentang kebersihan lingkungan, namun nyatanya belum ada realisasi yang menanggapi himbauan tersebut. Maka menindak lanjuti masalah ini dibentuklah team yang menangani masalah sampah dan membangun TPA permanen guna pemilahan antara sampah organik dan non organik, dimulai dari 4 RT yaitu dari RT 16-19, berawal dari yang sedikit ini diharapkan mampu mempengaruhi RT lain agar timbul kesadaran tentang peduli lingkungan.
                   Selain masalah sampah, di Desa Pajeng ini terdapat beberapa TPQ yang  berjumlah 17, tetapi dari itu yang aktif hanya 8 TPQ dan ada persaingan antar TPQ tersebut. Masih kurang adanya kualitas dari pihak pengajar murid-murid TPQ dikarenakan adanya kendala pembagian waktu untuk mengajar, dan yang tak kalah pentingnya ketika orang tua yang kurang mendukung anak-anak untuk belajar mengaji dan mengajarkan shalat, maka dengan ini diadakanlah pertemuan antar guru TPQ yang terbentuk dalam Forum Komunikasi Kepala TPQ yang diadakan pada hari Sabtu, 09 Februari 2013 guna musyawarah antar mereka demi kemaslahatan murid-murid yang belajar membaca Alquran dan menghilangkan persepsi tentang persaingan tersebut.
                   Lain halnya dengan peramasalahan yang ada di TPQ, di Pajeng masih terlihat minimnya minat baca masyarakat dikarenakan kurangnya fasilitas yang menunjang dan tingginya tingkat buta aksara. Dari TBM ini diharapkan bisa membuka jendela ilmu pengetahuan dan wawasan yang akan memberi jalan terang dari ketidaktahuan akan pentingnya ilmu. Dengan ilmu diharapkan bisa memecahkan permasalahan yang ada di Desa Pajeng khususnya permasalahan sampah. Melihat permasalahan tentang pentingnya minat baca masyarakat maka disediakanlah sarana dan prasarana sesuai kebutuhan TBM dan masyarakat.
                   Kemudian Pramuka di MI Islamiyah belum terdaftar gugus depannya dikarenakan kurangnya inisiatif untuk mendaftarkan gugus depan di kwaran Gondang. Mengatasi permasalahan ini maka kami membantu mendaftarkannya. Dalam proses mendapatkan nomor Gudep ini terbilang sangatlah cepat karena bisa dilakukan dalam kurun waktu tiga hari. Agar kegiatan ini berlanjut dalam jangka panjang maka kami mengkomunikasikan kepada pihak Dewan Ambalan SMAN 1 Gondang menyepakati untuk membina dan berproses di MI Islamiyah dua kali dalam sebulan.
                   Dengan peran teman-teman KKN IAIN Sunan Ampel 2013, masyarakat Desa Pajeng bisa berubah seperti yang di harapkan menjadi lebih baik. Karena sesungguhnya masalah terbesar yang ada hanyalah kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya perubahan menjadi lebih baik.



BAB V
CATATAN AKHIR
PROSES PENDAMPINGAN MASYARAKAT
DALAM MENYELESAIKAN PERMASALAHAN DI DESA PAJENG

                   Selama satu bulan tertanggal 22 Januari hingga 21 Februari 2013, kami peserta KKN PAR 2013 berperan serta untuk memberdayakan masyarakat di Desa Pajeng Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro. Di desa ini kami bersama masyarakat belajar bersama menjadikan desa Pajeng agar lebih baik dari sebelumnya dan mencari problem solving akan masalah-masalah yang ada di desa Pajeng. Dalam hal ini kami bersama masyarakat saling berinteraksi untuk mencanangkan program yang sesuai dengan masalah dan kebutuhan masyarakat Pajeng.
                   Kami selaku peserta KKN PAR 2013 di desa lanjutan telah mengevaluasi dan merevitalisasi masalah sampah yang ada di desa Pajeng yang sebenarnya sudah terprogram sejak tahun 2011, akan tetapi belum membuahkan hasil yang maksimal. Oleh karena itu kami melanjutkan program untuk masalah sampah di desa Pajeng dan masalah sampah tersebut merupakan fokus utama kami dalam tugas KKN PAR 2013 Kelompok 45 di desa Pajeng. Selain masalah sampah, terdapat juga beberapa masalah lainnya, diantaranya tentang Pendidikan Non Formal (TPQ), Taman Bacaan Masyarakat (TBM), dan Pramuka di MI Islamiyah Pajeng.
                   Pajeng merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan Gondang kabupaten Bojonegoro, dimana pemandangan di sana sangat indah sekali. Dengan dikelilingi gunung-gunung yang menjulang ke langit dan pepohonan yang elok dan menawan. Sungguh istimewa hidup diantara keindahan alam itu. Akan tetapi, keindahan alam yang teristimewa itu tidak diimbangi dengan kebersihan lingkungan di sekitar desa Pajeng. Hal ini terbukti dengan banyaknya sampah dan kotoran yang berserakan di sungai-sungai, selokan, lahan kosong, dan gunung-gunung.
                   Masyarakat belum menyadari akan pentingnya kebersihan lingkungan dan dampak yang terjadi akibat pembuangan sampah secara liar. Mereka menganggap bahwa membuang sampah di sungai merupakan sesuatu yang sangat lumrah, bahkan sungai menjadi tempat pembuangan akhir dari sampah di desa Pajeng. Masyarakat juga beranggapan bahwa membuang sampah di sungai bukanlah suatu persoalan yang merugikan, malah itu menguntungkan bagi masyarakat desa Pajeng karena menghemat waktu dan tenaga.
                   Permasalahan sampah menjadi permasalahan utama di desa Pajeng. Oleh karena itu, kami bermaksud untuk menjadikan desa Pajeng sebagai Desa yang sangat indah itu menjadi lebih indah, lebih bersih, dan istimewa. Sebagai tahap awal, kami melakukan evaluasi bersama masyarakat dan perangkat desa akan sampah yang menggunung di sungai serta merevitalisasi kepengurusan atau tim pengelola sampah organik dan sampah anorganik. Selanjutnya mengambil sampel yaitu RT 16-19 di dusun Dodol untuk mencanangkan aksi dan melakukan sosialisasi masalah sampah bersama perangkat desa (Kades) terhadap masyarakat. Berawal dari sampel yang sedikit ini diharapkan dapat menjadi cermin bagi RT (masyarakat) lainnya untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan.
                   Sebagai aksi, kami bersama perangkat desa menggerakkan masyarakat untuk membangun Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang permanen dan mudah untuk dijangkau. Kami membantu masyarakat dalam pembangunan TPA tersebut. Di samping itu kami juga membuat papan pengumuman di tiap pintu masuk RT 16-19 yang bertuliskan Pemulung Dilarang Masuk dengan tujuan agar sampah dikelola oleh masyarakat dusun Dodol dan tidak di ambil oleh pemulung. Selain itu bertujuan untuk mengurangi pengangguran pemuda yang ada di desa Pajeng khususnya masyarakat di dusun Dodol. Dan setiap 1 bulan sekali diadakan kerja bakti untuk membersihkan lingkungan.
                   Semoga dengan adanya TPA yang permanen ini masyarakat termotivasi untuk membuang sampah pada tempat yang benar-benar tepat, menyadarkan bahwa pentingnya hidup bersih dari sampah, serta terbebas dari banjir dan penyakit. Sesuai dengan tema perpisahan KKN PAR 2013 yaitu Pajeng ASRI (Aman, Sehat, Rapi, Indah).
                   Selain masalah sampah, terdapat pula permasalahan mengenai TPQ.  Permasalahan yang ada di TPQ itu muncul dikarenakan tidak adanya dana untuk kelangsungan berjalannya TPQ, minimnya tenaga kependidikan untuk TPQ, Kurangnya kesadaran atau dukungan dari wali santri terhadap santrinya dan kelangsungan TPQ, kurang adanya pertemuan antar TPQ dan antar tokoh agama. Sebagai aksi, kami menghidupkan kembali FKK TPQ yang selama ini telah vakum dengan mengundang seluruh kepala TPQ yang ada di Desa Pajeng untuk mencari problem solving akan permasalahan tersebut yang diadakan pada hari Sabtu, tanggal 09 Februari 2013 yang bertempat di Masjid Sabilul Mustaqim.
                   Dari pertemuan antar kepala TPQ dan tokoh masyarakat se-Desa Pajeng membuahkan hasil untuk aksi yang selanjutnya, yaitu mengundang semua wali santri yang dikemas dalam acara silaturrahmi antar wali santri yang bertujuan, agar ada ikatan emosional antar Ustadz / Ustadzah dengan wali santri yang nantinya untuk menumbuhkan rasa simpati antar keduannya (Guru dan wali santri), dan hasil dari pertemuan tersebut adalah membentuk iuran bulanan sebesar 2000 perbulan, untuk kebutuhan TPQ dan Ustadz dan Ustadzahnya. Sedangkan untuk mengatasi minimnya tenaga kependidikan, sesuai musyawarah antar kepala TPQ yaitu memanfaatkan tenaga yang ada yakni meminta santri yang sudah lulus untuk membantu mengajar di TPQ.
                   Mengenai TBM, Sebagian besar dari masyarakat di Desa Pajeng adalah masyarakat buta aksara. Hal ini dikarenakan minimnya kesadaran masyarakat akan pentingya pendidikan dalam kehidupan. Mayoritas pendidikan anak di Desa Pajeng hanya sampai SD, sedikit yang melanjutkan pendidikannya ke SMP dan SMA apalagi melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Setelah lulus SMP biasanya mereka ada yang menjadi pengangguran, ada yang menikah di usia dini, ada yang bertani. Hal ini dikarenakan tidak adanya minat anak untuk melanjutkan sekolah lagi.
                   Dari permasalahan tersebut kami (peserta KKN PAR 2013), perangkat desa, serta masyarakat sepakat untuk mendirikan TBM (Taman Baca Masyarakat) di Desa Pajeng guna meningkatkan minat anak untuk selalu belajar terutama membaca, dan yang paling penting adalah untuk mencerdaskan masyarakat Desa Pajeng. Alhamdulillah, dengan waktu yang singkat TBM tersebut didirikan secara resmi dengan nama TBM (Taman Bacaan Masyarakat) Cahaya Ilmu yang bertempat di gedung PKK dengan terkumpulnya lebih dari 100 judul buku. TBM tersebut launching (diresmikan) pada hari Rabu, tanggal 20 Februari 2013. Desa Pajeng diakui oleh UPT Dinas Pendidikan kecamatan Gondang sebagai desa yang mengawali TBM se-kecamatan Gondang secara resmi.
                   Untuk permasalahan Pramuka di MI Islamiyah Pajeng yakni belum terdaftarnya gugus depan. Padahal antusias murid-murid MI Islamiyah Pajeng untuk mengikuti Pramuka sangatlah baik. Hal ini dikarenakan tidak adanya inisiatif dari Dewan Guru dan Kepala Sekolah untuk mendaftarkan gugus depan Pramuka. Sehingga kami membantu agar Pramuka di MI Islamiyah terdaftar di Gudep dan juga membantu mencarikan pembina Pramuka agar dapat terrealisasi dengan baik setelah kepulangan kami. Akhirnya dengan usaha yang keras, Pramuka di MI Islamiyah terdaftar di Gudep dengan nomor Gudep 25.068 / 25.069 dan mendapatkan pembina yang siap membina Pramuka di MI Islamiyah sebanyak 2 kali dalam 1 bulan.
                   Alhamdulillah, program dan aksi dari penyelesaian masalah yang ada di Desa Pajeng telah berjalan dengan lancar. Semoga semua yang telah kami bangun di sini bersama masyarakat dapat terealisasi dengan baik dan di manfaatkan dengan baik pula, meskipun masa KKN kami di desa Pajeng telah usai. Amin... amin... ya Rabbal ‘Alamin.....
DAFTAR PUSTAKA

Daftar Isian Potensi dan Tingkat Perkembangan Desa Pajeng Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro Tahun 2012.
Hasil observasi, transect, dan evaluasi dengan warga dukuhan Dodol Minggu - Rabu tanggal 27-30 Februari 2013.
Hasil musyawarah bersama kepala desa dan perangkatnya beserta warga dukuhan Dodol sebagai percontohan di dukuhan Dodol tempat rumah Bapak Sutomo Senin tanggal 05 Februari 2013.
Hasil musyawarah bersama kepala Desa dan perangkatnya beserta warga dukuhan Dodol sebagai percontohan.
Hasil transect dan FGD bersama perangkat desa Pajeng dan warga dukuhan dodol senin sampai selasa tanggal 28-29 Januari 2013.
Koordinator TPQ kecamatan Gondang (Bapak Ahmad Nuri), Tokoh masyarakat dan kepala TPQ se-Desa Pajeng di Masjid Al Akbar (Sabilul Mustaqim) dusun Dodol Sabtu 09-02-2013 ba’da Isya’ jam 20:00 WIB Hasil evaluasi bersama perangkat desa.
M.N. Taufiq, kepala UPT Dinas Pendidikan Kec. Gondang, disampaikan pada launching TBM Tanggal 20 Februari 2013.
Wawancara dengan Mbah mantan Lurah (65 tahun) pada hari Jum’at  tanggal 01 Februari 2013, pukul 09.30.
Wawancara dengan Bapak Muhsini (67 Tahun) pada hari Jum’at tanggal 01 Februari 2013 pukul 19.45.
Wawancara dengan Bapak Samiyo (50 tahun) di dusun Dodol.
Wawancara dengan Bapak Shofwan di desa Tegalan.
Wawancara dengan Bapak Sutomo di dukuhan Dodol Senin 05 Februari 2013.
Wawancara dengan Kepala Sekolah MI, M Romadlon, S. Pd. I pada tanggal 13 Februari 2013.



Lampiran 1
POHON MASALAH UTAMA
 




Lampiran 2
POHON HARAPAN MASALAH UTAMA
Lampiran 3















 















Gambar 1.3 Kondisi Geografi Dusun Bulu Jiwo




Lampiran 4











 
















Gambar 1.4 Kondisi Geografi Dusun Pajeng



Lampiran 5






 














 







Gambar 1.5 Kondisi Geografi Dusun Dodol



Lampiran 6
Hasil Wawancara
Semi Terstruktur Tentang Kebersihan Lingkungan
Identitas :
1.      Nama                           : Nunik
2.      Umur                           : 28 tahun
3.      Tempat tinggal            : Dsn Dodol, Desa Pajeng, Kec. Gondang
4.      Pekerjaan                     : Petani
Informasi Tentang Lingkungan:
-          Tidak tersedianya tempat sampah umum sehingga warga disekitar membuang sampah pada kali.
-          Pembakaran sampah juga sering dilakukan warga
-          Pemisahan sampah tidak dilakukan
-          Minimalnya MCK dikarenakan warga sudah terbiasa buang air besar di kali
Harapan:
-          Sampah- sampah dapat dikelola dengan baik
-          Ada pengelola yang mengorganisasi sampah secara struktur
-          Ingin punya MCK secara perk



Lampiran 7







 







                                                                                                                                                                          
DSCI2002.JPG
Gambar 1.6 Sampah Berserakan dimana-mana







 








Gambar 1.7 Proses pembangunan TPA di desa Pajeng



Lampiran 8






 







Gambar 1.8 Pertemuan FKK TPQ yang Sempat Mati Suri






 








Gambar 1.9 Gerakan Pramuka saat Lintas Medan







 







Gambar 1.10 Launching TBM ( Taman Baca Masyarakat) Cahaya Ilmu


Lampiran 9
Pemanfaatan Limbah Organik dan Anorganik
Bila tidak dikelola dengan baik, sampah akan berbahaya bagi kesehatan manusia. Seperti kita ketahui, tempat sampah sering menjadi tempat yang menyenangkan bagi hewan penyebar penyakit, seperti lalat, nyamuk, tikus, dan kecoa. Selain itu, sampah yang dibuang sembarangan, misalnya ke dalam selokan atau sungai, akan menghambat jalannya aliran air. Sampah tersebut bertumpuk sehingga aliran air selokan atau sungai tersumbat. Ketika curah hujan tinggi dan berlangsung lama, akan mengakibatkan banjir.
Dalam istilah lingkungan, sampah diartikan sebagai bahan yang terbuang atau dibuang dari hasil kegiatan manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Namun, tidak semua sampah tidak berguna. Beberapa jenis sampah masih dapat diolah sehingga memiliki nilai ekonomi atau kegunaan lain bagi manusia. Untuk itu, kita perlu memiliki pemahaman tentang sampah dan bagaimana pemanfaatan sampah organik yang ada di lingkungan. Salah satu bentuk pengelolaan sampah adalah pembuatan pupuk kompos. Pembuatan pupuk kompos dapat mengurangi masalah sampah sekaligus menciptakan nilai ekonomi dari sampah.
Ø  Jenis Sampah
Berdasarkan sifatnya, sampah dibagi menjadi :
-          Sampah organik : dapat diurai (degradable)
-          Sampah anorganik : tidak terurai (undegradable)
Berdasarkan sumbernya, jenis sampah dibagi menjadi :
-          Sampah alam
-          Sampah manusia
-          Sampah konsumsi /dapur
-          Sampah nuklir
-          Sampah industri
-          Sampah pertambangan

Cara Menangani Sampah :
1.      Dipilah, yaitu memisahkan antara sampah yang mudah membusuk dan sampah yang tidak mudah atau sulit membusuk.
2.      Dibuat kompos, setelah dipilah, sampah yang mudah busuk seperti bekas makanan dan sayur-sayuran dapat diolah menjadi pupuk kompos. Didaur ulang, adapun sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik atau kertas, dapat diolah menjadi barang yang dapat digunakan kembali atau dijual.
Ø  Pemanfaatan Limbah Anorganik
Limbah atau sampah merupakan bahan buangan sebagai dampak dari eksploitasi lingkungan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Ø  Menurut golongannya sampah terbagi empat kelompok, yaitu:
1.      Human secreta, yaitu bahan buangan yang dikeluarkan dari dalam tubuh manusia dan hewan, seperti keringat, feses ( kotoran zat padat ), dan urine ( kotoran zat cair ).
2.      Sawage, yaitu air limbah cair yang dibuang oleh industri atau rumah tangga, seperti detergen.
3.      Refuse, yaitu bahan sisa proses industri atau hasil sampingan kegiatan rumah tangga, misalnya plastik, logam, botol, kayu bangunan, sisa sayuran, nasi bekas, daun tanaman atau barang-barang buangan.
4.      Industri waste, merupakan bahan buangan dari sisa-sisa proses industri seperti zat pewarna, pelarut, limbah injeksi, dan lain-lain.

     Sampah atau limbah yang kita hasilkan setiap hari, biasanya kita buang begitu saja tanpa kita pilah-pilah. Hal ini mungkin karena kita tidak tahu atau mungkin tidak mau tahu bahwa sampah tersebut dapat kita pilah-pilahkan menjadi limbah organik dan anorganik yang dapat kita manfaatkan menjadi barang yang berguna.
Limbah anorganik adalah limbah yang berasal bukan dari makhluk hidup. Limbah anorganik ini memerlukan waktu yang lama atau bahkan tidak dapat terdegradasi secara alami. Beberapa limbah anorganik diantaranya styrofoam, plastik, kaleng, dan bahan gelas atau beling. Salah satu pemanfaatan limbah anorganik adalah dengan cara proses daur ulang (recycle). Daur ulang merupakan upaya untuk mengolah barang atau benda yang sudah tidak dipakai agar dapat dipakai kembali. Beberapa limbah anorganik yang dapat dimanfaatkan melalui proses daur ulang, misalnya plastik, gelas, logam, dan kertas.
1.      Limbah Plastik
Limbah plastik biasanya digunakan sebagai pembungkus barang. Plastik juga digunakan sebagai perabotan rumah tangga seperti ember, piring, gelas, dan lain sebagainya. Keunggulan barang-barang yang terbuat dari plastik yaitu tidak berkarat dan tahan lama. Banyaknya pemanfaatan plastik berdampak pada banyaknya sampah plastik. Padahal untuk hancur secara alami jika dikubur dalam tanah memerlukan waktu yang sangat lama. Cobalah kalian kubur sampah plastik selama beberapa bulan, kemudian gali lagi penutup tanahnya dapat dipastikan bahwa plastik tersebut akan tetap utuh. Karena itu, upaya yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan limbah plastik untuk didaur ulang menjadi barang yang sama fungsinya dengan fungsi semula maupun digunakan untuk fungsi yang berbeda. Misalnya ember plastik bekas dapat didaur ulang dan hasil daur ulangnya setelah dihancurkan dapat berupa ember kembali atau dibuat produk lain seperti sendok plastik, tempat sampah, atau pot bunga. Plastik dari bekas makanan ringan atau sabun deterjen dapat didaur ulang menjadi kerajinan misalnya kantong, dompet, tas laptop, tas belanja, sandal, atau payung. Botol bekas minuman bisa dimanfaatkan untuk membuat mainan anak-anak. Sedotan minuman dapat dibuat bunga-bungaan, bingkai foto, taplak meja, hiasan dinding atau hiasan-hiasan lainnya.

2.      Limbah Logam
Sampah atau limbah dari bahan logam seperti besi, kaleng, alumunium, timah, dan lain sebagainya dapat dengan mudah ditemukan di lingkungan sekitar kita. Sampah dari bahan kaleng biasanya yang paling banyak kita temukan dan yang paling mudah kita manfaatkan menjadi barang lain yang bermanfaat. Sampah dari bahan kaleng dapat dijadikan berbagai jenis barang kerajinan yang bermanfaat. Berbagai produk yang dapat dihasilkan dari limbah kaleng di antaranya tempat sampah, vas bunga, gantungan kunci, celengan, gift box, dan lain-lain.
3.      Limbah Gelas atau Kaca
Limbah gelas atau kaca yang sudah pecah dapat didaur ulang menjadi barang-barang sama seperti barang semula atau menjadi barang lainseperti botol yang baru, vas bunga, cindera mata, atau hiasan-hiasan lainnya yang mempunyai nilai artistik dan ekonomis.
4.      Limbah Kertas
Sampah kertas kelihatannya memang mudah hancur dan tidak berbahaya seperti sampah plastik. Namun walau bagaimanapun yang namanya sampah pasti menimbulkan masalah jika berserakan begitu saja. Sampah dari kertas dapat didaur ulang baik secara langsung ataupun tak langsung. Secara langsung artinya kertas tersebut langsung dibuat kerajinan atau barang yang berguna lainnya. Sedangkan secara tak langsung artinya kertas tersebut dapat dilebur terlebih dahulu menjadi kertas bubur, kemudian dibuat berbagai kerajinan.
Hasil daur ulang kertas banyak sekali ragamnya seperti kotak hiasan, sampul buku, bingkai photo, tempat pinsil, dan lain sebagainya.


[1]Hasil transec dan FGD bersama perangkat desa Pajeng dan warga dukuhan dodol senin sampai selasa 28-29 Februari 2013
[2]Hasil observasi, Transect, dan evaluasi dengan warga dukuhan Dodol Minggu - Rabu 27-30 Februari 2013.
[3]Hasil musyawarah bersama kepala Desa dan perangkatnya beserta warga dukuhan Dodol sebagai percontohan. Di dukuhan Dodol temapt rumah Bapak sutomo Senin , 05 Februari 2013.
[4]Ibid.
[5]Hasil evaluasi bersama perangkat desa, koordinator TPQ kecamatan Gondang (Bapak Ahmad Nuri), Tokoh masyarakat dan kepala TPQ se-Desa Pajeng di Masjid Al Akbar (Sabilul Mustaim) dusun Dodol sabtu 09-02-2013 ba’da Isya’ jam 20:00 WIB
[6]M.N. Taufiq, kepala UPT Dinas Pendidikan Kec. Gondang, disampaikan  pada Launching TBM Tgl 20 Februari 2013.
[7]Disampaikan ketika launching TBM Tgl  20 Februari 2013.
[8] Dikutip dari Kepala Sekolah MI, Much Romadlon, S. Pd.I pada tgl 13-Februari 2013.
[9] Ifa Ratnasari dan Muhyiddin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar