Ringkasan Sejarah Peradaban Islam
A. PERADABAN ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW.
Di antara peristiwa yang sangat menentukan bagi penyebaran Islam saat Rosulullah SAW memimpin langsung dakwah adalah tersebarnya Ukhuwwah dan Mahabbah diantara kaum muslimin, yang sebelum Islam dating mereka terpecah belah dalam kelompok-kelompok suku. Lebih jelas lagi Rosulullah SAW mempersaudarakan 10 dari kaum Muhajirin dengan 10 dari kaum Anshor.[1]
Selain itu juga, untuk menghindari penyiksaan dari kaum kafir terhadap umat Islam, Rosulullah telah mampu mengajak mere untuk mengadakan perjanjian-perjanjian antara Islam dan kafir. Perjanjian yang terkenal pada masa itu adalah Deklarasi Madinah pada tahun 2 H (623 M).[2]
B. PERADABAN ISLAM PADA MASA KHULAFA AR-ROSYIDIN
a. Kholifah Abu Bakar As-Shiddiq
Ia memerintah selama 2 tahun 3 bulan, tetapi meskipun memerintah sesingkat itu, banyak jasa dan peninggalannya, seperti :
1. Perbaikan Sosial ; menciptakan stabilitas wilayah Islam, mengamankan tanah Arab dari gangguan orang murtad, memerangi orang yang tidak mau membayar zakat dan memberantas nabi palsu.
2. Pengumpulan Ayat Al-qru’an ; ia menyuruh Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkannya dalam satu mushaf, kemudian disimpan oleh Abu Bakar.
3. Perluasan Wilayah Islam ; wilayah Islam pada masanya meliputi : Irak, Persia dan Syam (Syiria).[3]
b. Kholifah Umar bin Khotthob
Hasil peradaban pada saat beliau memerintah diantaranya ialah :
1. Perluasan wilayah Islam hingga ke Syam, Palestina dan Mesir.
2.Pembagian daerah pemerintahan kepada beberapa wilayah/propinsi. Masing-masing propinsi dipimpin oleh seorang gubernur.
3. Pembentukan dewa pemerintahan, seperti : Baitul Mal (Perbendaharaan Negara), Dewan Tentara, Kehakiman Islam, Penetapan tahun Hijriah, pembangunan masjid dan pembuatan undang-undang yang mengatur urusan pasar (Husbah).[4]
c. Kholifah Utsman bin Affan
Adapun peradaban yang dihasilkan pada masa-masa beliau menjadi kholifah adalah sebagai berikut ;
1. Pembukuan Al-qur’an menjadi beberapa buah, kemudian dikirimkan ke Mesir, Syiria, Basrah dan Kufah. Dan satu lagi disimpan sendiri oleh Kholifah Usman yang kemudian dikenal dengan Mushaf Usmani.
2. Pembangunan gedung pengadilan yang pada masa sebelumnya masih dilaksanakan di masjid.
3. Pembentukan armada perang.[5]
d. Kholifah Ali bin Abi Tholib
Diantara hal-hal yang dilakukan beliau semasa memerintah adalah :
Penggantian gubernur yang tidak cakap.
Penarikan kembali tanah negara yang dibagikan semasa Kholifah Usman.
Mengamankan kerusuhan-kerusuhan.[6]
C. PERADABAN ISLAM PADA MASA DAULAH BANI UMAYYAH
Di masa Bani Umayyah ini, kebudayaan mengalami perkembangan dari pada masa sebelumnya. Di antara kebudayaan Islam yang mengalami perkembangan pada masa ini adalah seni sastra, seni rupa, seni suara, seni bangunan, seni ukir, dan sebaginya.
Pada masa ini telah banyak bangunan hasil rekayasa umat Islam dengan mengambil pola Romawi, Persia dan Arab. Contohnya adalah bangunan masjid Damaskus yang dibangun pada masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik, dan juga masjid Agung Cordova yang terbuat dari batu pualam.[7]
Seni sastra berkembang dengan pesatnya, hingga mampu menerobos ke dalam jiwa manusia dan berkedudukan tinggi di dalam masyarakat dan negara. Sehingga syair yang muncul senantiasa sering menonjol dari sastranya, disamping isinya yang bermutu tinggi.
Perkembangan seni ukir yang paling menonjol adalah penggunaan khot Arab sebagai motif ukiran atau pahatan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya dinding masjid dan tembok-tembok istana yang diukur dengan khat Arab. Salah satunya yang masih tertinggal adalah ukiran dinding Qushair Amrah (Istana Mungil Amrah), istana musim panas di daerah pegunungan yang terletak lebih kurang 50 mil sebelah Timur Amman.
Dalam bidang ilmu pengetahuan, perkembangan tidak hanya meliputi ilmu pengetahuan agama saja, tetapi juga ilmu pengetahuan umum, seperti ilmu kedokteran, filsafat, astronomi, ilmu pasti, ilmu bumi, sejarah, dan lain-lain.[8]
Pada ini juga, politik telah mengaami kamajuan dan perubahan, sehingga lebih teratur dibandingkan dengan masa sebelumnya, terutama dalam hal Khilafah (kepemimpinan), dibentuknya Al-Kitabah (Sekretariat Negara), Al-Hijabah (Ajudan), Organisasi Keuangan, Organisasi Keahakiman dan Organisasi Tata Usaha Negara.[9]
Kekuatan militer pada masa Bani Umayyah jauh lebh berkembang dari masa sebelumnya, sebab diberlakukan Undang-Undang Wajib Militer (Nizhamut Tajnidil Ijbary). Sedangkan pada masa sebelumnya, yakni masa Khulafaurrasyidin, tentara adalah merupakan pasukan sukarela. Politik ketentaraan Bani Umayyah adalah politik Arab, dimana tentara harus dari orang Arab sendiri atau dari unsure Arab.
Dalam bidang social budaya, kholifah pada masa Bani Umayyah juga telah banyak memberikan kontribusi yang cukup besar. Yakni, dengan dibangunnya rumah sakit (mustasyfayat) di setiap kota yang pertama oleh Kholifah Walid bin Abdul Malik. Saat itu juga dibangun rumah singgah bagi anak-anak yatim piatu yang ditinggal oleh orang tua mereka akibat perang. Bahkan orang tua yang sudah tidak mampu pun dipelihara di rumah-rumah tersebut. Sehingga usaha-usaha tersebut menimbulkan simpati yang cukup tinggi dari kalangan non-Islam, yang pada akhirnya mereka berbondong-bondong memeluk Islam.[10]
D. PERADABAN ISLAM PADA MASA DAULAH BANI ABBASIYAH
Masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah merupakan masa kejayaan Islam dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pada zaman ini, umat Islam telah banyak melakukan kajian kritis terhadap ilmu pengetahuan, yaitu melalui upaya penterjemahan karya-karya terdahulu dan juga melakukan riset tersendiri yang dilakukan oleh para ahli. Kebangkitan ilmiyah pada zaman ini terbagi di dalam tiga lapangan, yaitu : kegiatan menyusun buku-buku ilmiah, mengatur ilmu-ilmu Islam dan penerjemahan dari bahasa asing.[11]
Setelah tercapai kemenangan di medan perang, tokoh-tokoh tentara membukakan jalan kepada anggota-anggota pemerintahan, keuangan, undang-undang dan berbagai ilmu pengetahuan untuk bergiat di lapangan masing-masing. Dengan demikian muncullah pada zaman itu sekelompok penyair-penyair handalan, filosof-filosof, ahli-ahli sejarah, ahli-ahli ilmu hisab, tokoh-tokoh agama dan pujangga-pujangga yang memperkaya perbendaharaan bahasa Arab. [12]
Adapun bentuk-bentuk peradaban Islam pada masa daulah Bani Abbasiyah adalah sebagai berikut :
a. Kota-Kota Pusat Peradaban
Di antara kota pusat peradaban pada masa dinasti Abbasiyah adalah Baghdad dan Samarra. Bangdad merupakan ibu kota negara kerajaan Abbasiyah yang didirikan Kholifah Abu Ja’far Al-Mansur (754-775 M) pada tahun 762 M. Sejak awal berdirinya, kota ini sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan. Ke kota inilah para ahli ilmu pengetahuan datang beramai-ramai untuk belajar. Sedangkan kota Samarra terletak di sebelah timur sungai Tigris, yang berjarak + 60 km dari kota Baghdad. Di dalamnya terdapat 17 istana mungil yang menjadi contoh seni bangunan Islam di kota-kota lain.[13]
b. Bidang Pemerintahan
Dalam pembagian wilayah (propinsi), pemerintahan Bani Abbasiyah menamakannya dengan Imaraat, gubernurnya bergelar Amir/ Hakim. Imaraat saat itu ada tiga macam, yaitu ; Imaraat Al-Istikhfa, Al-Amaarah Al-Khassah dan Imaarat Al-Istilau. Kepada wilayah/imaraat ini diberi hak-hak otonomi terbatas, sedangkan desa/ al-Qura dengan kepala desanya as-Syaikh al-Qoryah diberi otonomi penuh.
Selain hal tersebut di atas, dinasti Abbasiyah juga telah membentuk angkatan perang yang kuat di bawah panglima, sehingga kholifah tidak turun langsung dalam menangani tentara. Kholifah juga membentuk Baitul Mal/ Departemen Keuangan untuk mengatur keuangan negara khususnya. Di samping itu juga kholifah membentuk badan peradilan, guna membantu kholifah dalam urusan hukum.[14]
c. Bangunan Tempat Pendidikan dan Peribadatan
Di antara bentuk bangunan yang dijadikan sebagai lembaga pendidikan adalah madrasah. Madrasah yang terkenal saat itu adalah Madrasah Nizamiyah, yang didirikan di Baghdad, Isfahan, Nisabur, Basrah, Tabaristan, Hara dan Musol oleh Nizam al-Mulk seorang perdana menteri pada tahun 456 – 486 H. selain madrasah, terdapat juga Kuttab, sebagai lembaga pendidikan dasar dan menengah, Majlis Muhadhoroh sebagai tempat pertemuan dan diskusi para ilmuan, serta Darul Hikmah sebagai perpustakaan.
Di samping itu, terdapat juga bangunan berupa tempat-tempat peribadatan, seperti masjid. Masjid saat itu tidak hanya berfungsi sebagai tempat pelaksanaan ibadah sholat, tetapi juga sebagai tempat pendidikan tingkat tinggi dan takhassus. Di antara masjid-masjid tersebut adalah masjid Cordova, Ibnu Toulun, Al-Azhar dan lain sebagainya.[15]
d. Bidang Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan pada masa Daulah Bani Abbasiyah terdiri dari ilmu naqli dan ilmu ‘aqli. Ilmu naqli terdiri dari Ilmu Tafsir, Ilmu Hadits Ilmu Fiqih, Ilmu Kalam, Ilmu Tasawwuf dan Ilmu Bahasa. Adapaun ilmu ‘aqli seperti : Ilmu Kedokteran, Ilmu Perbintangan, Ilmu Kimia, Ilmu Pasti, Logika, Filsafat dan Geografi.[16]
E. PERADABAN ISLAM DI ANDALUSIA (SPANYOL)
Dalam sejarah peradaban dunia dikenal istilah budaya Andalusia, yaitu budaya yang terbentuk oleh kelompok komunitas dengan berbagai latar belakang etnik. Yakni ; etnik Arab, Al-Muwalladun (orang Spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam berasal dari Afrika), Al-shaqabilah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria), Yahudi, Kristen, dan Kristen Muzareb. Semua komunitas di atas (kecuali Kristen) memberikan andil untuk tumbuh dan berkembangnya lingkungan budaya Andalusia. [17]
Andalusia pada masa kejayaannya adalah pusat belajar filsafat, kedokteran dan ilmu alam. Bangunan megah peninggalan Islam yang terkenal sampai saat ini di Spanyol adalah Istana Al-Hamra, Masjid Cordova, Istana Putri Az-Zahra, Menara La Giralda. [18]
F. PERADABAN ISLAM DI MESIR
Sejak Mesir jatuh ke tangan umat Islam pada tahun 21 H / 642 M, maka negeri itu merupakan negeri Islam. Gubernur yang pertama adalah Amr bin ‘Ash pada masa Kholifah Umar bin Khotthob. Ketika Abbasiyah berkuasa, Mesir silih berganti oleh penguasa independent. Akan tetapi sejak dikuasai dinasti thulun + 100 tahun lamanya (868 – 968 M), kemudian dinasti Fathimiyah (968 – 1171 M) lalu oleh kekuasaan Ayyubiyah, Mamluk dan Kerajaan Turki Usmani, peradaban Islam di Mesir mengalami perkembangan dan kemajuan.
Di antara hasil dari perkembangan peradaban Islam di Mesir adalah :
a. Masjid Amr bin ‘Ash dan Masjid ibnu Thulun
Didirikan oleh Amr bin ‘Ash pada tahun 624 M di kota Fustat, yang juga didirikan oleh gubernur tersebut. Yang menjadi keistimewaaan dari masjid ini adalah dibuatnya masquroh (dinding rendah yang membatasi imam dan ma’mum), menara untuk muadzin, mihrob (dinding tempat imam memimpin sholat), liwanat (bangunan atas yang menutupi bagian atas yang berguna untuk berteduh).
Didirikan oleh Sultan Ahmad ibn Thulun pada tahun 876 M di Kairo. Beda dengan masjid Amr ibn ‘Ash, masjid ini lebih menarik adalah hiasan kaligrafi Al-Qur’an pada balok, yang diambil dari pegunungan di Armenia. Pilar-pilarnya menyerupai pilar seni Ghotic, bentuknya yang pejal dan berat.[19]
b. Seni Arsitektur
Mesir adalah salah satu gudang bangunan monumental dunia. Peninggalan Mesir Kuno, seperti piramida memiliki teknik serta nilai seni tinggi. Peradaban Islam Mesir masa silam juga meninggalkan berbagai bangunan istana, sarana pendidikan, dan masjid yang bernilai tinggi, misalnya al-Qasr al-Garb (Istana Barat), al-Qasr asy-Syarq (Istana Timur), pintu gerbang Bab an-Nasr (Pintu Kemenangan), Bab al-Fath (Pintu Pembukaan), Universitas Al-Azhar, Masjid Maqis, Masjid Rasyidah, Masjid Aqmar, dan Masjid Shaleh.[20]
G. PERADABAN ISLAM DI INDIA (KERAJAAN MUGHAL)
Kemajuan budaya Islam di berbagai bidang di India mencapai kesuksesannya pada masa Kesultanan Mogul. Mogul berhasil menegakkan budaya Islam di wilayah yang menganut budaya Hindu sejak abad ke-5 SM. Di bidang futuhat, Mogul berhasil menguasai kawasan yang sangat luas. Ketika itu, umat Islam di Kesultanan Mogul telah melakukan perdagangan antar benua serta mengekspor kain, nila rempah, opium, gula, garam, bubuk sodium, wol dan parfum ke Eropa.
Mogul juga mencapai kemajuan pesat dalam bidang pendidikan dan ilmu. Selain ilmu agama, di madrasah juga diajarkan pula ilmu logika, filsafat, geometri, geografi, sejarah, politik dan matematika. Mogul mengembangkan system pendidikan modern, yakni kurikulum Davis-inizami, yang mensintesiskan antara sufisme India dan ajaran ulama Islam.
Di bidang arsitektur, prestasi Mogul tampak pada bangunan Indah, misalnya Benteng Merah, Masjid Jama, Istana New Delhi serta Lahore dan mausoleum yang sangat mengagumkan, seperti Taj Mahal di Agra.[21]
H. PERADABAN ISLAM DI TURKI (KERAJAAN TURKI USMANI)
Sebagai bangsa militer, Usmani lebih banyak menfokuskan pada kegiatan kemiliteran. Sementara di bidang ilmu pengetahuan, mekereka kurang menonjol. Karena itu, dalam khazanah intelektual Islam, hampir tidak ditemukan ilmuwan-ilmuwan terkemuka dari dinasti ini.
Namun dalam mengembangkan seni arsitektur Islam, dinasti ini cukup berjasa. Mereka banyak membangun masjid yang dihiasi dengan kaligrafi indah dan bangunan-bangunan khas lainnya.[22]
I. PERADABAN ISLAM DI PERSIA (SAFAWI)
1. Ekonomi
Setelah kepulauan Hurmuz dan pelabuhan Gumrun yang diganti namanya dengan Bandar Abbas dikuasai Safawi, maka terbukalah jalur perdagangan antara laut Timur dan Barat. Di samping sector perdagangan, Kerajaan Safawi juga mengalami kemajuan di sector pertanian, terutama di daerah Bulan Sabit Subur (Fertile Crescent).
2. Pembangunan Fisik dan Seni
Kerajaan Safawi berhasil menjadikan Isfahan sebagai ibukota kerajaan dan sekaligus menjadi kota yang sangat indah. Di kota ini tersebut berdiri bangunan-bangunan besar dan indah seperti masjid, rumah sakit, sekolah, jembatan raksasa di atas sungai Zandaruda dan Istana Chihil Sutun. Kemajuan arsitektur nampak pada bangunan Masjid Syekh Luthfi yang dibangun pada tahun 1603 M. Seni lukis mulai dirintis sejak zaman Raja Ismail I pada tahun 1522 M.[23]
DAFTAR PUSTAKA
A. Syalabi, Prof. Dr, Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid 3, Al-Husna Zikra, Jakarta, 2000
Murodi, Drs, Sejarah Kebudayaan Islam MA 3, Karya Toha Putra, Semarang, 2003
Chatibul Umam, Prof, Dr. Abidin Nawawi, Drs, Sejarah Kebudayaan Islam MTs 1, Menara Kudus, Semarang, 1995
Chatibul Umam, Prof, Dr. Abidin Nawawi, Drs, Sejarah Kebudayaan Islam MTs 2, Menara Kudus, Semarang, 1995
Chatibul Umam, Prof, Dr. Abidin Nawawi, Drs, Sejarah Kebudayaan Islam MTs 3, Menara Kudus, Semarang, 1995
____________, Sejarah Kebudayaan Islam MTs, Departemen Agama Republik Indonesia, Jakarta, 1999
_______________, Ensiklopedi Islam Untuk Pelajar Jilid 3, Ichtiar Baru Van Hoeve, Hal 17. 2004
_______________, Ensiklopedi Islam Untuk Pelajar Jilid 4, Ichtiar Baru Van Hoeve, Hal 17. 2004
______________, Ensiklopedi Islam Untuk Pelajar Jilid 63, Ichtiar Baru Van Hoeve, Hal 17. 2004
[1] Chatibul Umam, Abidin Nawawi, Sejarah Kebudayaan Islam MTs 1, Karya Toha Putra, Hal 65
[2] I b i d, hal 63.
[3] I b i d, hal 126.
[4] I b i d, hal 138.
[5] I b i d, hal 149.
[6] I b i d, hal 160.
[7] Chatibul Umam, Abidin Nawawi, Sejarah Kebudayaan Islam MTs 2, Karya Toha Putra, Hal 43
[8] I b i d, hal 44
[9] Chatibul Umam, Abidin Nawawi, Sejarah Kebudayaan Islam MTs 2, Karya Toha Putra, Hal 39
[10] I b i d, hal 44
[11] Murodi, Drs, MA, Sejarah Kebudayaan Islam MA, Karya Toha Putra, Hal 58
[12] Syalabi, Prof, Dr, Sejarah dan Kebudayaan Islam 3, Alhusna Zikra, Hal 186
[13] Murodi, Drs, MA, Sejarah Kebudayaan Islam MA, Karya Toha Putra, Hal 58
[14] Chatibul Umam, Abidin Nawawi, Sejarah Kebudayaan Islam MTs, Karya Toha Putra, Hal 82
[15] Murodi, Drs, MA, Sejarah Kebudayaan Islam MA, Karya Toha Putra, Hal 59
[16] Chatibul Umam, Abidin Nawawi, Sejarah Kebudayaan Islam MTs, Karya Toha Putra, Hal 96
[17] Departemen Agama RI, Sejarah Kebudayaan Islam 3B, Hal 9.
[18] I b i d. Hal 18.
[19] Muroadi, Drs, MA, Sejarah Kebudayaan Islam MA, Karya Toha Putra, Hal 79.
[20] Ensiklopedi Islam Untuk Pelajar Jilid 4, Ichtiar Baru Van Hoeve, Hal 55.
[21] Ensiklopedi Islam Untuk Pelajar Jilid 3, Ichtiar Baru Van Hoeve, Hal 17.
[22] Ensiklopedi Islam Untuk Pelajar Jilid 6, Ichtiar Baru Van Hoeve, Hal 40.
[23] Departemen Agama RI, Sejarah Kebudayaan Islam 3A, Hal 16.