Minggu, 15 Mei 2011

PENJELASAN ILMIAH TENTANG KETIADAAN WAKTU

Mari kita terangkan pokok bahasan ini dengan mengutip berbagai penjelasan ilmuwan dan cendekiawan tentang pokok bahasan ini. Berkenaan dengan pokok bahasan waktu yang mengalir ke belakang, François Jacob, profesor genetika peraih Nobel dan intelektual terkenal, menyatakan dalam bukunya Le Jeu des Possibles (Yang Mungkin dan Yang Nyata) berikut ini:
Film yang diputar balik memungkinkan kita untuk membayangkan suatu dunia yang waktunya mengalir ke belakang. Suatu dunia dengan susu yang memisahkan diri sendiri dari kopi dan meloncat keluar dari mangkok untuk mencapai wadah susu; suatu dunia yang sinar-sinar terang terpancar dari dinding untuk terkumpul dalam sebuah perangkap (pusat gravitasi), tidak lagi memancar keluar dari sumber cahaya; suatu dunia yang sebuah batu meluncur ke telapak tangan seseorang bersama dengan tetesan air yang tak terhitung yang memungkinkan batu meloncat dari air. Tetapi, di dunia sedemikian rupa yang waktunya mempunyai sifat yang bertolak-belakang, proses otak kita, dan cara otak kita mengumpulkan informasi, berjalan ke belakang pula. Hal ini berlaku untuk masa lalu dan masa mendatang dan dunia akan tampak di depan kita tepat seperti yang baru saja tampak.42 
Karena otak kita terbiasa dengan urutan peristiwa tertentu, dunia berjalan bukan seperti yang terkait di atas dan kita menganggap bahwa waktu selalu mengalir ke depan. Akan tetapi, hal ini merupakan putusan yang dicapai di otak dan bersifat relatif. Pada kenyataannya, kita tidak pernah bisa mengetahui bagaimana waktu mengalir atau bahkan apakah mengalir ataukah tidak. Ini merupakan indikasi fakta bahwa waktu bukanlah fakta mutlak, melainkan hanya semacam cerapan.
Relativitas waktu adalah fakta yang juga teruji oleh salah seorang fisikawan terpenting abad 20, Albert Einstein. Lincoln Barnett menulis dalam bukunya The Universe and Dr. Einstein:
Bersama-sama dengan kemutlakan ruang, Einsten membuang konsep kemutlakan waktu-mengenai aliran waktu semesta yang tetap, itu-itu saja, tidak bisa ditawar-tawar, yang mengalir dari masa lalu yang tak terbatas ke masa depan yang tak terbatas. Sebagian besar kekaburan yang melingkupi Teori Relativitas berasal dari keengganan manusia untuk mengakui bahwa rasa waktu, seperti rasa warna, merupakan bentuk cerapan. Tepat seperti ruang yang mungkin hanya tatanan obyek materi, waktu pun mungkin hanya tatanan peristiwa. Subyektivitas waktu itu dijelaskan dengan sebaik-baiknya dengan kata-kata Einsten sendiri. "Pengalaman individu," katanya, "tampak pada kita tertata dalam serangkaian peristiwa; dalam rangkaian ini, peristiwa tunggal yang kita ingat [menjadi] tampak tertata menurut kriteria "terdahulu" dan "terkemudian". Karena itu, ada waktu bagi individu, waktu-saya, atau waktu subyektif. Hal ini dengan sendirinya tidak bisa terukur. Sesungguhnya saya bisa mengasosiasikan angka-angka dengan peristiwa-peristiwa, dengan cara sedemikian rupa sehingga angka yang lebih besar lebih diasosiasikan dengan peristiwa terkemudian daripada dengan yang terdahulu.43 
Einstein sendiri menunjukkan, seperti yang dikutip dalam buku Barnett: "ruang dan waktu merupakan bentuk intuisi, yang tidak bisa dipisahkan dari kesadaran lebih daripada yang bisa [dipisahkan dari] konsep warna, bentuk atau ukuran." Menurut Teori Relativitas Umum: "waktu tidak mempunyai keberadaan yang bebas terpisah dari tatanan peristiwa yang dengannya kita mengukurnya."44 
Karena terdiri dari cerapan, waktu tergantung sepenuhnya pada pencerapnya dan karena itu bersifat relatif.
Kecepatan pengaliran waktu berbeda menurut acuan yang kita gunakan untuk mengukurnya karena tidak ada jam alamiah dalam tubuh manusia untuk menunjukkan dengan tepat seberapa cepat waktu melintas. Seperti tulisan Lincoln Barnett: "Tepat seperti hal-hal semacam warna yang tidak ada tanpa pencerapan oleh mata, seketika atau sejam atau sehari pun tidak ada tanpa penandaan oleh peristiwa."45 
Relativitas waktu dialami dengan jelas dalam mimpi. Meskipun yang kita lihat dalam mimpi tampaknya berlangsung selama berjam-jam, itu sebenarnya hanya berlangung selama beberapa menit, dan bahkan beberapa detik.
Mari kita perhatikan contoh untuk menerangkan masalah ini lebih lanjut. Mari kita anggap bahwa kita berada di suatu ruang dengan satu jendela saja yang dirancang khusus dan kita tetap di sana selama jangka waktu tertentu. Ada jam di ruang itu yang dengannya kita bisa melihat jumlah waktu yang melintas. Pada saat yang sama, anggaplah bahwa melalui jendela ruang kita melihat matahari yang terbit dan tenggelam pada jarak waktu tertentu. Beberapa hari kemudian, jawaban yang akan kita berikan atas pertanyaan tentang jumlah waktu yang kita habiskan di kamar itu akan berdasarkan baik pada informasi yang telah kita kumpulkan dengan melihat jam dari satu waktu ke waktu lainnya maupun dengan hitungan yang kita buat menunjukkan berapa kali matahari terbit dan tenggelam. Umpamanya, kita perkirakan bahwa kita hanya menghabiskan tiga hari di ruang itu. Akan tetapi, jika orang yang meletakkan kita di ruang itu berkata bahwa kita hanya menyita dua hari di ruang itu dan bahwa matahari yang kita lihat dari jendela itu buatan yang dihasilkan oleh suatu mesin simulasi dan bahwa jam di kamar itu diatur khusus untuk berfungsi lebih cepat, maka penghitungan yang kita lakukan tidak memiliki makna.
Contoh ini menegaskan bahwa informasi yang kita miliki tentang tingkat lintasan waktu didasarkan pada acuan relatif. Relativitas waktu ialah fakta ilmiah yang juga terbukti dengan metode ilmiah. Teori Relativitas Umum Einstein pun berpendapat bahwa kecepatan waktu berubah tergantung pada kecepatan obyek dan posisinya di medan gravitasi. Bila kecepatan terus bertambah, waktu disingkatkan dan dipadatkan: waktu melambat seolah-olah sampai ke titik "berhenti".
Mari kita jelaskan hal ini dengan suatu contoh yang diberikan oleh Einsten. Bayangkan dua anak kembar, satu darinya tinggal di bumi sementara yang lainnya bepergian di ruang angkasa dengan kecepatan yang mendekati cahaya. Ketika ia kembali, anak kembar yang bepergian di ruang angkasa akan melihat bahwa saudaranya telah tumbuh jauh lebih tua daripada dirinya. Alasannya adalah bahwa waktu mengalir lebih lambat pada orang yang bepergian dengan kecepatan yang mendekati kecepatan cahaya. Mari kita bayangkan [ada] seorang ayah yang bepergian di ruang angkasa sedangkan anaknya diam di bumi. Jika si ayah berusia duapuluh tujuh tahun ketika berangkat sedangkan si anak tiga tahun; [maka] ketika ayahnya kembali ke bumi tigapuluh tahun kemudian (waktu bumi), anaknya akan berusia tigapuluh tiga tahun sementara ayahnya hanya tigapuluh [tahun].46 Relativitas waktu ini tidak disebabkan oleh pelambatan atau pun pencepatan arloji, atau pun pelambatan pegas mekanis. Ini justru merupakan hasil dari perbedaan periode kerja seluruh sistem keberadaan materi, yang jangkauannya sedalam partikel sub-atom. Dengan kata lain, bagi orang yang mengalaminya, pemendekan waktu tidak dialami seolah-olah berakting di film yang bergerak lambat. Dalam pranata yang sedemikian itu, yang waktunya memendek, detak jantung seseorang, penggandaan selnya, dan fungsi otaknya, dan lain-lain, semuanya bekerja lebih lambat daripada orang yang bergerak lebih lambat di bumi. Namun demikian, orang itu melanjutkan kehidupan sehari-harinya dan sama sekali tidak memperhatikan pemendekan waktu. Bahkan sesungguhnya pemendekan itu tidak sampai tampak sebelum dilakukan pembandingan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar